Sinergi Pentahelix Hulu Hilir untuk Bangun Kemandirian Pangan Nasional
loading...
A
A
A
BANDUNG - Sinergi pentahelix hulu hilir dinilai menjadi solusi kunci kemandirian sektor pertanian nasional, menghadapi ancaman krisis pangan dunia. Kolaborasi lima kekuatan, akan menciptakan bauran kebijakan strategis, menghasilkan komoditi pertanian berbasis teknologi untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
(Baca juga: Selama 6 Jam Terdengar 5 Kali Suara Gemuruh Akibat Guguran Dari Puncak Merapi )
Sinergi pentahelix meliputi pemerintah, masyarakat (petani), pelaku usaha, akademisi, dan media massa. Masing-masing perlu memiliki komitmen sama mencari solusi dan membuat inovasi, memastikan sektor agribisnis mampu menjadi solusi di negeri sendiri. Kemandirian pangan penting diupayakan, menyikapi menguatnya isu krisis pangan dunia.
Di Jawa Barat, ancaman krisis pangan pertama kali diingatkan oleh Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPW BI) Provinsi Jawa Barat Herawanto pada akhir November 2020 lalu. Potensi krisis diprediksi bakal terjadi pada pertengahan 2021, seiring melemahnya produktivitas sektor pertanian di beberapa negara dunia.
Indonesia yang selama ini mengandalkan importasi produk pangan terutama beras, diprediksi bakal kesulitan mendapatkan komoditi karbohidrat. Penyebabnya, sejumlah negara seperti Vietnam, Thailand, Myanmar akan mengerem importasi produk pertaniannya, imbas dari pandemi COVID-19 dan perubahan iklim. "Indonesia diprediksi bakal terimbas, terutama pada komoditi karbohidrat seperti beras," kata Herawanto.
(Baca juga: Astaga, Guru Ngaji di Pringsewu Tega Jejali 2 Muridnya Obat Perangsang Hingga Kejang-kejang )
Sayangnya, pemenuhan kebutuhan karbohidrat di Indonesia tak bisa dilepaskan dari ketergantungan terhadap negara lain. Data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah melakukan impor beras sejak medio 2000-an. Delapan negara tercatat menjadi penyumbang impor beras terbesar ke Indonesia yaitu Thailand, Vietnam, Myanmar, Pakistan, India, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Taiwan.
Data lima tahun terakhir, volume impor terbesar terjadi pada 2018 lalu sebanyak 2,2 juta ton. Namun turun pada 2019 menjadi sekitar 444.508 ton. Negara pengimpor beras terbesar pada 2019 berasal dari Pakistan sekitar 182.564 ton. Di urutan kedua, ada Myanmar dengan volume 166.700 ton.
Menurut Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Indonesia tidak perlu khawatir akan ancaman krisis pangan dunia. Indonesia memiliki sejumlah keunggulan yang memungkinkan mandiri pangan melalui berbagai inovasi pertanian, tanpa harus selalu tergantung terhadap beras.
"Kita tidak perlu takut. Selain beras, kita punya komoditi pangan lainnya yang bisa diandalkan. Misalnya membuat beras jagung, singkong, dan sagu. Stok sagu kita di timur masih sangat melimpah. Tinggal bagaimana memanfaatkannya," kata Budi, Rabu (15/12/2020).
(Baca juga: Ingin Pulang Kampung ke Malang, Pemuda Ini Nekat Menyeberangi Teluk Balikpapan Menggunakan Galon )
Sementara itu, Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmaja mengatakan, Indonesia pada dasarnya memiliki kekuatan berdaulat pangan bila elemen pentahelix bersinergi, berperan sebagaimana mestinya. Sinergi pentahelix penting agar potensi pertanian di Indonesia bisa maksimal.
Karena, kata dia, semangat membangun pertanian akan terus berjalan melahirkan solusi inovatif, lantaran kehadirannya untuk memenuhi kebutuhan hidup orang banyak. Sinergi pentahelix pertanian melahirkan perencanaan pangan , disusun dan dirumuskan secara komprehensif.
"Kalau kita bicara pembangunan pangan , berarti bicara mulai dari hulu hingga hilir, produksi hingga konsumsi. Jadi keliru sekali bila pembangunan pertanian hanya meningkatkan produksi. Justru setelah produksi meningkat, harus dipikirkan bagaimana barang didistribusikan, harga terjangkau oleh masyarakat, dan suplai aman," kata Entang.
