Serangan Umum 1 Maret 1949, Panglima Militer Belanda Kaget Saksikan Ribuan Orang Masuk Yogyakarta

Rabu, 01 Maret 2023 - 14:15 WIB
loading...
Serangan Umum 1 Maret 1949, Panglima Militer Belanda Kaget Saksikan Ribuan Orang Masuk Yogyakarta
Serangan Umum 1 Maret 1949 di ibu kota Republik Indonesia, Kota Yogyakarta membuat Panglima Militer Belanda, Jenderal Spoor kaget dan tercengang. Foto/Repro/Ist
A A A
SERANGAN Umum 1 Maret 1949 di ibu kota Republik Indonesia, Kota Yogyakarta membuat Panglima Militer Belanda, Jenderal Spoor kaget dan tercengang. Dalam waktu kilat, sekitar 2.000 orang di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto berhasil menduduki Kota Yogyakarta.

Dalam sejarah perjuangan Indonesia, peristiwa itu kemudian dicatat sekaligus diglorifikasi sebagai peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Juga dalam produk film dikampanyekan sebagai peristiwa heroik pasukan Janur Kuning.



Simon Hendrik Spoor tidak menyangka, orang-orang republik Indonesia di bawah komando TNI mampu membuat serangan yang begitu terencana sekaligus terpusat.

Ia melihat TNI telah disokong oleh keraton Yogyakarta. Artinya Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX berada di belakang serangan mendadak Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dahsyat itu.

Serangan Umum 1 Maret 1949, Panglima Militer Belanda Kaget Saksikan Ribuan Orang Masuk Yogyakarta

Panglima Besar Jenderal Soedirman kembali ke Ibu Kota Yogyakarta setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Foto/flickr.com

Sri Sultan yang sejak penangkapan Soekarno, Hatta, dan Sjahrir menolak tawaran berunding dari pihak militer Belanda telah menyumbangkan seluruh yang dimiliki untuk kemerdekaan Republik Indonesia.

Dalam serangan 1 Maret itu, pasukan TNI berhasil menduduki wilayah kota. Setelah terjadi pertempuran hebat, pada hari itu juga TNI mengosongkan Kota Yogyakarta yang sempat beberapa jam dikuasainya. Pasukan TNI memilih melakukan perlawanan gerilya.



“Bagaimanapun kemenangan ada di pihak TNI karena mereka telah menunjukkan bukti kemampuannya yang walaupun kecil, tetapi berhasil. Mereka telah menunjukkan kepada orang Belanda dan pucuk pimpinan politik Republik sendiri bahwa mereka tidak bisa disepelekan,” dikutip dari buku Jenderal Spoor Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara Terakhir di Indonesia (2015).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1862 seconds (0.1#10.140)