Langit Biru, Bukan Mimpi di Rumah Kaca
Kamis, 24 September 2020 - 13:44 WIB
BANDUNG - Mobil Daihatsu Feroza berusia hampir seperempat abad berhenti tepat di depan Pertashop Pertamina di pelosok Sumedang. Sang pemilik turun dari kursi kemudi, memesan 11,1 liter bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax seharga Rp100.000. Tak kurang dari 5 menit, proses pengisian tangki selesai.
"Pertamax 100 ribu pas. Terimakasih," ujar seorang operator Pertashop sembari menunjukkan angka digital pada mesin pompa berkapasitas 3.000 liter pada Minggu (20/9/2020). Setelah penutup tangki mobil dipasang rapat, pemilik Feroza merah marun itu kemudian kembali melanjutkan perjalanan. (Baca: Warga Mengeluh: BBM Cepat Habis di SPBU Malili, Diduga Ada Motor Pelangsir )
Kendati belum bermesin Standar Emisi Euro IV, Daihatsu Feroza itu rutin mengisi BBM jenis Pertamax di Pertashop Desa Tarikolot, Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Kendaraan yang terakhir diproduksi tahun 1999 itu, memilih mengisi Pertamax ketimbang Premium atau Pertalite.
Tak berselang lama,sebuah sepeda motor Honda Vario kembali berhenti di shelter Pertashop berukuran 2,4 x 2,4 x 2,8 meter. Imam, pemilik kendaraan warga Desa Tarikolot membeli Pertamax Rp15.000. Dia mengaku rutin mengisi Pertamax setiap dua hari sekali.
Pemilik Feroza dan Vario hanyalah sedikit pengemudi di pelosok Sumedang yang menggantungkan performa mesin kendaraannya di Pertashop ini. Kendati usia kendaraan mereka cukup tua, namun keduanya memilih menggunakan BBM dengan kadar RON 92. Bahkan, Pertamax menjadi BBM andalan yang dipakai sehari-hari warga Desa Tarikolot.
Dalam sehari, Pertashop Pertamina di Desa Tarikolot rata-rata menjual 350 liter Pertamax. Hanya BBM jenis Pertamax yang dijual di Pertashop ini. Walaupun letaknya di pelosok, harga jual Pertamax sama dengan harga di SPBU, yaitu Rp9.000/liter.
Padahal, secara geografis Desa Tarikolot terletak di perbatasan Kabupaten Sumedang. Perjalanan dari pusat kota Sumedang, mesti ditempuh sekitar 1,5 hingga 2 jam menggunakan mobil. Melewati jalan berliku, sempit, dan naik turun bukit. Pertashop Tarikolot adalah satu-satunya mitra PT Pertamina (Persero) di Kabupaten Sumedang yang menyalurkan BBM satu harga dan LPG.
Pengelola Pertashop Tarikolot, Hendra Cipta mengaku, setiap lima hari sekali mobil tangki BBM Pertamina datang ke desanya untuk menyuplai Pertamax. Mengisi BBM sebanyak 2.000 liter dari kapasitas tangki 3.000 liter. Hendra bersyukur, kendati berada di pelosok Sumedang, dia bisa mendapatkan Pertamax dengan harga beli seperti SPBU lainnya.
Menurut Hendra, baru tiga bulan Pertashop ini hadir di desa ini. Namun respons masyarakat cukup positif. Tak hanya soal harga yang lebih murah ketimbang Pertalite, namun kualitas Pertamax dan sebab BBM ramah lingkungan sehingga jenis minyak bumi ini banyak diburu masyarakat.
"Pertamax 100 ribu pas. Terimakasih," ujar seorang operator Pertashop sembari menunjukkan angka digital pada mesin pompa berkapasitas 3.000 liter pada Minggu (20/9/2020). Setelah penutup tangki mobil dipasang rapat, pemilik Feroza merah marun itu kemudian kembali melanjutkan perjalanan. (Baca: Warga Mengeluh: BBM Cepat Habis di SPBU Malili, Diduga Ada Motor Pelangsir )
Kendati belum bermesin Standar Emisi Euro IV, Daihatsu Feroza itu rutin mengisi BBM jenis Pertamax di Pertashop Desa Tarikolot, Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Kendaraan yang terakhir diproduksi tahun 1999 itu, memilih mengisi Pertamax ketimbang Premium atau Pertalite.
Tak berselang lama,sebuah sepeda motor Honda Vario kembali berhenti di shelter Pertashop berukuran 2,4 x 2,4 x 2,8 meter. Imam, pemilik kendaraan warga Desa Tarikolot membeli Pertamax Rp15.000. Dia mengaku rutin mengisi Pertamax setiap dua hari sekali.
Pemilik Feroza dan Vario hanyalah sedikit pengemudi di pelosok Sumedang yang menggantungkan performa mesin kendaraannya di Pertashop ini. Kendati usia kendaraan mereka cukup tua, namun keduanya memilih menggunakan BBM dengan kadar RON 92. Bahkan, Pertamax menjadi BBM andalan yang dipakai sehari-hari warga Desa Tarikolot.
Dalam sehari, Pertashop Pertamina di Desa Tarikolot rata-rata menjual 350 liter Pertamax. Hanya BBM jenis Pertamax yang dijual di Pertashop ini. Walaupun letaknya di pelosok, harga jual Pertamax sama dengan harga di SPBU, yaitu Rp9.000/liter.
Padahal, secara geografis Desa Tarikolot terletak di perbatasan Kabupaten Sumedang. Perjalanan dari pusat kota Sumedang, mesti ditempuh sekitar 1,5 hingga 2 jam menggunakan mobil. Melewati jalan berliku, sempit, dan naik turun bukit. Pertashop Tarikolot adalah satu-satunya mitra PT Pertamina (Persero) di Kabupaten Sumedang yang menyalurkan BBM satu harga dan LPG.
Pengelola Pertashop Tarikolot, Hendra Cipta mengaku, setiap lima hari sekali mobil tangki BBM Pertamina datang ke desanya untuk menyuplai Pertamax. Mengisi BBM sebanyak 2.000 liter dari kapasitas tangki 3.000 liter. Hendra bersyukur, kendati berada di pelosok Sumedang, dia bisa mendapatkan Pertamax dengan harga beli seperti SPBU lainnya.
Menurut Hendra, baru tiga bulan Pertashop ini hadir di desa ini. Namun respons masyarakat cukup positif. Tak hanya soal harga yang lebih murah ketimbang Pertalite, namun kualitas Pertamax dan sebab BBM ramah lingkungan sehingga jenis minyak bumi ini banyak diburu masyarakat.
tulis komentar anda