Strategi Gajah Mada Redam Pemberontakan di Kerajaan Majapahit
Minggu, 05 September 2021 - 05:00 WIB
Pasukan Bhayangkara merupakan penjaga keamanan raja yang terdiri dari orang-orang sakti dan setia yang terpilih. Anggota Bhayangkara dipilih melalui seleksi ketat.
Jayanegara dibawa ke Desa Bedander (ada juga yang menulisnya Desa Badander). Singkat cerita, di tempat persembunyian, tepatnya di rumah Buyut Bedander, seorang pengalasan atau pesuruh meminta pamit hendak ke Majapahit. Karena curiga orang tersebut adalah antek Ra Kuti, Gajah Mada membunuh orang tersebut.
Bagi Gajah Mada, keamanan persembunyian Prabu Jayanegara harus dijaga serapi dan serapat mungkin.
Pada hari kelima, Gajah Mada meminta izin kepada Prabu Jayanegara untuk memantau perkembangan Ibu Kota Majapahit.
Setiba di Majapahit, Gajah Mada menemui para menteri dan prajurit. Para menteri dan prajurit bertanya tentang keselamatan Prabu Jayanegara. Awalnya, Gajah Mada berbohong. Dia mengatakan Sang Prabu Jayanegara telah tewas dibunuh kawan-kawan Ra Kuti. Mendengar hal itu, para menteri dan prajurit terlihat sangat berduka cita. Baca: Kisah Asmara Gajah Mada, Panglima Perang Majapahit yang Sumpahnya Menggemparkan Nusantara.
Melihat reaksi para menteri dan prajurit, Gajah Mada merasakan ada darah kesetiaan yang mengalir pada para menteri tersebut. Karena itu, Gajah Mada menceritakan hal sebenarnya bahwa Sang Prabu Jayanegara masih sehat dan segar bugar.
Gajah Mada lalu meminta perlindungan kepada para menteri itu untuk menumpas Ra Kuti dan bawahannya. Tidak berapa lama, Ra Kuti dan pasukannya berhasil disingkirkan oleh pasukan Bhayangkara dan para prajurit Majapahit yang setia di bawah pimpinan Gajah Mada. Ra Kuti tewas, Majapahit bisa dikuasai lagi.
Setelah Majapahit aman, Prabu Jayanegara pun diboyong kembali ke Istana. Baca Juga: Kelihaian Gajah Mada Taklukan 2 Kerajaan Besar, Samudera Pasai dan Sunda.
Jayanegara dibawa ke Desa Bedander (ada juga yang menulisnya Desa Badander). Singkat cerita, di tempat persembunyian, tepatnya di rumah Buyut Bedander, seorang pengalasan atau pesuruh meminta pamit hendak ke Majapahit. Karena curiga orang tersebut adalah antek Ra Kuti, Gajah Mada membunuh orang tersebut.
Bagi Gajah Mada, keamanan persembunyian Prabu Jayanegara harus dijaga serapi dan serapat mungkin.
Pada hari kelima, Gajah Mada meminta izin kepada Prabu Jayanegara untuk memantau perkembangan Ibu Kota Majapahit.
Setiba di Majapahit, Gajah Mada menemui para menteri dan prajurit. Para menteri dan prajurit bertanya tentang keselamatan Prabu Jayanegara. Awalnya, Gajah Mada berbohong. Dia mengatakan Sang Prabu Jayanegara telah tewas dibunuh kawan-kawan Ra Kuti. Mendengar hal itu, para menteri dan prajurit terlihat sangat berduka cita. Baca: Kisah Asmara Gajah Mada, Panglima Perang Majapahit yang Sumpahnya Menggemparkan Nusantara.
Melihat reaksi para menteri dan prajurit, Gajah Mada merasakan ada darah kesetiaan yang mengalir pada para menteri tersebut. Karena itu, Gajah Mada menceritakan hal sebenarnya bahwa Sang Prabu Jayanegara masih sehat dan segar bugar.
Gajah Mada lalu meminta perlindungan kepada para menteri itu untuk menumpas Ra Kuti dan bawahannya. Tidak berapa lama, Ra Kuti dan pasukannya berhasil disingkirkan oleh pasukan Bhayangkara dan para prajurit Majapahit yang setia di bawah pimpinan Gajah Mada. Ra Kuti tewas, Majapahit bisa dikuasai lagi.
Setelah Majapahit aman, Prabu Jayanegara pun diboyong kembali ke Istana. Baca Juga: Kelihaian Gajah Mada Taklukan 2 Kerajaan Besar, Samudera Pasai dan Sunda.
tulis komentar anda