(Baca juga: Saling Ejek, Dua Kelompok Remaja di Medan Saling Lempar Batu di Tengah Kota )
Menurut dia, konsep pengembangan pangan , tidak bisa dilepaskan dari ketahanan dan kemandirian pangan . Sehingga persoalan pangan ini menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah pusat dan daerah, serta pihak yang tergabung dalam lingkaran pentahelix. Artinya mesti ada sinergitas dan kolaborasi antara masyarakat, dunia pendidikan, pelaku usaha, media massa, dan pemerintahan.
Tanpa ada sinergi pentahelix, kata Entang, solusi pertanian yang telah dibangun bisa gagal. Dia menganalogikan, harga komoditi akan turun saat panen raya, akibat suplai melimpah. Artinya, ada persoalan pada produksi yang melibatkan petani dan penggunaan teknologinya. Begitupun distribusi oleh pengusaha serta miss informasi media massa yang membuat harga pangan bergejolak. Semantara pemerintah tak bisa berbuat banyak.
Menurut Entang, jika masing-masing institusi pentahelix berperan, memiliki komitmen sama terhadap persoalan pangan , dia yakin Indonesia bakal berdaulat secara pangan . Misalnya di hulu, tidak memandang peningkatan produksi adalah tanggung jawab petani. Tetapi perlu campur tangan pemerintah dan dunia pendidikan melalui inovasi teknologi dan rekayasa pertanian.
"Solusi kedua adalah harus dijaga stabilisasi harga pangan . Petani akan senang, jika harga bisa dijaga atau dijamin oleh pemerintah. Bahwa harga di sektor pertanian tidak akan dipermainkan oleh para pemain pasar (pengusaha). Jangan sampai saat panen, harga hancur. Kan petani kecewa," beber Entang.
(Baca juga: Buka Melebihi Batas Waktu, Empat Minimarket di Kota Bandung Disegel )
Media massa juga berperan penting. Informasi hasil panen yang melimpah dan cenderung berlebih, justru akan membuat sentimen negatif terhadap harga. Begitupun sebaliknya, saat kemarau media massa memainkan framing kelangkaan pangan . Kondisi ini menyebabkan terjadinya inflasi akibat terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen.
Terakhir, kata Entang, harus ada jaminan negara terhadap sektor pertanian. Bila produksi meningkat dan harga pangan stabil, negara harus berkomitmen memberi kesejahteraan bagi petani. Jangan sampai petani hanya jadi obyek untuk meningkatkan produksi dan penjamin ketersediaan pangan .
Komitmen menjaga pangan nasional, juga diutarakan Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil. Dia menginisiasi program Petani Milenial, melibatkan elemen pentahelix, sebagai salah satu solusi menghadapi krisis pangan. Program ini mengintegrasikan semua elemen dari hulu hingga hilir. Membidik milenial mengolah lahan kosong menjadi produktif.
(Baca juga: Hujan Deras Selama 3 Jam Guyur Cirebon, Ratusan Rumah di Dua Kecamatan Terendam Banjir )
Rencananya, puluhan ribu hektare lahan akan dipinjamkan kepada milenial, dengan konsep satu milenial satu hektare lahan. Salah satu syaratnya, petani milenial harus menguasai teknologi untuk menghubungkan petani dengan off taker.
"Mereka akan mendapat bimbingan dari awal hingga akhir. Jadi tidak akan kebingungan menanam apa dan bagaimana memasarkannya. Kami akan menggandeng off taker untuk meng-cover petani milenial dari hulu hingga hilir," beber Ridwan Kamil.
Menurut dia, Jawa Barat secara geografis memiliki lahan yang cukup luas. Namun, hanya sebagian kecil masyarakat yang mau bertani. Di Jabar tercatat ada sekitar 3,2 juta petani. Sayangnya, sekitar 29 persen atau 945.574 orang petani berusia muda antara 25-44 tahun. Sisanya, petani dengan usia di atas 45-an tahun.
Melalui program ini, Ridwan Kamil optimistis persoalan pangan akan sedikit teratasi. Regenerasi pertanian terjadi. Lahan kosong menjadi produktif menghasilkan pangan dan memberi nilai ekonomi bagi masyarakat.
