Laksamana Muda John Lie, Si 'Hantu' Selat Malaka yang Selalu Lolos dari Kepungan Belanda
Selasa, 17 Mei 2022 - 05:05 WIB
John Lie pun menjawab dengan bijak dan penuh kerendahan hati. "Saya datang bukan untuk mencari pangkat. Saya ke sini mau berjuang di medan laut. Karena hanya inilah yang saya miliki, yaitu pengalaman dan pengetahuan kelautan sekadarnya," ungkap Lie merendah.
Setelah mendengar jawaban itu, Pardi langsung menandatangani izin bergabungnya John Lie di ALRI dengan SK pengangkatan yang menempatkan John Lie sebagai Kelasi III. John Lie ditugaskan langsung oleh Pardi pada 29 Agustus 1946 dan diminta bergabung bersama ALRI di Pelabuhan Cilacap.
Bawa Kapal "The Outlaw"
Pada September 1947, Kepala Urusan Pertahanan di Luar Negeri membeli sejumlah kapal cepat yang digunakan untuk memasok kebutuhan perlengkapan perjuangan di Indonesia. Untuk mengawaki kapal cepat itu, maka dilakukan penyaringan atau tes guna menempati sejumlah posisi. John Lie merupakan salah satu yang lolos seleksi. Bahkan dia dipercaya menjadi pemimpin atau kapten Kapal "The Outlaw".
Disebutkan bahwa operasi perdana John Lie dengan "The Outlaw" adalah rute Singapura-Labuan Bilik dan Port Swettenham. Inilah saat di mana kemampuan John Lie sebagai penyelundup alat perang diuji. Pada pelayaran Oktober 1947, "The Outlaw" memuat perlengkapan militer berupa senjata semi otomatis, ribuan butir peluru dan perbekalan dari salah satu pulau di Selat Johor ke Sumatera.
Ternyata, aktivitas John Lie sudah diendus pasukan Belanda. Saat tiba di Labuan Bilik, pesawat Belanda tiba-tiba muncul. Pesawat itu terbang rendah mengitari pelabuhan dan mengeluarkan perintah agar "The Outlaw" segera meninggalkan pelabuhan.
Nyali John Lie tak ciut. Dia malah balik berteriak dengan berbohong mengatakan bahwa kapalnya sedang kandas dan tidak bisa bergerak. Mendengar itu, serdadu Belanda marah dan senjata mesin langsung diarahkan hendak menembak. Anehnya, pesawat itu tidak jadi membombardir "The Outlaw" dengan senjata mesin, tapi langsung pergi dan tidak kembali.
John Lie merasa peristiwa itu terjadi atas campur tangan Tuhan. Dia langsung masuk ke kabin untuk berdoa, mengucap syukur atas kemurahan dan kasih Tuhan. Hari itu, bersama 22 awak kapalnya, John Lie membongkar muatan senjata dan amunisi yang diserahkan ke komandan pejuang setempat, Abu Salam kala itu.
Selanjutnya, aksi penyelundupan senjata dan hasil bumi terus dilakukan John Lie dan selalu lolos dari incaran Armada Angatan Laut Belanda. Kelihaian John Lie mengelabui musuh memantik perhatian media internasional. BBC London, dalam siarannya, bahkan menjuluki "The Outlaw" dengan nama "The Black Speedboat".
Peristiwa ajaib yang membuat "The Outlaw" lolos dari maut bukan hanya sekali terjadi. Pernah satu ketika, awal Agustus 1949, "The Outlaw" menjalani perbaikan total dengan naik galangan atau docking di Penang. Selesai docking, "The Outlaw" kembali ke Phuket menjemput awak kapal.
Setelah mendengar jawaban itu, Pardi langsung menandatangani izin bergabungnya John Lie di ALRI dengan SK pengangkatan yang menempatkan John Lie sebagai Kelasi III. John Lie ditugaskan langsung oleh Pardi pada 29 Agustus 1946 dan diminta bergabung bersama ALRI di Pelabuhan Cilacap.
Bawa Kapal "The Outlaw"
Pada September 1947, Kepala Urusan Pertahanan di Luar Negeri membeli sejumlah kapal cepat yang digunakan untuk memasok kebutuhan perlengkapan perjuangan di Indonesia. Untuk mengawaki kapal cepat itu, maka dilakukan penyaringan atau tes guna menempati sejumlah posisi. John Lie merupakan salah satu yang lolos seleksi. Bahkan dia dipercaya menjadi pemimpin atau kapten Kapal "The Outlaw".
Disebutkan bahwa operasi perdana John Lie dengan "The Outlaw" adalah rute Singapura-Labuan Bilik dan Port Swettenham. Inilah saat di mana kemampuan John Lie sebagai penyelundup alat perang diuji. Pada pelayaran Oktober 1947, "The Outlaw" memuat perlengkapan militer berupa senjata semi otomatis, ribuan butir peluru dan perbekalan dari salah satu pulau di Selat Johor ke Sumatera.
Ternyata, aktivitas John Lie sudah diendus pasukan Belanda. Saat tiba di Labuan Bilik, pesawat Belanda tiba-tiba muncul. Pesawat itu terbang rendah mengitari pelabuhan dan mengeluarkan perintah agar "The Outlaw" segera meninggalkan pelabuhan.
Nyali John Lie tak ciut. Dia malah balik berteriak dengan berbohong mengatakan bahwa kapalnya sedang kandas dan tidak bisa bergerak. Mendengar itu, serdadu Belanda marah dan senjata mesin langsung diarahkan hendak menembak. Anehnya, pesawat itu tidak jadi membombardir "The Outlaw" dengan senjata mesin, tapi langsung pergi dan tidak kembali.
John Lie merasa peristiwa itu terjadi atas campur tangan Tuhan. Dia langsung masuk ke kabin untuk berdoa, mengucap syukur atas kemurahan dan kasih Tuhan. Hari itu, bersama 22 awak kapalnya, John Lie membongkar muatan senjata dan amunisi yang diserahkan ke komandan pejuang setempat, Abu Salam kala itu.
Selanjutnya, aksi penyelundupan senjata dan hasil bumi terus dilakukan John Lie dan selalu lolos dari incaran Armada Angatan Laut Belanda. Kelihaian John Lie mengelabui musuh memantik perhatian media internasional. BBC London, dalam siarannya, bahkan menjuluki "The Outlaw" dengan nama "The Black Speedboat".
Peristiwa ajaib yang membuat "The Outlaw" lolos dari maut bukan hanya sekali terjadi. Pernah satu ketika, awal Agustus 1949, "The Outlaw" menjalani perbaikan total dengan naik galangan atau docking di Penang. Selesai docking, "The Outlaw" kembali ke Phuket menjemput awak kapal.
tulis komentar anda