Bukan 'Virgin' Biasa, VCO Inovasi Bambang Bantu Perbaikan Gizi Anak Parigi Moutong
Minggu, 13 Desember 2020 - 20:46 WIB
Blondo dan VCO yang dijadikan biskut dan obat untuk membantu meningkatkan gizi anak-anak di Parigi Moutong merupakan hasil temuan Dosen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako, Palu, Bambang Sardi. Teknologi VCO ini menggunakan metode fermentasi anaerob dan tidak menggunakan pemanasan dalam pembuatan VCO. Jadi bisa dipastikan benar-benar minyak kelapa murni.
Bambang Sardi menuturkan, berkat penelitian yang dilakukan alumnus Jurusan Teknik Kimia, Program Studi Teknik Kimia, Universitas Muslim Indonesia , Makassar, itu memperoleh apresiasi dari Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards, PT Astra International Tbk, tahun 2017, untuk kategori bidang teknologi.
Dari apresiasi tersebut, Bambang memperoleh dana Rp 65 juta. Dana inilah kemudian, kata dia, digunakan untuk pengembangan inovasi dan pemenuhan dokumen perizinan produk VCO. Tak hanya itu, teknologi yang ditemukan ini kemudian dihibahkan ke masyarakat, termasuk salah satunya ke rumah sehat BAZNAZ di Parigi Moutong.
Selain itu, dana apresiasi itu digunakan juga untuk melakukan inovasi lain, yaitu produksi VCO dalam bentuk kapsul (tablet) dan produksi biskuit Blondo VCO untuk penanganan gizi buruk.
Melalui inovasi teknologi produksi VCO ini melahirkan tiga kelompok mitra usaha masyarakat yang saling mendukung. Pertama, kelompok masyarakat Qonita Nur di Kabupaten Parigi Moutong sebagai penyedia bahan baku kelapa varietas dalam dan tempat riset.
Kedua, kelompok masyarakat Muflih di Palu, sebagai tempat produksi dan pemasaran VCO. Ketiga, kelompok masyarakat Usaha Tadulako, yang memproduksi dan mengembangkan biskuit Blondo VCO.
Dengan berkembangnya industri VCO di Palu, diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat , terutama di Sulawesi Tengah
Teknologi VCO yang ditemukan Bambang Sardi merupakan metode baru pembuatan minyak kelapa murni selain menggunakan metode fermentasi anaerob, juga tidak menggunakan pemanasan dalam pembuatan VCO.
Selama ini, kata dia, masyarakat Sulawesi Tengah memakai cuka dan pemanasan untuk memproduksi VCO. Akhirnya, dia tertantang memaksimalkan pemanfaatan kelapa yang melimpah di daerahnya. Setelah melakukan percobaan berulang kali, Bambang akhirnya bisa memproduksi VCO pada 2016.
Teknologi ini sangat murah dan sangat sederhana, di mana menggunakan sistem fermentor selimut yakni, santan perasan kelapa diselimuti oleh ampas sisa perasannya. Alhasil, VCO memiliki kandungan protein yang tinggi daripada hasil metode konvensional.
Bambang Sardi menuturkan, berkat penelitian yang dilakukan alumnus Jurusan Teknik Kimia, Program Studi Teknik Kimia, Universitas Muslim Indonesia , Makassar, itu memperoleh apresiasi dari Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) Awards, PT Astra International Tbk, tahun 2017, untuk kategori bidang teknologi.
Dari apresiasi tersebut, Bambang memperoleh dana Rp 65 juta. Dana inilah kemudian, kata dia, digunakan untuk pengembangan inovasi dan pemenuhan dokumen perizinan produk VCO. Tak hanya itu, teknologi yang ditemukan ini kemudian dihibahkan ke masyarakat, termasuk salah satunya ke rumah sehat BAZNAZ di Parigi Moutong.
Selain itu, dana apresiasi itu digunakan juga untuk melakukan inovasi lain, yaitu produksi VCO dalam bentuk kapsul (tablet) dan produksi biskuit Blondo VCO untuk penanganan gizi buruk.
Melalui inovasi teknologi produksi VCO ini melahirkan tiga kelompok mitra usaha masyarakat yang saling mendukung. Pertama, kelompok masyarakat Qonita Nur di Kabupaten Parigi Moutong sebagai penyedia bahan baku kelapa varietas dalam dan tempat riset.
Kedua, kelompok masyarakat Muflih di Palu, sebagai tempat produksi dan pemasaran VCO. Ketiga, kelompok masyarakat Usaha Tadulako, yang memproduksi dan mengembangkan biskuit Blondo VCO.
Dengan berkembangnya industri VCO di Palu, diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat , terutama di Sulawesi Tengah
Teknologi VCO yang ditemukan Bambang Sardi merupakan metode baru pembuatan minyak kelapa murni selain menggunakan metode fermentasi anaerob, juga tidak menggunakan pemanasan dalam pembuatan VCO.
Selama ini, kata dia, masyarakat Sulawesi Tengah memakai cuka dan pemanasan untuk memproduksi VCO. Akhirnya, dia tertantang memaksimalkan pemanfaatan kelapa yang melimpah di daerahnya. Setelah melakukan percobaan berulang kali, Bambang akhirnya bisa memproduksi VCO pada 2016.
Teknologi ini sangat murah dan sangat sederhana, di mana menggunakan sistem fermentor selimut yakni, santan perasan kelapa diselimuti oleh ampas sisa perasannya. Alhasil, VCO memiliki kandungan protein yang tinggi daripada hasil metode konvensional.
tulis komentar anda