Belajar Islam dan Kemerdekaan Beragama Dari KH Oesman Mansoer

Senin, 26 Oktober 2020 - 20:31 WIB
"Menurut pandangan keluarga besar KH. Oesman Mansoer, buku ini harus dicetak ulang dikarenakan situasi nasional yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia, di mana isu-isu agama menjadi fenomena sosial terkait dengan isu politik dan identitas dengan jargon teks-teks agama Islam ," ujar putra ke delapan KH. Oesman Mansoer, Muhammad Nurudin.

(Baca juga: Sinergi Bergizi Bersama UMKM Menjaga Ekonomi )

Pria yang akrab disapa Gus Din ini menyebutkan, naskah pemikiran KH. Oesman Mansoer ini mempresentasikan Islam moderat, yang mampu memahami kemajemukan Indonesia, dari latar belakang suku bangsa dan pemeluk agama yang diyakni oleh masyarakat Indonesia.

Hadir dalam diskusi bedah buku ini, antara lain Koordinator Nasional Gusdurian, Alisa Wahid; CEO The Initiative Institute serta Pengajar Departemen Politik FISIP Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi; Guru besar sosiologi agama dan Wakil Rektor 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Zainuddin, dan Pengajar di Institut Pendidikan Theologi Balewijaya GKJW Malang, Pendeta Chrysta Andrea.

Dalam pemaparannya, Alisa Wahid menyampaikan bahwa buku KH. Oesman Mansoer bisa menjadi pegangan dalam mengahadapi situasi saat ini. "Negara Indonesia adalah negara berdasarkan domkrasi yang dibangun atas kontrak sosial yaitu Pancasila, bukan berdasarkan kaum mayoritas atau menang-menangan," tegasnya.

Senada dengan Alisa, Zainuddin menyampaikan, bila dibandingkan dengan negara-negara lain, kehidupan beragama di Negara Indonesia sangat harmonis, hampir tidak ada konflik yang berarti. "Kalaupun ada konflik lebih pada ditunggangi kepentingan tertentu," ujarnya.

(Baca juga: BPPTKG Sebut Erupsi Gunung Merapi Semakin Dekat )

Sementara menurut Airlangga, pemikiran KH. Oesman Mansoer dapat digunakan sebagai rujukan Islam progresif di Indonesia, yang berisi adanya seruan yang lebih adil, toleran, dan solidaritas. "KH. Oesman Mansoer mengajarkan Islam , yang lebih bertumpu pada pemahaman nilai, yang relefan dengan situasi zaman," ungkapnya.

Melalui naskah pemikiran KH. Oesman Mansoer, yang merupakan rektor pertama Unisma, dan juga pengajar Islamologi di GKJW, Pendeta Chrysta menyebutkan, KH. Oesman Mansoer sangat berjasa dengan pemikirannya untuk Indonesia dan peradaban dunia, yaitu kerukunan yang merupakan keharusan dalam menghadapi masalah yang lebih besar.

Dekan FEB Unisma , Nur Diana menyampaikan, pembahasan pemikiran KH. Oesman Mansoer ini sangat penting pada kondisi Indonesia, saat ini. Di mana kondisi intoleransi sedang mewabah, dan mengganggu kerukunan kehidupan masyarakat yang sudah terbangun sejak lama.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More