Agar Anak Nyaman Ikuti Pembelajaran Tatap Muka, Lakukan Hal Ini
Jum'at, 02 Juli 2021 - 16:49 WIB
BALIKPAPAN - Tahun pelajaran baru akan segera dimulai. Sejumlah daerah yang masuk wilayah berisiko rendah penularan COVID-19 sudah siap-siap melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM).
Namun, ada persoalan prsikologis anak sebagai dampak dari pemberlakuan pelajaran jarak jauh (PJJ) selama masa pandemi. Itu bisa tercermin dari kegundahan para ibu yang melihat perkembangan anak mereka selama belajar di rumah.
Akan tetapi, menurut psikolog klinis Patria Rahmawaty,S.Psi,M.MPd,Psi, para orang tua tak perlu khawatir terlalu berlebihan. Selama para ibu menerapkan pengasuhan yang tepat pada anak, permasalahan-permasalahan psikologis yang terjadi pada anak dapat diatasi dengan baik.
Rahma, begitu biasa disapa, mengakui adanya perubahan psikologis anak dalam persiapan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah nantinya. "Mengingat anak-anak sudah lebih dari setahun melakukan pembelajaran jarak jauh secara daring, dengan mengandalkan sambungan internet," tutur psikolog klinis dari Siloam Hospitals Balikpapan ini melalui edukasi webinar awam di Balikpapan, Kamis (01/07/2021).
Menurut Rahma, pada tahap ini anak cenderung bersikap egosentris hingga ada kecenderungan untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya, saat anak melihat temanya melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya, maka akan muncul perasaan rendah diri.
"Oleh karena itu, anak diajak untuk peka pada keadan sekitarnya. Salah satunya saat nanti mulai pemebelajaran tatap muka, anak harus dapat bersikap beradaptasi dengan situasi seperti taat prokes, menjaga kesehatan dan tetap fokus utk belajar. Anak diajak untuk dapat bersikap mandiri saat disekolah," terangnya.
Menurut Rahma, implementasi kebijakan pembatasan kegiatan pembelajaran di sekolah berdampak signifikan pada kesehatan mental siswa, meskipun dengan derajat yang bervariasi.
Data yang diperoleh dari survei penilaian cepat yang dilakukan oleh Satgas Penanganan COVID-19 (BNPB,2020) menunjukkan bahwa 47 persen anak Indonesia merasa bosan di rumah, 35 persen merasa khawatir ketinggalan pelajaran, 15 persen anak merasa tidak aman, 20 persen anak merindukan teman-temannya dan 10 persen anak merasa khawatir tentang kondisi ekonomi keluarga.
Untuk itu Rahma menyarankan, 2 minggu sebelum kegiatan PTM dilaksanakan, maka biasakan anak mulai dengan bangun pagi setiap hari dan tidur malam tidak lewat dari jam 9, mengerjakan tugas sendiri, mempersiapkan dan membereskan barang dan alat untuk belajar.
Namun, ada persoalan prsikologis anak sebagai dampak dari pemberlakuan pelajaran jarak jauh (PJJ) selama masa pandemi. Itu bisa tercermin dari kegundahan para ibu yang melihat perkembangan anak mereka selama belajar di rumah.
Akan tetapi, menurut psikolog klinis Patria Rahmawaty,S.Psi,M.MPd,Psi, para orang tua tak perlu khawatir terlalu berlebihan. Selama para ibu menerapkan pengasuhan yang tepat pada anak, permasalahan-permasalahan psikologis yang terjadi pada anak dapat diatasi dengan baik.
Rahma, begitu biasa disapa, mengakui adanya perubahan psikologis anak dalam persiapan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah nantinya. "Mengingat anak-anak sudah lebih dari setahun melakukan pembelajaran jarak jauh secara daring, dengan mengandalkan sambungan internet," tutur psikolog klinis dari Siloam Hospitals Balikpapan ini melalui edukasi webinar awam di Balikpapan, Kamis (01/07/2021).
Menurut Rahma, pada tahap ini anak cenderung bersikap egosentris hingga ada kecenderungan untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya, saat anak melihat temanya melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya, maka akan muncul perasaan rendah diri.
"Oleh karena itu, anak diajak untuk peka pada keadan sekitarnya. Salah satunya saat nanti mulai pemebelajaran tatap muka, anak harus dapat bersikap beradaptasi dengan situasi seperti taat prokes, menjaga kesehatan dan tetap fokus utk belajar. Anak diajak untuk dapat bersikap mandiri saat disekolah," terangnya.
Menurut Rahma, implementasi kebijakan pembatasan kegiatan pembelajaran di sekolah berdampak signifikan pada kesehatan mental siswa, meskipun dengan derajat yang bervariasi.
Data yang diperoleh dari survei penilaian cepat yang dilakukan oleh Satgas Penanganan COVID-19 (BNPB,2020) menunjukkan bahwa 47 persen anak Indonesia merasa bosan di rumah, 35 persen merasa khawatir ketinggalan pelajaran, 15 persen anak merasa tidak aman, 20 persen anak merindukan teman-temannya dan 10 persen anak merasa khawatir tentang kondisi ekonomi keluarga.
Untuk itu Rahma menyarankan, 2 minggu sebelum kegiatan PTM dilaksanakan, maka biasakan anak mulai dengan bangun pagi setiap hari dan tidur malam tidak lewat dari jam 9, mengerjakan tugas sendiri, mempersiapkan dan membereskan barang dan alat untuk belajar.
tulis komentar anda