(Baca juga: Ada Dugaan Korupsi Tanah Aset Pemkab Manggarai Barat, 2 Hotel di Labuan Bajo Disita Kejati NTT )
Sinergi pentahelix hulu hingga hilir juga telah dicontohkan oleh PT Pupuk Kujang. BUMN ini mencoba menyinergikan petani, pelaku usaha, dan pemerintah pada program Closed Loop. Sistem ini memberi jaminan ketersediaan pasokan. Sistem Closed Loop telah diimplementasikan kepada petani jeruk di Kabupaten Garut. Pupuk Kujang juga mulai melakukan proyek percontohan Closed Loop di areal 30.000 meter persegi untuk budidaya cabai.
Closed Loop PT Pupuk Kujang dilakukan dalam bentuk pendampingan kepada petani. Mulai dari analisa tanah, aplikasi pemupukan, budidaya hingga pemasaran hasil panen. Program Closed Loop agribisnis ini, menjadi jembatan untuk petani dan pasar sehingga supply lebih maksimal, sementara produk maupun harga menjadi stabil.
"Kunci dari program ini adalah sinergi antarpihak, mulai dari BUMN, pemerintah, swasta, organisasi pengusaha seperti Kadin, dan kelompok tani," kata Direktur Operasi & Produksi Pupuk Kujang Robert Sarjaka.
(Baca juga: Diterjang Hujan Lebat, Jalan Penghubung Kecamatan di Banyumas Putus Total )
Pihak yang terlibat dalam program ini, kata dia, mempunyai peranan masing-masing. Menjamin proses dari hulu hingga hilir berjalan baik, bertanggung jawab melakukan pendampingan agar produktivitas hasil taninya optimal.
"Closed Loop pertanian ini akan mengurai permasalahan supply chain yang muncul, seperti produk melimpah atau kelangkaan produk pertanian. Model Closed Loop ke depan diharapkan dapat menjadi success story yang dapat menjadi referensi dalam pengembangan bisnis hortikultura di Indonesia," tutur Robert.
Dia menjelaskan, setelah Garut sebagai pilot project, program Closed Loop bakal diterapkan di daerah lainnya. Utamanya daerah yang memiliki potensial market, kelompok tani, dan juga luasan lahan memadai. Garut, kata dia, selama ini sebagai kawasan strategis pemasaran pupuk bersubsidi dan non-subsidi atau ritel Pupuk Kujang.
(Baca juga: Selama 6 Jam Terdengar 5 Kali Suara Gemuruh Akibat Guguran Dari Puncak Merapi )
Sinergi pentahelix meliputi pemerintah, masyarakat (petani), pelaku usaha, akademisi, dan media massa. Masing-masing perlu memiliki komitmen sama mencari solusi dan membuat inovasi, memastikan sektor agribisnis mampu menjadi solusi di negeri sendiri. Kemandirian pangan penting diupayakan, menyikapi menguatnya isu krisis pangan dunia.
Di Jawa Barat, ancaman krisis pangan pertama kali diingatkan oleh Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPW BI) Provinsi Jawa Barat Herawanto pada akhir November 2020 lalu. Potensi krisis diprediksi bakal terjadi pada pertengahan 2021, seiring melemahnya produktivitas sektor pertanian di beberapa negara dunia.
Indonesia yang selama ini mengandalkan importasi produk pangan terutama beras, diprediksi bakal kesulitan mendapatkan komoditi karbohidrat. Penyebabnya, sejumlah negara seperti Vietnam, Thailand, Myanmar akan mengerem importasi produk pertaniannya, imbas dari pandemi COVID-19 dan perubahan iklim. "Indonesia diprediksi bakal terimbas, terutama pada komoditi karbohidrat seperti beras," kata Herawanto.
(Baca juga: Astaga, Guru Ngaji di Pringsewu Tega Jejali 2 Muridnya Obat Perangsang Hingga Kejang-kejang )
Sayangnya, pemenuhan kebutuhan karbohidrat di Indonesia tak bisa dilepaskan dari ketergantungan terhadap negara lain. Data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah melakukan impor beras sejak medio 2000-an. Delapan negara tercatat menjadi penyumbang impor beras terbesar ke Indonesia yaitu Thailand, Vietnam, Myanmar, Pakistan, India, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Taiwan.
