Sinergi Pentahelix Hulu Hilir untuk Bangun Kemandirian Pangan Nasional
Jum'at, 18 Desember 2020 - 09:00 WIB
"Kita tidak perlu takut. Selain beras, kita punya komoditi pangan lainnya yang bisa diandalkan. Misalnya membuat beras jagung, singkong, dan sagu. Stok sagu kita di timur masih sangat melimpah. Tinggal bagaimana memanfaatkannya," kata Budi, Rabu (15/12/2020).
(Baca juga: Ingin Pulang Kampung ke Malang, Pemuda Ini Nekat Menyeberangi Teluk Balikpapan Menggunakan Galon )
Sementara itu, Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmaja mengatakan, Indonesia pada dasarnya memiliki kekuatan berdaulat pangan bila elemen pentahelix bersinergi, berperan sebagaimana mestinya. Sinergi pentahelix penting agar potensi pertanian di Indonesia bisa maksimal.
Karena, kata dia, semangat membangun pertanian akan terus berjalan melahirkan solusi inovatif, lantaran kehadirannya untuk memenuhi kebutuhan hidup orang banyak. Sinergi pentahelix pertanian melahirkan perencanaan pangan , disusun dan dirumuskan secara komprehensif.
"Kalau kita bicara pembangunan pangan , berarti bicara mulai dari hulu hingga hilir, produksi hingga konsumsi. Jadi keliru sekali bila pembangunan pertanian hanya meningkatkan produksi. Justru setelah produksi meningkat, harus dipikirkan bagaimana barang didistribusikan, harga terjangkau oleh masyarakat, dan suplai aman," kata Entang.
(Baca juga: Saling Ejek, Dua Kelompok Remaja di Medan Saling Lempar Batu di Tengah Kota )
Menurut dia, konsep pengembangan pangan , tidak bisa dilepaskan dari ketahanan dan kemandirian pangan . Sehingga persoalan pangan ini menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah pusat dan daerah, serta pihak yang tergabung dalam lingkaran pentahelix. Artinya mesti ada sinergitas dan kolaborasi antara masyarakat, dunia pendidikan, pelaku usaha, media massa, dan pemerintahan.
Tanpa ada sinergi pentahelix, kata Entang, solusi pertanian yang telah dibangun bisa gagal. Dia menganalogikan, harga komoditi akan turun saat panen raya, akibat suplai melimpah. Artinya, ada persoalan pada produksi yang melibatkan petani dan penggunaan teknologinya. Begitupun distribusi oleh pengusaha serta miss informasi media massa yang membuat harga pangan bergejolak. Semantara pemerintah tak bisa berbuat banyak.
Menurut Entang, jika masing-masing institusi pentahelix berperan, memiliki komitmen sama terhadap persoalan pangan , dia yakin Indonesia bakal berdaulat secara pangan . Misalnya di hulu, tidak memandang peningkatan produksi adalah tanggung jawab petani. Tetapi perlu campur tangan pemerintah dan dunia pendidikan melalui inovasi teknologi dan rekayasa pertanian.
"Solusi kedua adalah harus dijaga stabilisasi harga pangan . Petani akan senang, jika harga bisa dijaga atau dijamin oleh pemerintah. Bahwa harga di sektor pertanian tidak akan dipermainkan oleh para pemain pasar (pengusaha). Jangan sampai saat panen, harga hancur. Kan petani kecewa," beber Entang.
(Baca juga: Ingin Pulang Kampung ke Malang, Pemuda Ini Nekat Menyeberangi Teluk Balikpapan Menggunakan Galon )
Sementara itu, Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmaja mengatakan, Indonesia pada dasarnya memiliki kekuatan berdaulat pangan bila elemen pentahelix bersinergi, berperan sebagaimana mestinya. Sinergi pentahelix penting agar potensi pertanian di Indonesia bisa maksimal.
Karena, kata dia, semangat membangun pertanian akan terus berjalan melahirkan solusi inovatif, lantaran kehadirannya untuk memenuhi kebutuhan hidup orang banyak. Sinergi pentahelix pertanian melahirkan perencanaan pangan , disusun dan dirumuskan secara komprehensif.
"Kalau kita bicara pembangunan pangan , berarti bicara mulai dari hulu hingga hilir, produksi hingga konsumsi. Jadi keliru sekali bila pembangunan pertanian hanya meningkatkan produksi. Justru setelah produksi meningkat, harus dipikirkan bagaimana barang didistribusikan, harga terjangkau oleh masyarakat, dan suplai aman," kata Entang.
(Baca juga: Saling Ejek, Dua Kelompok Remaja di Medan Saling Lempar Batu di Tengah Kota )
Menurut dia, konsep pengembangan pangan , tidak bisa dilepaskan dari ketahanan dan kemandirian pangan . Sehingga persoalan pangan ini menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah pusat dan daerah, serta pihak yang tergabung dalam lingkaran pentahelix. Artinya mesti ada sinergitas dan kolaborasi antara masyarakat, dunia pendidikan, pelaku usaha, media massa, dan pemerintahan.
Tanpa ada sinergi pentahelix, kata Entang, solusi pertanian yang telah dibangun bisa gagal. Dia menganalogikan, harga komoditi akan turun saat panen raya, akibat suplai melimpah. Artinya, ada persoalan pada produksi yang melibatkan petani dan penggunaan teknologinya. Begitupun distribusi oleh pengusaha serta miss informasi media massa yang membuat harga pangan bergejolak. Semantara pemerintah tak bisa berbuat banyak.
Menurut Entang, jika masing-masing institusi pentahelix berperan, memiliki komitmen sama terhadap persoalan pangan , dia yakin Indonesia bakal berdaulat secara pangan . Misalnya di hulu, tidak memandang peningkatan produksi adalah tanggung jawab petani. Tetapi perlu campur tangan pemerintah dan dunia pendidikan melalui inovasi teknologi dan rekayasa pertanian.
"Solusi kedua adalah harus dijaga stabilisasi harga pangan . Petani akan senang, jika harga bisa dijaga atau dijamin oleh pemerintah. Bahwa harga di sektor pertanian tidak akan dipermainkan oleh para pemain pasar (pengusaha). Jangan sampai saat panen, harga hancur. Kan petani kecewa," beber Entang.
tulis komentar anda