Ngabuburit, FEB Unisma Kupas SDGs dan Perekonomian Islam

Jum'at, 22 Mei 2020 - 15:15 WIB
Lebih lanjut dia menjelaskan, di era Khalifah Abu Bakar Asshidiq, melanjutkan sistem perekonomian yang dibangun Rasulullah dan menggiatkan Baitul Maal. Kondisi itu terus berkembang di era Khalifah Umar Bin Khattab, yang berijtihad untuk membentuk lembaga pengontrol harga serta melembagakan Baitul Maal.

Sementara, Khalifah Utsman Bin Affan lebih mengedepankan perbaikan infrastruktur dalam perekonomian, serta Khalifah Ali Bin Abi Tholib yang fokus pada pemungutan pajak dan zakat, serta pelaksanaan pendistribusian berdasarkan azas pemerataan serta memungut pajak jizyah kepada non-mulim. "Indonesia sebagai negera dengan penduduk muslim terbesar di dunia, harus menjadi pijakan utama dalam implementasi perekonomian islam," tegasnya.

Diana menyampaikan, bahwa nilai-nilai dalam Islam sejalan dengan tujuan mencapai SDGs. Dalam Islam terdapat dua instrumen keuangan yang dapat dimanfaatkan, fungsinya untuk mendukung tercapainya SDG, yaitu zakat dan wakaf.

"Saat ini yang lebih banyak dikenal oleh masyarakat adalah zakat fitrah. Ada zakat maal atau zakat harta belum terlalu banyak yang membayar dan ada lagi wakaf, sedekah, dan infaq. Ada potensi Rp280 trilun wajib zakat dari umat Islam yang ada di Indonesia," tegasnya.

Dia berpesan, peran badan pengelola zakat seperti Badan Zakat Nasional, LAZISNU, LAZISMUH, maupun lembaga pengelola zakat lainnya, dapat lebih meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pengelolaan zakat yang transparan, sehingga bisa bermanfaat bagi ekonomi masyarakat, serta dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya.

Sementara Harun Al Rasyid menjelaskan tentang konsep ekonomi Islam secara menyeluruh. "Perekonomian dalam konsep Islam, sejatinya telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, bahkan sebelum beliau diangkat menjadi nabi dan rasul," tuturnya.

"Kondisi Rasulullah yang lahir sebagai yatim, kemudian ibunya meninggal ketika Rasulullah baru berusia enam tahun, yang akhirnya Rasulullah harus diasuh oleh kakeknya pada usia delapan tahun, hingga mengikuti pamannya berdagang di Syam, dan dikenal sebagai pedagang yang amanah. Seolah mengajarkan pada kita bagaimana untuk tidak mudah putus asa dan selalu berikhtiar dalam hidup. Rasulullah mengajarkan pada kita untuk memiliki kemandirian diri, sifat amanah dan kejujuran, bahkan sebelum beliau diberikan wahyu kenabian," ungkap Harus.

"Dari apa yang sejatinya telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, menunjukkan dan mengajarkan kita sejak muda untuk memiliki jiwa entrepreneur," pungkas dosen FEB UNISMA lulusan Jordania ini.
(eyt)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content