Polesan Gizi Kedelai di Pusaran Kelompok Urban
Jum'at, 30 Oktober 2020 - 13:22 WIB
Bagi warga di Kampung Tempe , mereka juga menaikan level kedelai dan tempe menjadi kudapan yang bernilai tinggi. Dari tangan gurih para ibu, keripik tempe nan lezat dihasilkan.
Nur Hasan (48), produsen keripik tempe menuturkan, dirinya tak hanya memproduksi tempe saja setiap hari, tapi juga makanan yang digemari dan bisa dibawa kemana-mana oleh para warga. Makanya, sejak 2012 ia memperlebar usahanya dengan membuka produksi keripik tempe .
(Baca juga: Nih, 5 Tempat Wisata di Surabaya Aman dan Cocok Didatangi saat Libur Panjang )
Pasar kedelai yang begitu lebar benar-benar dimanfaatkannya. Setiap hari, dirinya bisa menghabiskan 250-300 kilogram kedelai yang diolah menjadi tempe dan keripik tempe . "Keripik permintaannya terus naik, banyak yang suka dari anak muda sampai orang tua," jelasnya.
Sayap usaha itu pun terus berkembang ketika kelompok milenial ikut berkolaborasi bersama. Mereka menjadi jembatan bagi para produsen tempe untuk menciptakan produk olahan lainnya yang berbahan kedelai.
Mereka pun memasuki ruang-ruang digital untuk bisa memasarkan produk keripik tempe . Dengan kapasitas produksi yang terus ditambah, pengemasan yang rapi serta pasar-pasar baru di berbagai kalangan umur. "Semua bisa merasakan enaknya tempe dengan berbagai olahan makanan, termasuk camilan yang bisa dibawa kemana saja," katanya.
Imunitas di Tengah Pandemi
COVID-19 mengubah banyak landskap kehidupan masyarakat. Semua sektor ikut terdampak, dan kesehatan menjadi harga mahal untuk terus dijaga. Di tengah pandemi ini, imunitas menjadi modal utama untuk bisa keluar sebagai pemenang dalam perang melawan COVID-19 .
(Baca juga: Hari Sumpah Pemuda, Risma Minta Pemuda Melawan Kemiskinan )
Nur Hasan (48), produsen keripik tempe menuturkan, dirinya tak hanya memproduksi tempe saja setiap hari, tapi juga makanan yang digemari dan bisa dibawa kemana-mana oleh para warga. Makanya, sejak 2012 ia memperlebar usahanya dengan membuka produksi keripik tempe .
(Baca juga: Nih, 5 Tempat Wisata di Surabaya Aman dan Cocok Didatangi saat Libur Panjang )
Pasar kedelai yang begitu lebar benar-benar dimanfaatkannya. Setiap hari, dirinya bisa menghabiskan 250-300 kilogram kedelai yang diolah menjadi tempe dan keripik tempe . "Keripik permintaannya terus naik, banyak yang suka dari anak muda sampai orang tua," jelasnya.
Sayap usaha itu pun terus berkembang ketika kelompok milenial ikut berkolaborasi bersama. Mereka menjadi jembatan bagi para produsen tempe untuk menciptakan produk olahan lainnya yang berbahan kedelai.
Mereka pun memasuki ruang-ruang digital untuk bisa memasarkan produk keripik tempe . Dengan kapasitas produksi yang terus ditambah, pengemasan yang rapi serta pasar-pasar baru di berbagai kalangan umur. "Semua bisa merasakan enaknya tempe dengan berbagai olahan makanan, termasuk camilan yang bisa dibawa kemana saja," katanya.
Imunitas di Tengah Pandemi
COVID-19 mengubah banyak landskap kehidupan masyarakat. Semua sektor ikut terdampak, dan kesehatan menjadi harga mahal untuk terus dijaga. Di tengah pandemi ini, imunitas menjadi modal utama untuk bisa keluar sebagai pemenang dalam perang melawan COVID-19 .
(Baca juga: Hari Sumpah Pemuda, Risma Minta Pemuda Melawan Kemiskinan )
tulis komentar anda