Kisah Sunan Bonang, Karomah sang Walisongo Ubah Aliran Sungai Brantas
Minggu, 06 Maret 2022 - 05:00 WIB
Sunan Bonang sering mendapat perlawanan dari rakyat Kediri sehingga membuat beliau memakai kesaktiannya, yaitu mengubah aliran Sungai Brantas. Dengan karomahnya, Sunan Bonang mengubah aliran Sungai Brantas yang membuat beberapa daerah di Kediri kekurangan air. Tapi sebagian wilayah lainnya justru mengalami banjir, sehingga pertanian masyarakat gagal panen.
Selain perlawanan dari rakyat Kediri, Sunan Bonang mendapat ujian dari beberapa tokoh yang merupakan bagian dari Kerajaan Kediri. Di antara lawan Sunan Bonang di Kediri adalah Ki Buto Locaya dan Nyai Plencing, yang merupakan tokoh-tokoh penganut ajaran Bhairawa - Bhairawi di daerah Kediri.
Nyai Plencing merupakan seorang Bhairawi penerus ajaran ilmu Hitam Calon Arang. Adapun Buto Locaya adalah salah satu dari dua abdi dalem Prabu Jayabaya. Nama aslinya adalah Kyai Daha. Raja Jayabaya memiliki dua abdi yaitu Kyai Daha dan Kyai Daka.Saat Kyai Daha diangkat sebagai patih, namanya berganti menjadi Buta Locaya, sementara Kyai Daka dijadikan senopati perang, dengan nama Tunggul Wulung.
Buto Locaya sendiri berasal dari kata Buta atau bodoh, Lo artinya kamu, dan Caya artinya dapat dipercaya. Nama itu berawal ketika Raja Jayabaya telah moksa. Saat Raja Jayabaya moksa kedua abdinya juga ikut moksa.
Buta Locaya pun ditugaskan untuk menjaga Selabale atau Gua Selomangleng saat ini. Tunggul Wulung diperintahkan untuk menjaga kawah Gunung Kelud, agar letusannya tidak banyak merusak desa sekitar dan memakan banyak korban jiwa.
Dalam Serat Darmogandul dikisahkan pertemuan Sunan Bonang dengan Buto Locaya yang berakhir dengan pertengkaran mulut di antaranya keduanya. Sunan Bonang pun bertempur melawan Buto Locaya.
Buto Locaya pun mengerahkan pasukan baik yang tampak dan kasat mata. Dia memanggil anak-anaknya serta para jin peri parayangan, untuk diajak melawan Sunan Bonang. Para makhluk halus itu bersiap perang, serta berjalan secepat angin. Para lelembut tiba di utara Desa Kukum, di sana Buto Locaya berkah menjadi wujud manusia bernama Kyai Sumbre.
Sementara para lelembut yang terlihat beribu - ribu tidak terlihat, Kyai Sumbre berdiri di tengah jalan di bawah pohon sambi menghadang perjalanan Sunan Bonang dari utara. Konon Sunan Bonang pun sudah mengetahui bahwa yang berdiri di pohon sambi itu rajanya setan, yang bersiap mengganggu. Nah, berkat karomah Sunan Bonang, para makhluk halus ini yang berjumlah ribuan ini disingkirkan. Makhluk halus ini pun tidak tahan dengan perbawa Sunan Bonang.
Selain perlawanan dari rakyat Kediri, Sunan Bonang mendapat ujian dari beberapa tokoh yang merupakan bagian dari Kerajaan Kediri. Di antara lawan Sunan Bonang di Kediri adalah Ki Buto Locaya dan Nyai Plencing, yang merupakan tokoh-tokoh penganut ajaran Bhairawa - Bhairawi di daerah Kediri.
Nyai Plencing merupakan seorang Bhairawi penerus ajaran ilmu Hitam Calon Arang. Adapun Buto Locaya adalah salah satu dari dua abdi dalem Prabu Jayabaya. Nama aslinya adalah Kyai Daha. Raja Jayabaya memiliki dua abdi yaitu Kyai Daha dan Kyai Daka.Saat Kyai Daha diangkat sebagai patih, namanya berganti menjadi Buta Locaya, sementara Kyai Daka dijadikan senopati perang, dengan nama Tunggul Wulung.
Buto Locaya sendiri berasal dari kata Buta atau bodoh, Lo artinya kamu, dan Caya artinya dapat dipercaya. Nama itu berawal ketika Raja Jayabaya telah moksa. Saat Raja Jayabaya moksa kedua abdinya juga ikut moksa.
Buta Locaya pun ditugaskan untuk menjaga Selabale atau Gua Selomangleng saat ini. Tunggul Wulung diperintahkan untuk menjaga kawah Gunung Kelud, agar letusannya tidak banyak merusak desa sekitar dan memakan banyak korban jiwa.
Dalam Serat Darmogandul dikisahkan pertemuan Sunan Bonang dengan Buto Locaya yang berakhir dengan pertengkaran mulut di antaranya keduanya. Sunan Bonang pun bertempur melawan Buto Locaya.
Baca Juga
Buto Locaya pun mengerahkan pasukan baik yang tampak dan kasat mata. Dia memanggil anak-anaknya serta para jin peri parayangan, untuk diajak melawan Sunan Bonang. Para makhluk halus itu bersiap perang, serta berjalan secepat angin. Para lelembut tiba di utara Desa Kukum, di sana Buto Locaya berkah menjadi wujud manusia bernama Kyai Sumbre.
Sementara para lelembut yang terlihat beribu - ribu tidak terlihat, Kyai Sumbre berdiri di tengah jalan di bawah pohon sambi menghadang perjalanan Sunan Bonang dari utara. Konon Sunan Bonang pun sudah mengetahui bahwa yang berdiri di pohon sambi itu rajanya setan, yang bersiap mengganggu. Nah, berkat karomah Sunan Bonang, para makhluk halus ini yang berjumlah ribuan ini disingkirkan. Makhluk halus ini pun tidak tahan dengan perbawa Sunan Bonang.
(aww)
tulis komentar anda