Tahapan Berjalan Lancar, Uji Klinis Vaksin Sinovac Diprediksi Rampung Maret 2021
Selasa, 20 Oktober 2020 - 14:50 WIB
"Nantinya, hasil uji klinis fase tiga yang dilakukan di Bandung akan digabungkan dengan hasil uji klinis fase tiga di negara lain, seperti Brazil, Chili, Turki, dan Bangladesh," katanya.
Riska menyatakan, setelah seluruh tahapan uji klinis rampung, vaksin COVID-19 itu akan diproduksi oleh Bio Farma. Dia menekankan, proses produksi harus memenuhi aspek mutu atau kualitas. Pihaknya pun melakukan pengawasan ketat, agar seluruh aturan tentang good manufacturing practice (GMP) atau cara pembuatan obat yang baik (CPOB) terpenuhi.
"Tiga aspek, yakni khasiat, kemanan, dan mutu harus dipenuhi oleh Bio Farma sebelum dinyatakan layak atau tidak oleh Badan POM untuk diproduksi hingga distribusi," tegasnya.
Riska menambahkan, untuk menjaga dan menjamin kualitas vaksin COVID-19, mulai dari bahan baku dan lainnya, pihaknya pun akan terbang ke China untuk visit audit proses pengembangan dan produksi vaksin COVID-19 di fasilitas milik Sinovac, termasuk LP POM MUI melaksanakan audit halal.
"BPOM juga akan memastikan fasilitas dan proses produksi Vaksin COVID-19 di Bio Farma memenuhi standar CPOB," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir menyatakan, sebanyak 671 relawan yang sudah masuk tahap monitoring, 540 di antaranya sudah menjalani tahap pemeriksaan imunogenisitas untuk memastikan apakah mereka memiliki kekebalan setelah diberikan dua kali suntikan vaksin Sinovac.
Menurutnya, pemerintah telah menetapkan pengadaan vaksin COVID-19 untuk 170 juta jiwa atau sekitar 60 persen dari total populasi Indonesia. Dengan kata lain, Indonesia memerlukan 340 juta dosis vaksin COVID-19 dalam kurun waktu setahun.
"Program vaksinasi COVID-19 ini harus dikawal sebaik mungkin dari seluruh stakeholder, sehingga program ini dapat berjalan sesuai prosedur," katanya.
Riska menyatakan, setelah seluruh tahapan uji klinis rampung, vaksin COVID-19 itu akan diproduksi oleh Bio Farma. Dia menekankan, proses produksi harus memenuhi aspek mutu atau kualitas. Pihaknya pun melakukan pengawasan ketat, agar seluruh aturan tentang good manufacturing practice (GMP) atau cara pembuatan obat yang baik (CPOB) terpenuhi.
"Tiga aspek, yakni khasiat, kemanan, dan mutu harus dipenuhi oleh Bio Farma sebelum dinyatakan layak atau tidak oleh Badan POM untuk diproduksi hingga distribusi," tegasnya.
Riska menambahkan, untuk menjaga dan menjamin kualitas vaksin COVID-19, mulai dari bahan baku dan lainnya, pihaknya pun akan terbang ke China untuk visit audit proses pengembangan dan produksi vaksin COVID-19 di fasilitas milik Sinovac, termasuk LP POM MUI melaksanakan audit halal.
"BPOM juga akan memastikan fasilitas dan proses produksi Vaksin COVID-19 di Bio Farma memenuhi standar CPOB," katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir menyatakan, sebanyak 671 relawan yang sudah masuk tahap monitoring, 540 di antaranya sudah menjalani tahap pemeriksaan imunogenisitas untuk memastikan apakah mereka memiliki kekebalan setelah diberikan dua kali suntikan vaksin Sinovac.
Menurutnya, pemerintah telah menetapkan pengadaan vaksin COVID-19 untuk 170 juta jiwa atau sekitar 60 persen dari total populasi Indonesia. Dengan kata lain, Indonesia memerlukan 340 juta dosis vaksin COVID-19 dalam kurun waktu setahun.
"Program vaksinasi COVID-19 ini harus dikawal sebaik mungkin dari seluruh stakeholder, sehingga program ini dapat berjalan sesuai prosedur," katanya.
(shf)
tulis komentar anda