Sahabat Pendiri Kerajaan Majapahit Beri Nasehat Anaknya Tak Memberontak ke Raden Wijaya
loading...
A
A
A
SEMARANG - Pemberontakan Ranggalawe menjadi yang pertama di masa Kerajaan Majapahit . Pertempuran pemberontakan yang berawal ketidakpuasan Ranggalawe terhadap pengangkatan Mpu Nambi sebagai Mahapatih Majapahit itu terjadi di Sungai Tambak Beras.
Sungai yang kini masuk wilayah Kabupaten Jombang ini konon menjadi saksi pertemuan dua pasukan Majapahit dan Ranggalawe, dari pesisir utara Pulau Jawa. Di pertempuran pertama ini pasukan Majapahit di bawah pimpinan Mpu Nambi kalah.
Sebelum pertempuran itu terjadi ayah dari Ranggalawe Arya Wiraraja, yang juga sahabat dekat Raden Wijaya sempat memberikan nasehat ke anaknya untuk tetap setia kepada Raden Wijaya, dikutip dari buku "Hitam Putih Kekuasaan Raja - Raja Jawa Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita", tulisan Sri Wintala Achmad dikutip SindoNews, Senin (10/2/2025).
Kepergian Ranggalawe dari Majapahit, dikisahkan pada Kakawin Negarakertagama, di mana Halayuda menghasut Patih Nambi dan Dyah Wijaya, kalau Ranggalawe tengah merencanakan pemberontakan. Mendengarkan pernyataan Halayuda, Dyah Wijaya memerintahkan Nambi, Lembu Sora, Mahisa Sabrang, serta pasukan Majapahit berangkat pergi menuju ke Tuban menangkap Ranggalawe.
Di sisi lain Arya Wiraraja pun memanggil para menteri, kepala desa, akuwu, dan demang untuk mempersiapkan pasukan yang akan digunakan menghadapi serangan Majapahit. Ia kali ini membela sang anak, dan bertempur dengan Majapahit di balik layar, alias tidak memperlihatkan dukungannya ke sang anak.
Pasukan Ranggalawe yang sudah terbentuk meninggalkan Tuban. Manakala pasukan Ranggalawe akan menyeberangi Sungai Tambak Beras Jombang, airnya sedang pasang. Hal ini membuat pasukan Ranggalawe dapat dikejar oleh pasukan Majapahit yang berada di bawah komando Nambi. Pasukan Ranggalawe berhasil dipukul mundur oleh pasukan Kerajaan Majapahit.
Hari berikutnya, pasukan Majapahit berencana menyeberangi Sungai Tambak Beras untuk mencapai Tuban. Melihat kenyataan itu, Mantri Gagarangan dan Tambak Baya melaporkan kepada Ranggalawe. Amarah Ranggalawe pun naik, Ranggalawe memerintahkan agar pasukannya menghadapi pasukan Majapahit.
Ranggalawe pun langsung turun di medan perang dengan mengendarai kuda Mega Lamat bertempur melawan Nambi yang mengendarai kuda Brahma Cikur. Pertempuran keduanya berlangsung dasyat, hingga akhirnya kuda Brahma Cikur berhasil ditikam oleh Ranggalawe. Namun Nambi selamat lantaran berhasil mengelak dan berlari menyelamatkan diri ke selatan beserta pasukannya. Pasukan Ranggalawe pun mengejarnya hingga Sungai Tambak Beras.
Pasukan Majapahit pun kalah dan berhasil dipukul mundur Ranggalawe. Informasi kekalahan pasukan di bawah komando Nambi ini disampaikan oleh Bangsa Terik pada Raja Dyah Wijaya. Sang raja itu pun dibuat marah dengan ulah pasukan Majapahit.
Lihat Juga: Kisah Bisikan Raden Wijaya ke Tentara Mongol untuk Berkoalisi Menyerang Jayakatwang di Kediri
Sungai yang kini masuk wilayah Kabupaten Jombang ini konon menjadi saksi pertemuan dua pasukan Majapahit dan Ranggalawe, dari pesisir utara Pulau Jawa. Di pertempuran pertama ini pasukan Majapahit di bawah pimpinan Mpu Nambi kalah.
Sebelum pertempuran itu terjadi ayah dari Ranggalawe Arya Wiraraja, yang juga sahabat dekat Raden Wijaya sempat memberikan nasehat ke anaknya untuk tetap setia kepada Raden Wijaya, dikutip dari buku "Hitam Putih Kekuasaan Raja - Raja Jawa Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita", tulisan Sri Wintala Achmad dikutip SindoNews, Senin (10/2/2025).
Baca Juga
Kepergian Ranggalawe dari Majapahit, dikisahkan pada Kakawin Negarakertagama, di mana Halayuda menghasut Patih Nambi dan Dyah Wijaya, kalau Ranggalawe tengah merencanakan pemberontakan. Mendengarkan pernyataan Halayuda, Dyah Wijaya memerintahkan Nambi, Lembu Sora, Mahisa Sabrang, serta pasukan Majapahit berangkat pergi menuju ke Tuban menangkap Ranggalawe.
Di sisi lain Arya Wiraraja pun memanggil para menteri, kepala desa, akuwu, dan demang untuk mempersiapkan pasukan yang akan digunakan menghadapi serangan Majapahit. Ia kali ini membela sang anak, dan bertempur dengan Majapahit di balik layar, alias tidak memperlihatkan dukungannya ke sang anak.
Pasukan Ranggalawe yang sudah terbentuk meninggalkan Tuban. Manakala pasukan Ranggalawe akan menyeberangi Sungai Tambak Beras Jombang, airnya sedang pasang. Hal ini membuat pasukan Ranggalawe dapat dikejar oleh pasukan Majapahit yang berada di bawah komando Nambi. Pasukan Ranggalawe berhasil dipukul mundur oleh pasukan Kerajaan Majapahit.
Hari berikutnya, pasukan Majapahit berencana menyeberangi Sungai Tambak Beras untuk mencapai Tuban. Melihat kenyataan itu, Mantri Gagarangan dan Tambak Baya melaporkan kepada Ranggalawe. Amarah Ranggalawe pun naik, Ranggalawe memerintahkan agar pasukannya menghadapi pasukan Majapahit.
Ranggalawe pun langsung turun di medan perang dengan mengendarai kuda Mega Lamat bertempur melawan Nambi yang mengendarai kuda Brahma Cikur. Pertempuran keduanya berlangsung dasyat, hingga akhirnya kuda Brahma Cikur berhasil ditikam oleh Ranggalawe. Namun Nambi selamat lantaran berhasil mengelak dan berlari menyelamatkan diri ke selatan beserta pasukannya. Pasukan Ranggalawe pun mengejarnya hingga Sungai Tambak Beras.
Pasukan Majapahit pun kalah dan berhasil dipukul mundur Ranggalawe. Informasi kekalahan pasukan di bawah komando Nambi ini disampaikan oleh Bangsa Terik pada Raja Dyah Wijaya. Sang raja itu pun dibuat marah dengan ulah pasukan Majapahit.
Lihat Juga: Kisah Bisikan Raden Wijaya ke Tentara Mongol untuk Berkoalisi Menyerang Jayakatwang di Kediri
(cip)