Jejak Pelacuran di Masa Kolonial Belanda Selalu Hidup Berdampingan dengan Pabrik Gula

Selasa, 07 Maret 2023 - 17:20 WIB
loading...
A A A


Kehadiran gundik tidak hanya untuk memuaskan kebutuhan ranjang, tapi juga mengatur urusan rumah tangga.

“Di antara mereka memang benar-benar berfungsi sebagai pengurus rumah tangga, sementara yang lainnya berfungsi rangkap,” demikian dikutip dari buku Bukan Tabu Nusantara (2018).

Praktik pergundikan orang-orang Eropa di lingkungan perkebunan dan pabrik gula itu bukan tanpa penentangan. Sejumlah orang Eropa baik-baik (bermoral) yang tidak menyukai praktik amoral itu melontarkan protesnya.

Apalagi di beberapa tempat perkebunan ditemukan kasus penyiksaan, terutama terhadap gundik yang ketahuan serong dan sekaligus mencoba melarikan diri.

Pada tahun 1902, Mr J Van. Van Den Brand menuliskan penyiksaan kejam yang terjadi. Seorang pekerja perempuan yang menjadi gundik, diceritakan telah disiksa dengan cara diolesi bagian intimnya dengan sambal cabai.



Protes keras membuat keinginan para pria Eropa memelihara gundik menjadi menurun. Namun dampaknya, muncul praktik prostitusi. Para kuli perempuan yang kekurangan uang mulai menjajakan diri.

Siang hari bekerja dengan tangannya, dan malam hari berkeringat dengan tubuhnya. Pelanggan mereka bukan hanya golongan majikan, yakni mandor atau asisten ondernemer, melainkan juga para kuli atau pekerja biasa.

“Dengan kata lain, para tuan kebun kulit putih itu bersaing dengan para kuli lelaki dalam memuaskan nafsu mereka dengan para pelacur”.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1600 seconds (0.1#10.140)