Kisah Runtuhnya Majapahit, Berawal Konflik Internal hingga Perang Paragreg
Senin, 07 Februari 2022 - 05:06 WIB
Baca juga: Kisah Kebo Iwa, Pemuda Bertubuh Raksasa dan Mitos Terbentuknya Danau Batur di Kintamani
Kedua Maulana Ishak berasal dari Samarkand dekat Bukhara-Uzbekistan/Rusia. Dia ahli pengobatan, setelah tugasnya di Jawa selesai Maulana Ishak pindah ke Samudera Pasai dan wafat di sana.
Ketiga Syekh Jumadil Qubro, berasal dari Mesir. Dia berdakwah keliling, makamnya di Troloyo Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Selanjutnya Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko, dia berdakwah keliling, wafat tahun 1465 M, makamnya di Jatinom Klaten, Jawa Tengah.
Lalu Maulana Malik Isroil berasal dari Turki, ahli mengatur negara, wafat 1435 M, makamnya di Gunung Santri. Kemudian, Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia Iran, ahli pengobatan, wafat 1435 M, makamnya di Gunung Santri.
Ke tujuh Maulana Hasanuddin berasal dari Palestina berdakwah keliling, wafat pada 1462 M dan makamnya di samping Masjid Banten Lama. Maulana Alayuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling, wafat pada 1462 M, makamnya di samping Masjid Banten Lama.
Yang terakhir Syekh Subakir, berasal dari Persia, ahli menumbali (metode rukyah) tanah angker yang dihuni jin-jin jahat. Setelah banyak tempat yang ditumbali (dengan Rajah Asma Suci) maka Syekh Subakir kembali ke Persia pada 1462 M dan wafat di sana.
Setelah sampai di Tanah Jawa, Syekh Maulana Malik Ibrahim mulai berdakwah dengan mengajak Prabu Brawijaya V raja Majapahit kala itu untuk memeluk Islam. Dakwah ini juga dilakukan oleh delapan anggota Wali Songo lainnya di beberapa wilayah yang menjadi daerah kekuasan Majapahit. Langkah Wali Songo periode pertama ini akhirnya dilanjutkan oleh para Wali Songo lainnya hingga periode keempat.
Sehingga perkembangan agama Islam di Tanah Jawa yang pesat melahirkan masyarakat yang bersifat demokratis dan tidak mau mengakui kekuasaan raja Majapahit sebagai kekuasaan dewa. Kehidupan agama Islam menggoncangkan sendi-sendi kehidupan keagamaan dan kepercayaan pada masyarakat Majapahit, yang masih menganut agama Hindu.
Sehingga para adipati yang beragama Islam membebaskan diri dan tidak tunduk lagi pada perintah-perintah raja Majapahit. Pada masa yang hampir bersamaan di Tiongkok pada masa Dinasti Ming juga telah berdiri kekuasan Islam.
Bahkan Kekaisaran Tiongkok ini mengirimkan misi ke Tanah Jawa yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam. Laksamana Cheng Ho bersama 27.000 pasukannya sempat singgah di Gresik pada 1406 M.
Kedua Maulana Ishak berasal dari Samarkand dekat Bukhara-Uzbekistan/Rusia. Dia ahli pengobatan, setelah tugasnya di Jawa selesai Maulana Ishak pindah ke Samudera Pasai dan wafat di sana.
Ketiga Syekh Jumadil Qubro, berasal dari Mesir. Dia berdakwah keliling, makamnya di Troloyo Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Selanjutnya Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko, dia berdakwah keliling, wafat tahun 1465 M, makamnya di Jatinom Klaten, Jawa Tengah.
Lalu Maulana Malik Isroil berasal dari Turki, ahli mengatur negara, wafat 1435 M, makamnya di Gunung Santri. Kemudian, Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia Iran, ahli pengobatan, wafat 1435 M, makamnya di Gunung Santri.
Ke tujuh Maulana Hasanuddin berasal dari Palestina berdakwah keliling, wafat pada 1462 M dan makamnya di samping Masjid Banten Lama. Maulana Alayuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling, wafat pada 1462 M, makamnya di samping Masjid Banten Lama.
Yang terakhir Syekh Subakir, berasal dari Persia, ahli menumbali (metode rukyah) tanah angker yang dihuni jin-jin jahat. Setelah banyak tempat yang ditumbali (dengan Rajah Asma Suci) maka Syekh Subakir kembali ke Persia pada 1462 M dan wafat di sana.
Setelah sampai di Tanah Jawa, Syekh Maulana Malik Ibrahim mulai berdakwah dengan mengajak Prabu Brawijaya V raja Majapahit kala itu untuk memeluk Islam. Dakwah ini juga dilakukan oleh delapan anggota Wali Songo lainnya di beberapa wilayah yang menjadi daerah kekuasan Majapahit. Langkah Wali Songo periode pertama ini akhirnya dilanjutkan oleh para Wali Songo lainnya hingga periode keempat.
Sehingga perkembangan agama Islam di Tanah Jawa yang pesat melahirkan masyarakat yang bersifat demokratis dan tidak mau mengakui kekuasaan raja Majapahit sebagai kekuasaan dewa. Kehidupan agama Islam menggoncangkan sendi-sendi kehidupan keagamaan dan kepercayaan pada masyarakat Majapahit, yang masih menganut agama Hindu.
Sehingga para adipati yang beragama Islam membebaskan diri dan tidak tunduk lagi pada perintah-perintah raja Majapahit. Pada masa yang hampir bersamaan di Tiongkok pada masa Dinasti Ming juga telah berdiri kekuasan Islam.
Bahkan Kekaisaran Tiongkok ini mengirimkan misi ke Tanah Jawa yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam. Laksamana Cheng Ho bersama 27.000 pasukannya sempat singgah di Gresik pada 1406 M.
tulis komentar anda