Menelusuri Jejak Misteri Makam Putri Cempo
Senin, 05 Oktober 2020 - 05:01 WIB
Sehingga ia segera mengundang Patih Gajah Premada dan Adipati Pecatondha dari Terung. Kepada Adipati Pecatondha, Brawijaya memerintahkan pasukan Majapahit dan orang-orang Palembang menuju Demak untuk menangkap Pangeran Bintara yang telah berani mendirikan kerajaan tanpa izin.
Namun saat tiba di Demak, Adipati Pecatonda terkejut saat ditemui oleh Pangeran Bintara di serambi langgar. Mengingat Pangeran Bintara tak lain adalah Raden Patah, kakaknya sendiri. Raden Bintara mengakui salah karena telah mendirikan Kerajaan Demak tanpa izin Raja Majapahit.
Akhirnya Adipati Pecatonda membawa Pangeran Bintara ke Majapahit. Menghadapkannya kepada Raja Brawijaya. Namun setelah tahu bahwa Pangeran Bintara bernama asli Raden Patah, anaknya sendiri, Raja Brawijaya tidak memberi hukuman namun menyetujui Raden Bintara sebagai Sultan di Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak pernah terlibat perang saudara dengan Kerajaan Majapahit. Secara terpaksa Raden Patah memberontak pada Kerajaan Majapahit yang ingin mempersempit perkembangan Islam. Dalam pemberontakan itu Demak menang dan berhasil membunuh Raja Brawijaya V. Bukti kemengan Demak adalah dibawa pulangnya delapan soko ukir penopang pendapa Kerajaan Majapahit yang saat ini menjadi tiang luar Masjid Agung Demak.
Selain itu dampar kencana atau tempat duduk raja Majapahit saat ini digunakan sebagai mimbar khotbah Masjid Agung Demak. Raden Patah meninggal pada usia 63 tahun. Dimakamkan tidak jauh dari Masjid Agung Demak. Raden Patah merupakan ulama, mubaligh, dan Sultan Kerajaan Demak yang namanya tetap harum sampai sekarang. Makamnya setiap hari selalu ramai dikunjungi para peziarah.
Sementara kisah lain Putri Campa datang dari Mojokerto. Masyarakat setempat sangat akrab dengan nama Putri Campa. Makamnya diyakini warga berada di Desa/Kecamatan Trowulan, hingga kini masih dirawat dengan baik. Istri Raja Brawijaya V ini dianggap sebagai cikal bakal tersebarnya ajaran Islam di Bumi Majapahit.
Kisah Putri Campa dan masuknya Islam ke Majapahit ditulis pemerhati sejarah Mojokerto, Saiful Amin dalam bukunya ‘Babad Keruntuhan Majapahit Invasi Raden Patah Suatu Kemustahilan Sejarah’.(Baca juga : Pelarian Eyang Onggoloco di Hutan Wonosadi Gunungkidul )
Berdasarkan literatur puja sastra sejenis babad atau serat, Prabu Brawijaya V menikah dengan putri dari Kerajaan Campa. Putri Campa itu hadiah dari Raja Campa Indravarman VI sekitar tahun 1428 masehi.
Dia menjelaskan bahwa Putri Campa bernama Darawati atau Dwarawati. Dia dikirim ke Majapahit saat berusia 17 tahun. Darawati menjadi istri selir dari Prabu Brawijaya V atau Dyah Kretawijaya sejak 1430 Masehi.
Namun saat tiba di Demak, Adipati Pecatonda terkejut saat ditemui oleh Pangeran Bintara di serambi langgar. Mengingat Pangeran Bintara tak lain adalah Raden Patah, kakaknya sendiri. Raden Bintara mengakui salah karena telah mendirikan Kerajaan Demak tanpa izin Raja Majapahit.
Akhirnya Adipati Pecatonda membawa Pangeran Bintara ke Majapahit. Menghadapkannya kepada Raja Brawijaya. Namun setelah tahu bahwa Pangeran Bintara bernama asli Raden Patah, anaknya sendiri, Raja Brawijaya tidak memberi hukuman namun menyetujui Raden Bintara sebagai Sultan di Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak pernah terlibat perang saudara dengan Kerajaan Majapahit. Secara terpaksa Raden Patah memberontak pada Kerajaan Majapahit yang ingin mempersempit perkembangan Islam. Dalam pemberontakan itu Demak menang dan berhasil membunuh Raja Brawijaya V. Bukti kemengan Demak adalah dibawa pulangnya delapan soko ukir penopang pendapa Kerajaan Majapahit yang saat ini menjadi tiang luar Masjid Agung Demak.
Selain itu dampar kencana atau tempat duduk raja Majapahit saat ini digunakan sebagai mimbar khotbah Masjid Agung Demak. Raden Patah meninggal pada usia 63 tahun. Dimakamkan tidak jauh dari Masjid Agung Demak. Raden Patah merupakan ulama, mubaligh, dan Sultan Kerajaan Demak yang namanya tetap harum sampai sekarang. Makamnya setiap hari selalu ramai dikunjungi para peziarah.
Sementara kisah lain Putri Campa datang dari Mojokerto. Masyarakat setempat sangat akrab dengan nama Putri Campa. Makamnya diyakini warga berada di Desa/Kecamatan Trowulan, hingga kini masih dirawat dengan baik. Istri Raja Brawijaya V ini dianggap sebagai cikal bakal tersebarnya ajaran Islam di Bumi Majapahit.
Kisah Putri Campa dan masuknya Islam ke Majapahit ditulis pemerhati sejarah Mojokerto, Saiful Amin dalam bukunya ‘Babad Keruntuhan Majapahit Invasi Raden Patah Suatu Kemustahilan Sejarah’.(Baca juga : Pelarian Eyang Onggoloco di Hutan Wonosadi Gunungkidul )
Berdasarkan literatur puja sastra sejenis babad atau serat, Prabu Brawijaya V menikah dengan putri dari Kerajaan Campa. Putri Campa itu hadiah dari Raja Campa Indravarman VI sekitar tahun 1428 masehi.
Dia menjelaskan bahwa Putri Campa bernama Darawati atau Dwarawati. Dia dikirim ke Majapahit saat berusia 17 tahun. Darawati menjadi istri selir dari Prabu Brawijaya V atau Dyah Kretawijaya sejak 1430 Masehi.
tulis komentar anda