Selain dari Sinovac, Indonesia Pesan Bahan Baku Vaksin dari Uni Emirat Arab
Rabu, 16 September 2020 - 11:32 WIB
BANDUNG - Pengadaan vaksin untuk COVID-19 di Indonesia tidak hanya mengandalkan vaksin Sinovac buatan China.
Ternyata, Indonesia juga memesan vaksin corona dari perusahaan bernama G42 yang berkedudukan di Uni Emirat Arab.
Hal itu disampaikan oleh Dirut PT Pertamina Honesti Basyir. Menurut dia, selain dari Sinovac, untuk memenuhi kebutuhan vaksin di Indonesia, anggota holding BUMN Farmasi yaitu PT Kimia Farma, Tbk, sudah melakukan MoU dengan perusahaan farmasi dari Uni Emirate Arab bernama G42.
MoU untuk mendapatkan 10 juta dosis vaksin dalam bentuk final product. Produk itu akan dikirim pada Desember 2020 mendatang. "Selain 10 juta dosis pada tahun ini, tahun 2021 G42 juga berkomitmen untuk memberikan supply sebanyak 50 juta dosis. Sehingga dari G42, akan mendapatkan total 60 juta dosis," papar dia.
Bio Farma, kata dia, sudah siap untuk menerima bahan baku vaksin dari Sinovac pada bulan November 2020 mendatang sebanyak 10 juta dosis.
Setelah itu berturut-turut akan dikirimkan 40 juta dosis dalam jangka waktu Desember 2020 hingga Maret 2021. Sehingga total bahan baku vaksin yang akan Bio Farma terima dari sinovac sebanyak 50 juta dosis vaksin.
“Sinovac sudah komitmen untuk mengirimkan bulk vaksin COVID-19 sebanyak 50 juta dosis hingga Maret 2021. Kemudian mereka juga akan memprioritaskan bahan baku vaksin COVID-19 tersebut, sebanyak 210 juta dosis hingga Desember 2021 mendatang sehingga total dari Sinovac ada 260 juta dosis," ujar Honesti.
Sementara dalam jangka panjang, Bio Farma akan mengembangkan vaksin merah-putih, berkolaborasi dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman. Di mana akan menggunakan strain virus asli Indonesia. (Baca juga: Data Tunawisma dan Penduduk Tak Beridentitas, BPS Datangi Sejumlah Titik di Jabar)
“Vaksin merah putih ini, diharapkan akan diproduksi pada Q3 dan Q4 2022, bekerjasama dengan lembaga Eijkman yang berperan untuk penelitian awal sampai dengan pembuatan bibit vaksin," imbuh dia. (Baca juga: Pancasila-UUD 1945 Jadi Acuan Pembentukan Karakter Kader PKS)
Selanjutnya, kemudian pada Q1 – Q2 2021 akan dilanjutkan oleh Bio Farma dari mulai preclinical trial, Uji Klinis tahap I, II dan III yang kemudian untuk diregistrasikan ke Badan POM.
Ternyata, Indonesia juga memesan vaksin corona dari perusahaan bernama G42 yang berkedudukan di Uni Emirat Arab.
Hal itu disampaikan oleh Dirut PT Pertamina Honesti Basyir. Menurut dia, selain dari Sinovac, untuk memenuhi kebutuhan vaksin di Indonesia, anggota holding BUMN Farmasi yaitu PT Kimia Farma, Tbk, sudah melakukan MoU dengan perusahaan farmasi dari Uni Emirate Arab bernama G42.
MoU untuk mendapatkan 10 juta dosis vaksin dalam bentuk final product. Produk itu akan dikirim pada Desember 2020 mendatang. "Selain 10 juta dosis pada tahun ini, tahun 2021 G42 juga berkomitmen untuk memberikan supply sebanyak 50 juta dosis. Sehingga dari G42, akan mendapatkan total 60 juta dosis," papar dia.
Bio Farma, kata dia, sudah siap untuk menerima bahan baku vaksin dari Sinovac pada bulan November 2020 mendatang sebanyak 10 juta dosis.
Setelah itu berturut-turut akan dikirimkan 40 juta dosis dalam jangka waktu Desember 2020 hingga Maret 2021. Sehingga total bahan baku vaksin yang akan Bio Farma terima dari sinovac sebanyak 50 juta dosis vaksin.
“Sinovac sudah komitmen untuk mengirimkan bulk vaksin COVID-19 sebanyak 50 juta dosis hingga Maret 2021. Kemudian mereka juga akan memprioritaskan bahan baku vaksin COVID-19 tersebut, sebanyak 210 juta dosis hingga Desember 2021 mendatang sehingga total dari Sinovac ada 260 juta dosis," ujar Honesti.
Sementara dalam jangka panjang, Bio Farma akan mengembangkan vaksin merah-putih, berkolaborasi dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman. Di mana akan menggunakan strain virus asli Indonesia. (Baca juga: Data Tunawisma dan Penduduk Tak Beridentitas, BPS Datangi Sejumlah Titik di Jabar)
“Vaksin merah putih ini, diharapkan akan diproduksi pada Q3 dan Q4 2022, bekerjasama dengan lembaga Eijkman yang berperan untuk penelitian awal sampai dengan pembuatan bibit vaksin," imbuh dia. (Baca juga: Pancasila-UUD 1945 Jadi Acuan Pembentukan Karakter Kader PKS)
Selanjutnya, kemudian pada Q1 – Q2 2021 akan dilanjutkan oleh Bio Farma dari mulai preclinical trial, Uji Klinis tahap I, II dan III yang kemudian untuk diregistrasikan ke Badan POM.
(boy)
tulis komentar anda