Kerajaan Sriwijaya, Pusat Peradaban Agama Buddha Dunia Cikal Bakal Dinasti Sailendra

Jum'at, 20 September 2024 - 06:06 WIB
Para ahli berpendapat dengan mengadaptasi ortografi India untuk menulis prasasti ini. Dimana di masa abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya.

Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung.

Prasasti menyebutkan Sri Jayanasa melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tak berbakti untuk Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang probabilitas akbar dampak agresi Sriwijaya.

Probabilitas yang dimaksud dengan Bhumi Jawa yaitu Tarumanegara. Sriwijaya tumbuh dan sukses mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

Lokasinya yang strategis menjadikan Sriwijaya pengendali jalur perdagangan antara kawasan India dan China, yaitu dengan menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya mempunyai aneka komoditas.

Seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan melimpah ini memungkinkan Sriwijaya memperagakan pembelian kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara.

Dengan memerankan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan memperoleh restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk bisa jualan dengan Tiongkok.

Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasai urat nadi pelayaran sela Tiongkok dan India

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya juga menjadikan Sriwijaya mengendalikan dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, diketahui ada temuan berupa reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja.

Hal ini terjadi karena Maharaja Dharmasetu pada abad ke-7, konon pernah melancarkan agresi ke kota-kota pantai di Indochina, disebabkan mulai ramainya Pelabuhan Champa di sebelah timur Indochina dengan para pedagang.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content