Data lima tahun terakhir, volume impor terbesar terjadi pada 2018 lalu sebanyak 2,2 juta ton. Namun turun pada 2019 menjadi sekitar 444.508 ton. Negara pengimpor beras terbesar pada 2019 berasal dari Pakistan sekitar 182.564 ton. Di urutan kedua, ada Myanmar dengan volume 166.700 ton.
Menurut Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Indonesia tidak perlu khawatir akan ancaman krisis pangan dunia. Indonesia memiliki sejumlah keunggulan yang memungkinkan mandiri pangan melalui berbagai inovasi pertanian, tanpa harus selalu tergantung terhadap beras.
"Kita tidak perlu takut. Selain beras, kita punya komoditi pangan lainnya yang bisa diandalkan. Misalnya membuat beras jagung, singkong, dan sagu. Stok sagu kita di timur masih sangat melimpah. Tinggal bagaimana memanfaatkannya," kata Budi, Rabu (15/12/2020).
(Baca juga: Ingin Pulang Kampung ke Malang, Pemuda Ini Nekat Menyeberangi Teluk Balikpapan Menggunakan Galon )
Sementara itu, Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmaja mengatakan, Indonesia pada dasarnya memiliki kekuatan berdaulat pangan bila elemen pentahelix bersinergi, berperan sebagaimana mestinya. Sinergi pentahelix penting agar potensi pertanian di Indonesia bisa maksimal.
Karena, kata dia, semangat membangun pertanian akan terus berjalan melahirkan solusi inovatif, lantaran kehadirannya untuk memenuhi kebutuhan hidup orang banyak. Sinergi pentahelix pertanian melahirkan perencanaan pangan , disusun dan dirumuskan secara komprehensif.
"Kalau kita bicara pembangunan pangan , berarti bicara mulai dari hulu hingga hilir, produksi hingga konsumsi. Jadi keliru sekali bila pembangunan pertanian hanya meningkatkan produksi. Justru setelah produksi meningkat, harus dipikirkan bagaimana barang didistribusikan, harga terjangkau oleh masyarakat, dan suplai aman," kata Entang.
(Baca juga: Saling Ejek, Dua Kelompok Remaja di Medan Saling Lempar Batu di Tengah Kota )
Menurut dia, konsep pengembangan pangan , tidak bisa dilepaskan dari ketahanan dan kemandirian pangan . Sehingga persoalan pangan ini menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah pusat dan daerah, serta pihak yang tergabung dalam lingkaran pentahelix. Artinya mesti ada sinergitas dan kolaborasi antara masyarakat, dunia pendidikan, pelaku usaha, media massa, dan pemerintahan.
Tanpa ada sinergi pentahelix, kata Entang, solusi pertanian yang telah dibangun bisa gagal. Dia menganalogikan, harga komoditi akan turun saat panen raya, akibat suplai melimpah. Artinya, ada persoalan pada produksi yang melibatkan petani dan penggunaan teknologinya. Begitupun distribusi oleh pengusaha serta miss informasi media massa yang membuat harga pangan bergejolak. Semantara pemerintah tak bisa berbuat banyak.
Menurut Entang, jika masing-masing institusi pentahelix berperan, memiliki komitmen sama terhadap persoalan pangan , dia yakin Indonesia bakal berdaulat secara pangan . Misalnya di hulu, tidak memandang peningkatan produksi adalah tanggung jawab petani. Tetapi perlu campur tangan pemerintah dan dunia pendidikan melalui inovasi teknologi dan rekayasa pertanian.
"Solusi kedua adalah harus dijaga stabilisasi harga pangan . Petani akan senang, jika harga bisa dijaga atau dijamin oleh pemerintah. Bahwa harga di sektor pertanian tidak akan dipermainkan oleh para pemain pasar (pengusaha). Jangan sampai saat panen, harga hancur. Kan petani kecewa," beber Entang.
(Baca juga: Buka Melebihi Batas Waktu, Empat Minimarket di Kota Bandung Disegel )
Media massa juga berperan penting. Informasi hasil panen yang melimpah dan cenderung berlebih, justru akan membuat sentimen negatif terhadap harga. Begitupun sebaliknya, saat kemarau media massa memainkan framing kelangkaan pangan . Kondisi ini menyebabkan terjadinya inflasi akibat terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen.
