KH Anwar Musaddad, Ulama Besar yang Kerap Merepotkan Pasukan Belanda

Sabtu, 21 November 2020 - 05:00 WIB
Pasukan Hizbullah menerapkan strategi berperang sporadis yang kerap merepotkan pasukan Belanda dan sekutunya itu. Kisah heroik pasukan Hizbullah pun akhirnya terdengar ke seantero negeri hingga sampai di telinga Bung Tomo, pemimpin pergerakan Arek-arek Suroboyo.

Bahkan, Bung Tomo pun mengagumi aksi heroik tersebut hingga dirinya mengajak pasukan Hizbullah untuk bergabung melawan pasukan Belanda di Surabaya. Keinginan Bung Tomo pun akhirnya dikabulkan, dipimpin KH Mustofa Kamil, satu peleton barisan Hizbullah berangkat ke Surabaya dan bertempur hingga KH Mustofa Kamil gugur dalam pertempuran tersebut.

Musaddad dan KH Yusuf Tauziri sendiri akhirnya ditangkap pasukan Belanda pada 1948 dan mendekam di penjara. Keduanya baru dibebaskan setelah pengakuan kedaulatan kemerdekaan RI pada 1950 hingga keduanya kembali ke Pesantren Cipari di Garut sebagai markas perjuangan barunya.

Perjuangan KH Anwar Musaddad bukan hanya dihadapkan pada bangsa penjajah Belanda, melainkan juga dari bangsa sendiri. Musaddad berkali-kali diajak bergabung dengan Tentara Islam Indonesia yang dikenal dengan nama DI/TII pimpinan Kartosoewiryo, namun ajakan bergabung itu ditolaknya mentah-mentah.

Dalam bukunya Biografi Prof KH Anwar Musaddad, sejarawan Nina Herlina menyebut, Musaddad menegaskan pada Kartosoewirjo bahwa mengelola negara di dalam negara adalah sesuatu yang mustahil. Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baginya sudah menjadi harga mati.

Di awal masa kemerdekaan atau tiga tahun setelah lepas dari penjara tepatnya tahun 1953, Musaddad mendapat tugas dari Menteri Agama KH Fakih Usman untuk mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) di Yogyakarta yang menjadi cikal-bakal Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan kini berkembang menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

Dia diangkat menjadi guru besar dalam bidang Ushuluddin di IAIN Yogyakarta dan menjadi fakultas tersebut pada tahun 1962-1967. Kemudian, di tahun 1967, dia ditugaskan merintis IAIN Sunan Gunung Djati Bandung dan kemudian menjadi rektor pertamanya hingga tahun 1974.

Di bidang politik, Anwar Musaddad menjadi anggota parlemen (DPR) dari Partai Nahdlatul Ulama (NU) hasil pemilihan umum tahun 1955. Menjadi anggota DPR-GR 1960-1971. Dalam kiprahnya di NU, Musaddad pernah menjadi Wakil Rais ‘Am PBNU pada Muktamar NU di Semarang pada 1980.

Sejak tahun 1976, KH Anwar Musaddad tinggal di Garut dengan mendirikan Pesantren Al-Musaddadiyah yang mengelola pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Kiai yang terkenal sebagai ahli perbandingan agama, khususnya kristologi ini wafat pada tahun 2000 dalam usia 91 tahun.

Pemprov Jawa Barat sendiri telah mengusulkan KH Anwar Musaddad sebagai pahlawan nasional dari kalangan pesantren. Pengusulan itu dituangkan dalam sebuah kegiatan seminar yang digelar secara daring, Rabu (22/4/2020) lalu.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content