Masjid Asasi, Tertua Kedua di Indonesia dengan Arsitektur Unik Gabungan 3 Budaya
Sabtu, 23 Mei 2020 - 05:00 WIB
Masjid Asasi merupakan masjid tertua kedua di Indonesia yang terletak di Kota Padang Panjang , Sumatera Barat. Arsitektur masjid ini cukup unik, menggabungkan 3 budaya yakni Hindu, China dan Minangkabau. Hingga kini Masjid Asasi masih kokoh berdiri dan menjadi pusat kegiatan keagamaan.
Padang Panjang merupakan wilayah yang mempunyai sejarah panjang, terutama dalam hal dakwah dan pengembangan pendidikan Islam. Banyak pesantren dan masjid tua yang berdiri di Padang Panjang. Di antaranya yaitu Masjid Asasi yang terletak di Kelurahan Sigando Nagari Gunung, Kecamatan Padangpanjang Timur, Padang Panjang. (Baca juga: Karomah Syekh Abdul Wahid dan Masjid Wawoangi)
Sekilas bagian atapnya mengingatkan pada atap Masjid Agung Demak yang berbentuk lima tiga tingkat. Sementara bangunan utama yang berjendela dan penuh ukiran mirip dengan rumah adat Sumatera Barat, Rumah Gadang.
Masjid ini berdiri sekitar tahun 1.685 Masehi, sedangkan masjid tertua di Indonesia, yakni Masjid Saka Tunggal di Banyumas, Jateng dibangun sekitar tahun 1.200 Masehi. (Baca juga: Surau Lubuk Bauk, Antara Cinta Kandas dan Lahirnya Ulama Besar Buya Hamka)
Asrul Efendi, tokoh masyarakat Sigando menuturkan bahwa arsitektur masjid merupakan penggabungan 3 budaya, yakni Hindu, China dan Minangkabau.
Atap masjid berbentuk tumpang atau limas dengan jumlah undakan 3 buah. Secara umum komponen bahan bangunan berbahan kayu serta beratap seng. Sedangkan seluruh dinding bangunan dipenuhi dengan hiasan ragam motif flora. "Semula atap masjid ini berupa ijuk kemudian diganti menjadi atap seng. Dinding kayu di bagian dalam yang sudah lapuk juga ikut diganti," katanya.
Sedangkan lantai dan 9 tiang kayu di ruang salat masih asli. Tak ketinggalan, di sisi masjid ada satu bangunan kecil menyerupai teras yang berfungsi sebagai tempat menaruh tabuh atau beduk. "Sejak awal berdiri, masjid ini merupakan pusat aktivitas Islam dari empat nagari," sebut Asrul.
Masjid Asasi dibangun atas gagasan empat nagari yaitu Gunung, Paninjauan, Tambangan dan Jawo di atas lahan sawah yang merupakan hibah dari masyarakat. Saat ini, pada hari biasa maupun hari raya banyak wisatawan yang berkunjung ke Masjid Asasi.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
Padang Panjang merupakan wilayah yang mempunyai sejarah panjang, terutama dalam hal dakwah dan pengembangan pendidikan Islam. Banyak pesantren dan masjid tua yang berdiri di Padang Panjang. Di antaranya yaitu Masjid Asasi yang terletak di Kelurahan Sigando Nagari Gunung, Kecamatan Padangpanjang Timur, Padang Panjang. (Baca juga: Karomah Syekh Abdul Wahid dan Masjid Wawoangi)
Sekilas bagian atapnya mengingatkan pada atap Masjid Agung Demak yang berbentuk lima tiga tingkat. Sementara bangunan utama yang berjendela dan penuh ukiran mirip dengan rumah adat Sumatera Barat, Rumah Gadang.
Masjid ini berdiri sekitar tahun 1.685 Masehi, sedangkan masjid tertua di Indonesia, yakni Masjid Saka Tunggal di Banyumas, Jateng dibangun sekitar tahun 1.200 Masehi. (Baca juga: Surau Lubuk Bauk, Antara Cinta Kandas dan Lahirnya Ulama Besar Buya Hamka)
Asrul Efendi, tokoh masyarakat Sigando menuturkan bahwa arsitektur masjid merupakan penggabungan 3 budaya, yakni Hindu, China dan Minangkabau.
Atap masjid berbentuk tumpang atau limas dengan jumlah undakan 3 buah. Secara umum komponen bahan bangunan berbahan kayu serta beratap seng. Sedangkan seluruh dinding bangunan dipenuhi dengan hiasan ragam motif flora. "Semula atap masjid ini berupa ijuk kemudian diganti menjadi atap seng. Dinding kayu di bagian dalam yang sudah lapuk juga ikut diganti," katanya.
Sedangkan lantai dan 9 tiang kayu di ruang salat masih asli. Tak ketinggalan, di sisi masjid ada satu bangunan kecil menyerupai teras yang berfungsi sebagai tempat menaruh tabuh atau beduk. "Sejak awal berdiri, masjid ini merupakan pusat aktivitas Islam dari empat nagari," sebut Asrul.
Masjid Asasi dibangun atas gagasan empat nagari yaitu Gunung, Paninjauan, Tambangan dan Jawo di atas lahan sawah yang merupakan hibah dari masyarakat. Saat ini, pada hari biasa maupun hari raya banyak wisatawan yang berkunjung ke Masjid Asasi.
Lihat Juga: Kisah Cinta Jenderal Sudirman dengan Siti Alfiah, Gambaran Tentang Cinta yang Tak Memandang Harta
(shf)
tulis komentar anda