Terakhir, kata Entang, harus ada jaminan negara terhadap sektor pertanian. Bila produksi meningkat dan harga pangan stabil, negara harus berkomitmen memberi kesejahteraan bagi petani. Jangan sampai petani hanya jadi obyek untuk meningkatkan produksi dan penjamin ketersediaan pangan .
Komitmen menjaga pangan nasional, juga diutarakan Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil. Dia menginisiasi program Petani Milenial, melibatkan elemen pentahelix, sebagai salah satu solusi menghadapi krisis pangan. Program ini mengintegrasikan semua elemen dari hulu hingga hilir. Membidik milenial mengolah lahan kosong menjadi produktif.
(Baca juga: Hujan Deras Selama 3 Jam Guyur Cirebon, Ratusan Rumah di Dua Kecamatan Terendam Banjir )
Rencananya, puluhan ribu hektare lahan akan dipinjamkan kepada milenial, dengan konsep satu milenial satu hektare lahan. Salah satu syaratnya, petani milenial harus menguasai teknologi untuk menghubungkan petani dengan off taker.
"Mereka akan mendapat bimbingan dari awal hingga akhir. Jadi tidak akan kebingungan menanam apa dan bagaimana memasarkannya. Kami akan menggandeng off taker untuk meng-cover petani milenial dari hulu hingga hilir," beber Ridwan Kamil.
Menurut dia, Jawa Barat secara geografis memiliki lahan yang cukup luas. Namun, hanya sebagian kecil masyarakat yang mau bertani. Di Jabar tercatat ada sekitar 3,2 juta petani. Sayangnya, sekitar 29 persen atau 945.574 orang petani berusia muda antara 25-44 tahun. Sisanya, petani dengan usia di atas 45-an tahun.
Melalui program ini, Ridwan Kamil optimistis persoalan pangan akan sedikit teratasi. Regenerasi pertanian terjadi. Lahan kosong menjadi produktif menghasilkan pangan dan memberi nilai ekonomi bagi masyarakat.
(Baca juga: Ada Dugaan Korupsi Tanah Aset Pemkab Manggarai Barat, 2 Hotel di Labuan Bajo Disita Kejati NTT )
Sinergi pentahelix hulu hingga hilir juga telah dicontohkan oleh PT Pupuk Kujang. BUMN ini mencoba menyinergikan petani, pelaku usaha, dan pemerintah pada program Closed Loop. Sistem ini memberi jaminan ketersediaan pasokan. Sistem Closed Loop telah diimplementasikan kepada petani jeruk di Kabupaten Garut. Pupuk Kujang juga mulai melakukan proyek percontohan Closed Loop di areal 30.000 meter persegi untuk budidaya cabai.
Closed Loop PT Pupuk Kujang dilakukan dalam bentuk pendampingan kepada petani. Mulai dari analisa tanah, aplikasi pemupukan, budidaya hingga pemasaran hasil panen. Program Closed Loop agribisnis ini, menjadi jembatan untuk petani dan pasar sehingga supply lebih maksimal, sementara produk maupun harga menjadi stabil.
"Kunci dari program ini adalah sinergi antarpihak, mulai dari BUMN, pemerintah, swasta, organisasi pengusaha seperti Kadin, dan kelompok tani," kata Direktur Operasi & Produksi Pupuk Kujang Robert Sarjaka.
(Baca juga: Diterjang Hujan Lebat, Jalan Penghubung Kecamatan di Banyumas Putus Total )
Pihak yang terlibat dalam program ini, kata dia, mempunyai peranan masing-masing. Menjamin proses dari hulu hingga hilir berjalan baik, bertanggung jawab melakukan pendampingan agar produktivitas hasil taninya optimal.
"Closed Loop pertanian ini akan mengurai permasalahan supply chain yang muncul, seperti produk melimpah atau kelangkaan produk pertanian. Model Closed Loop ke depan diharapkan dapat menjadi success story yang dapat menjadi referensi dalam pengembangan bisnis hortikultura di Indonesia," tutur Robert.
Dia menjelaskan, setelah Garut sebagai pilot project, program Closed Loop bakal diterapkan di daerah lainnya. Utamanya daerah yang memiliki potensial market, kelompok tani, dan juga luasan lahan memadai. Garut, kata dia, selama ini sebagai kawasan strategis pemasaran pupuk bersubsidi dan non-subsidi atau ritel Pupuk Kujang.
(eyt)