Hubungan Diplomatik China dan Sriwijaya di Bandar Dagang Internasional Abad 7 Masehi
Selasa, 29 Oktober 2024 - 06:13 WIB
Pusat perdagangan internasional di Pulau Sumatera berkembang di abad 7 pada kawasan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini berkembang dan jadi pusat peradaban di Nusantara kala itu. Tapi saat itu belum diketahui nama Sriwijaya.
Sebab nama itu baru digunakan oleh peneliti George Coedes, dalam bukunya 'Le Royaume de Criwijaya. Piagam Kota Kapur dianggap menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya dari tahun 686.
Sejarawan Prof. Kern menganggap, nama Sriwijaya yang tercantum pada piagam tersebut adalah nama seorang raja, karena cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja, diikuti nama raja yang bersangkutan.
Memang berdasarkan beberapa ahli dan sumber berita saat itu, kerajaan ini memiliki berbagai nama yang ditafsirkan.
Pada karya I-tsing misalnya nama Sriwijaya belum dikenal. Bahkan dalam buku yang ditulis oleh Prof. Chavannes pada tahun 1894 ke dalam bahasa Perancis, menyebut Sriwijaya sebagai Shih-li-fo-shih.
Sebagaimana dikutip dari buku “Sriwijaya”, dari Prof. Slamet Muljana awalnya Shih-li-fo-shih itu dikira transkripsi Tionghoa dari nama asli Sribhoja. Nama Shih-li-fo-shih disingkat Fo-shih saja, digunakan menyebut negara, ibu kota pusat kerajaan, sungai yang muaranya sebagai pelabuhan.
Terjemahan piagam Kota Kapur oleh Kern, di mana terdapat nama Sriwijaya, dan terjemahan karya I-ts'ing, di mana terdapat transkripsi Tionghoa Shih-li-fo-shih, memungkinkan Coedes untuk menetapkan bahwa Sriwijaya adalah nama negara di Sumatera Selatan.
Beal pada tahun 1886 telah mengemukakan pendapatnya, bahwa negara Shih-li-fo-shih terletak di tepi sungai Musi dekat Kota Palembang. Namun, pada pertengahan kedua abad ke-19 itu, nama Sriwijaya belum dikenal.
Sebab nama itu baru digunakan oleh peneliti George Coedes, dalam bukunya 'Le Royaume de Criwijaya. Piagam Kota Kapur dianggap menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya dari tahun 686.
Sejarawan Prof. Kern menganggap, nama Sriwijaya yang tercantum pada piagam tersebut adalah nama seorang raja, karena cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja, diikuti nama raja yang bersangkutan.
Memang berdasarkan beberapa ahli dan sumber berita saat itu, kerajaan ini memiliki berbagai nama yang ditafsirkan.
Baca Juga
Pada karya I-tsing misalnya nama Sriwijaya belum dikenal. Bahkan dalam buku yang ditulis oleh Prof. Chavannes pada tahun 1894 ke dalam bahasa Perancis, menyebut Sriwijaya sebagai Shih-li-fo-shih.
Sebagaimana dikutip dari buku “Sriwijaya”, dari Prof. Slamet Muljana awalnya Shih-li-fo-shih itu dikira transkripsi Tionghoa dari nama asli Sribhoja. Nama Shih-li-fo-shih disingkat Fo-shih saja, digunakan menyebut negara, ibu kota pusat kerajaan, sungai yang muaranya sebagai pelabuhan.
Terjemahan piagam Kota Kapur oleh Kern, di mana terdapat nama Sriwijaya, dan terjemahan karya I-ts'ing, di mana terdapat transkripsi Tionghoa Shih-li-fo-shih, memungkinkan Coedes untuk menetapkan bahwa Sriwijaya adalah nama negara di Sumatera Selatan.
Beal pada tahun 1886 telah mengemukakan pendapatnya, bahwa negara Shih-li-fo-shih terletak di tepi sungai Musi dekat Kota Palembang. Namun, pada pertengahan kedua abad ke-19 itu, nama Sriwijaya belum dikenal.
tulis komentar anda