Cetak Investasi Rp57,9 T, Jabar Tetap Diincar Investor di Tengah Pandemi
Jum'at, 23 Oktober 2020 - 15:38 WIB
BANDUNG - Provinsi Jawa Barat sukses mencetak realisasi investasi sebesar Rp57,9 triliun selama paruh pertama 2020. Fakta tersebut membuktikan bahwa aktivitas investasi di Jabar terus berjalan di tengah pandemi COVID-19.
Gubernur Jabar , Ridwan Kamil menyatakan, realisasi investasi yang berasal dari penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) itu menjadi yang terbesar di Indonesia. Menurutnya, meskipun pandemi COVID-19 telah berdampak besar terhadap perekonomian, namun Jabar tetap menjadi daya tarik bagi investor.(Baca: Jabar Cetak Realisasi Investasi Rp57,9 Triliun di Tengah Pandemi, Ini Rahasianya )
"Kapasitas SDM (sumber daya manusia) yang mumpuni dan infrastruktur yang akseptabel menjadi modal Jabar untuk menarik minat investor," ujarnya, Jumat (23/10/2020). "Dari persepsi mereka (investor), SDM di Jabar paling produktif," sambung Kang Emil, sapaan akrabnya.
Kang Emil meyakini, dalam lima tahun ke depan, Jabar pun bakal memiliki infrastruktur yang lebih mumpuni menyusul pembangunan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang yang merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia dimana peluncuran tahap awal (soft launching)-nya akan dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi), November mendatang.
"Maka, dalam lima tahun, saat semua pembangunnanya selesai, akan menjadi infrastruktur di Jabar yang luar biasa," katanya. Seiring pembangunan Pelabuhan Patimban, kata Kang Emil, Pemprov Jabar akan akan menjadikan kawasan Cirebon-Subang-Majalengka atau yang dikenal sebagai Segitiga Emas Rebana sebagai kawasan industri baru sebagai masa depan ekonomi Jabar.
"Kita juga menyiapkan visi baru, yaitu metropolitan Rebana yang merupakan kumpulan kota-kota baru di dalam tujuh wilayah yang berbasis industri," katanya. (Baca: Penandatanganan 26 MoU Proyek Investasi di Jabar )
Selain sukses mencetak realisasi investasi terbesar di Indonesia, Kang Emil juga menyebutkan bahwa ekspor Provinsi Jabar terus membaik di masa pandemi COVID-19. Saat ini, ekspor Jabar pun menjadi yang tertinggi di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) periode Januari hingga Agustus 2020, Jabar menyumbang 16,28 persen atau 16,79 miliar dolar Amerika Serikat terhadap ekspor nasional disusul Jawa Timur sebesar 12,95 persen, dan Kalimantan Timur sebesar 8,44 persen.
Sedangkan berdasarkan data BPS Provinsi Jabar, ekspor Jabar pada Juli 2020 sendiri sebesar 2,21 miliar dolar Amerika Serikat atau naik 12,48 persen dari Juni. "Ini menandakan pada saat COVID-19 kita jualan terus. Ekspor Jabar berhasil kita lakukan maksimal," tandasnya. (Baca: Penandatanganan 26 MoU Proyek Investasi di Jabar )
Sementara itu, Ketua Harian Komite Pemulihan Ekonomi Daerah (PED) Jabar, Ipong Witono mengaku telah menggelar pertemuan dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Dalam pertemuan yang digelar Rabu (21/10/2020) lalu itu, Komite PED Jabar dan Bahlil membahas upaya Indonesia, termasuk Jabar, dalam menghadapi tekanan akibat pendemi COVID-19.
Menurut Ipong, inovasi BKPM dalam mewujudkan investasi di daerah, di antaranya memusatkan proses perizinan berusaha melalui sistem online single submission (OSS) memberikan dampak bagi perekonomian Jabar. "Pemulihan ekonomi di Jabar akan membawa dampak pada pemulihan ekonomi nasional. Program padat karya akan menguatkan struktur daya beli masyarakat yang saat ini rapuh," kata Ipong.
Gubernur Jabar , Ridwan Kamil menyatakan, realisasi investasi yang berasal dari penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) itu menjadi yang terbesar di Indonesia. Menurutnya, meskipun pandemi COVID-19 telah berdampak besar terhadap perekonomian, namun Jabar tetap menjadi daya tarik bagi investor.(Baca: Jabar Cetak Realisasi Investasi Rp57,9 Triliun di Tengah Pandemi, Ini Rahasianya )
"Kapasitas SDM (sumber daya manusia) yang mumpuni dan infrastruktur yang akseptabel menjadi modal Jabar untuk menarik minat investor," ujarnya, Jumat (23/10/2020). "Dari persepsi mereka (investor), SDM di Jabar paling produktif," sambung Kang Emil, sapaan akrabnya.
Kang Emil meyakini, dalam lima tahun ke depan, Jabar pun bakal memiliki infrastruktur yang lebih mumpuni menyusul pembangunan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang yang merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia dimana peluncuran tahap awal (soft launching)-nya akan dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi), November mendatang.
"Maka, dalam lima tahun, saat semua pembangunnanya selesai, akan menjadi infrastruktur di Jabar yang luar biasa," katanya. Seiring pembangunan Pelabuhan Patimban, kata Kang Emil, Pemprov Jabar akan akan menjadikan kawasan Cirebon-Subang-Majalengka atau yang dikenal sebagai Segitiga Emas Rebana sebagai kawasan industri baru sebagai masa depan ekonomi Jabar.
"Kita juga menyiapkan visi baru, yaitu metropolitan Rebana yang merupakan kumpulan kota-kota baru di dalam tujuh wilayah yang berbasis industri," katanya. (Baca: Penandatanganan 26 MoU Proyek Investasi di Jabar )
Selain sukses mencetak realisasi investasi terbesar di Indonesia, Kang Emil juga menyebutkan bahwa ekspor Provinsi Jabar terus membaik di masa pandemi COVID-19. Saat ini, ekspor Jabar pun menjadi yang tertinggi di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) periode Januari hingga Agustus 2020, Jabar menyumbang 16,28 persen atau 16,79 miliar dolar Amerika Serikat terhadap ekspor nasional disusul Jawa Timur sebesar 12,95 persen, dan Kalimantan Timur sebesar 8,44 persen.
Sedangkan berdasarkan data BPS Provinsi Jabar, ekspor Jabar pada Juli 2020 sendiri sebesar 2,21 miliar dolar Amerika Serikat atau naik 12,48 persen dari Juni. "Ini menandakan pada saat COVID-19 kita jualan terus. Ekspor Jabar berhasil kita lakukan maksimal," tandasnya. (Baca: Penandatanganan 26 MoU Proyek Investasi di Jabar )
Sementara itu, Ketua Harian Komite Pemulihan Ekonomi Daerah (PED) Jabar, Ipong Witono mengaku telah menggelar pertemuan dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Dalam pertemuan yang digelar Rabu (21/10/2020) lalu itu, Komite PED Jabar dan Bahlil membahas upaya Indonesia, termasuk Jabar, dalam menghadapi tekanan akibat pendemi COVID-19.
Menurut Ipong, inovasi BKPM dalam mewujudkan investasi di daerah, di antaranya memusatkan proses perizinan berusaha melalui sistem online single submission (OSS) memberikan dampak bagi perekonomian Jabar. "Pemulihan ekonomi di Jabar akan membawa dampak pada pemulihan ekonomi nasional. Program padat karya akan menguatkan struktur daya beli masyarakat yang saat ini rapuh," kata Ipong.
(don)
tulis komentar anda