Laksamana Cheng Ho, Penjelajah Muslim China yang Ikut Sebarkan Islam di Nusantara
Senin, 14 Februari 2022 - 04:59 WIB
Laksamana Cheng Ho berasal dari bangsa Hui, salah satu bangsa minoritas Tiongkok. Cheng Ho lahir pada 1371, dengan nama Ma He. Ia adalah putra kedua dari Ma Hazhi dan Wen.
Ia memiliki seorang saudara laki-laki dan empat perempuan. Keluarganya berasal dari Kunyang (saat ini Jinning), selatan Kunming atau barat daya Danau Dian di provinsi Yunnan.
Cheng Ho masih keturunan bangsawan Persia. Ia adalah cicit dari Sayyid Ajjal Syams al-Din Umar, seorang berkebangsaan Persia yang memiliki posisi strategis di Kekaisaran Mongol.
Sayyid Ajjal ditunjuk menjadi Gubernur Provinsi Yunnan pada masa pemerintahan Dinasti Yuan. Sejak kecil, Cheng Ho sudah fasih berbahasa Tiongkok dan Arab. Ia belajar pada ayah dan kakeknya. Ia juga mempelajari geografi dunia.
Pada 1381, ayahnya wafat karena hukuman eksekusi menyusul kekalahan Yuan Utara oleh pasukan Dinasti Ming yang dikirim ke Yunnan untuk membendung pemberontakan orang-orang Mongol yang dipimpin oleh Basalawarmi.
Saat itu, Cheng Ho memasuki usia 11 tahun. Ia pun ditangkap dan dijadikan kasim (pelayan yang dikebiri) di istana kaisar. Ia menjadi pelayan khusus Pangeran Zhu Di, anak keempat kaisar.
Pergaulannya dengan pangeran membuat Cheng Ho menjadi pemuda yang tangguh. Ia mahir berdiplomasi serta menguasai seni berperang. Ia kemudian diangkat menjadi pegawai khusus pangeran.
Saat itu, Cheng Ho diberi nama “San Bao” yang berarti tiga permata. Posisinya pun makin kuat ketika Zhu Di diangkat menjadi kaisar pada 1402.
Cheng Ho merupakan abdi istana pertama yang memiliki posisi tinggi dalam militer China. Cheng Ho memiliki karakter militer sejati dengan prestasi militer yang cukup membanggakan sehingga ia dengan mudah meraih gelar Laksamana. Hal ini juga karena postur tubuhnya yang tinggi, besar, dan berwibawa.
Cheng Ho didaulat menjadi laksamana dan diperintahkan melakukan ekspedisi. Pemerintahan Dinasti Ming menyeponsori tujuh kali ekspedisi laut Laksamana Cheng Ho.
Ia memiliki seorang saudara laki-laki dan empat perempuan. Keluarganya berasal dari Kunyang (saat ini Jinning), selatan Kunming atau barat daya Danau Dian di provinsi Yunnan.
Cheng Ho masih keturunan bangsawan Persia. Ia adalah cicit dari Sayyid Ajjal Syams al-Din Umar, seorang berkebangsaan Persia yang memiliki posisi strategis di Kekaisaran Mongol.
Sayyid Ajjal ditunjuk menjadi Gubernur Provinsi Yunnan pada masa pemerintahan Dinasti Yuan. Sejak kecil, Cheng Ho sudah fasih berbahasa Tiongkok dan Arab. Ia belajar pada ayah dan kakeknya. Ia juga mempelajari geografi dunia.
Pada 1381, ayahnya wafat karena hukuman eksekusi menyusul kekalahan Yuan Utara oleh pasukan Dinasti Ming yang dikirim ke Yunnan untuk membendung pemberontakan orang-orang Mongol yang dipimpin oleh Basalawarmi.
Saat itu, Cheng Ho memasuki usia 11 tahun. Ia pun ditangkap dan dijadikan kasim (pelayan yang dikebiri) di istana kaisar. Ia menjadi pelayan khusus Pangeran Zhu Di, anak keempat kaisar.
Pergaulannya dengan pangeran membuat Cheng Ho menjadi pemuda yang tangguh. Ia mahir berdiplomasi serta menguasai seni berperang. Ia kemudian diangkat menjadi pegawai khusus pangeran.
Saat itu, Cheng Ho diberi nama “San Bao” yang berarti tiga permata. Posisinya pun makin kuat ketika Zhu Di diangkat menjadi kaisar pada 1402.
Cheng Ho merupakan abdi istana pertama yang memiliki posisi tinggi dalam militer China. Cheng Ho memiliki karakter militer sejati dengan prestasi militer yang cukup membanggakan sehingga ia dengan mudah meraih gelar Laksamana. Hal ini juga karena postur tubuhnya yang tinggi, besar, dan berwibawa.
Cheng Ho didaulat menjadi laksamana dan diperintahkan melakukan ekspedisi. Pemerintahan Dinasti Ming menyeponsori tujuh kali ekspedisi laut Laksamana Cheng Ho.
tulis komentar anda