Jalan Dago dan Jalur Tradisional Kerajaan Pajajaran

Senin, 22 Juni 2020 - 05:00 WIB
Pada 1921, berdiri sebuah rumah sakit besar, RS Santo Boromeus. Rumah sakit ini merupakan pengembangan dari Poliklinik Insulinde di tepi Jalan Dago, tak jauh dari kampus ITB.

Kini, Jalan Dago semakin berkembang. Jika sebelumnya, lebar trotoar hanya 3 meter, kini menjadi lebih dari 5 meter. Tak hanya itu, trotoar di sepanjang Jalan Dago dilengkapi dengan tempat duduk taman.



Jalan Ir H Djuanda (Dago), Kota Bandung saat ini. Foto/Facebook

Lampu hias berdesain art deco terpasang di jalan ini dipadu dengan pot bunga maksuba berwarna merah. Pemandangan ini serasi dengan jejeran pohon-pohon besar yang tegak menjulang di sepanjang Jalan Dago.

Sejumlah factory outlet (FO), pertokoan, dan restoran, kini berdiri di Jalan Dago. Bangunan-bangunan bisnis komersil itu menawarkan wisata belanja dan kuliner bagi pendatang yang berkunjung ke Kota Bandung.

Setiap hari Minggu, Jalan Dago, terutama ruas dari pertempatan Cikapayang hingga Jalan Merdeka-RE Martadinata, menjadi lokasi car free day (CFD) atau hari tanpa kendaraan bermotor. Titik pusat CFD Dago berada di perempatan Cikapayang, di bawah flyover Pasupati yang selesai dibangun pada 2005.
(sms)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More