SEPIA Mahasiswa ITS, Teknologi Berbasis IoT yang Bisa Melawan COVID-19

Kamis, 02 Juli 2020 - 19:52 WIB
Desain SEPIA buatan mahasiswa ITS yang berbasis IoT serta dipercaya mampu melawan COVID-19. (Foto/SINDOnews/Ist)
SURABAYA - Tim mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi ITS berhasil meraih juara satu pada cabang lomba Gagasan Kreatif Teknologi Terapan dengan tema Karya Teknologi Pendukung Perlawanan COVID-19 yang digelar di Universitas Diponegoro, Semarang secara daring.

Inovasi yang digagas berupa SEPIA atau Sistem Pengendalian Infeksi Airborne Disease COVID-19 pada Healthcare Suite Berbasis Internet of Things. Para mahasiswa yang digawangi Danu Wahyu Ramadhan, Tony Yurisetyo dan Dicka Desta Pratama mampu menunjukan teknologi yang berbeda dan unik.

SEPIA memiliki fungsi mengontrol dan memonitoring sistem tata udara, suhu, kelembaban, dan sterilisasi anteroom menggunakan sinar ultraviolet (UV), dengan menggunakan sistem berbasis Internet of Things (IoT). “Pengendalian kondisi udara di dalam ruang isolasi pasien COVID-19 dapat dilakukan melalui jarak jauh” kata Danu Wahyu Ramadhan, Ketua Tim SEPIA, Kamis (2/7/2020). (BACA JUGA: Khofifah Ajak Ojol Sosialisasikan Tertib Memakai Masker)

Ia melanjutkan, SEPIA ini merupakan seperangkat alat yang terdiri dari sensor, air conditioner (AC), filter, serta aplikasi monitor. Sistem yang memungkinkan dilakukan kontrol melalui komputer maupun ponsel pintar ini merupakan solusi dari pengkondisian ruangan yang biasanya dilakukan petugas secara manual. “Hal ini dapat memangkas biaya sewa ruang isolasi yang mahal,” jelasnya.



Sistem kontrol dari SEPIA ini didapat dari berbagai sensor yakni sensor tekanan, sensor peer, sensor suhu dan kelembaban, serta sensor kecepatan. Melalui sensor tersebut, data yang diperoleh dari sensor tersebut diolah dengan keluaran berupa pengkondisian pada aktuator yang berupa blower, AC, sinar UV, dan HEPA Filter.

Kegunaan masing-masing aktuator tersebut yakni blower atau fan exhaust sendiri untuk sirkulasi udara, AC untuk mengontrol suhu dan kelembaban, sinar UV untuk mensterilkan ruang anteroom atau ruang transit sebelum memasuki ruang isolasi, dan HEPA filter untuk menyaring udara pada ruang isolasi.

“HEPA Filter tersebut dipilih karena tingkat efisiensi pembersihan udara dapat mencapai 99,9 persen,” jelasnya.

Sementara itu, kondisi standar bagi ruang isolasi adalah kecepatan pergantian udara sebesar lebih dari sama dengan 12 ACH (air circulation per hour), suhu di dalam ruang isolasi pada rentang 22 hingga 24 derajat celcius, perbedaan tekanan udara dalam dan luar ruang isolasi sebesar 2,5 Pa, serta kelembaban ideal pada rentang 50-60 persen. “Standar tersebut telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, dan SEPIA membantu menciptakan kondisi ideal tersebut dengan lebih mudah,” urainya.

Danu menjelaskan bahwa SEPIA ini didesain untuk dapat bersifat portable dan modular, sehingga mudah diaplikasikan di segala ruang. Berdasar keterbatasan kapasitas rumah sakit yang menyebabkan pemerintah terpaksa memanfaatkan berbagai gedung sebagai ruang perawatan dadakan bagi pasien COVID-19. (BACA JUGA: Hendak ke Pasar, Pasutri Tewas Tertabrak Kereta Api Barang)

“Ruang isolasi dadakan itu tentu tidak memenuhi standar penanganan penyakit menular berbahaya, karena ruang tersebut sejak awal tidak diperuntukkan untuk layanan kesehatan,” jelasnya.

Menjawab masalah kekurangan ruang isolasi, tim tersebut juga merancang desain healthcare suite yang terintegrasi dengan SEPIA. Rancangan desain tersebut memiliki tiga macam tipe yakni sistem pada bangunan semi permanen, kontainer, dan ruang berbahan flysheet tenda. “Inovasi Healthcare suite ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dari pemerintah mengenai ruang isolasi,” kata mahasiswa kelahiran 1999 ini.
(vit)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content