Kerajaan Sriwijaya, Pusat Peradaban Agama Buddha Dunia Cikal Bakal Dinasti Sailendra
Jum'at, 20 September 2024 - 06:06 WIB
Baca Juga
Bagaimanapun, ilmu sejarah Sriwijaya adalah penemuan Coedes dan lahir dari kecerdasannya dalam menggunakan hasil penyelidikan sarjana-sarjana lainnya. Penemuan Coedes ini mendapat sambutan yang hebat dalam ilmu pengetahuan sejarah, terutama dalam sejarah Asia Tenggara.
Lokasi Kerajaan Sriwijaya kala itu memang cukup ideal dalam pelayaran perdagangan antar negara. Tercatat pedagang-pedagang dari Jawa, India, Arab, dan Tiongkok lalu lalang di kawasan wilayah yang dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya.
Maka sejarah Sriwijaya menyangkut hubungan internasional. Dengan sendirinya sejarah Sriwijaya itu berhubungan dengan sejarah negara-negara lain yang menggunakan Selat Malaka sebagai jalan lalu-lintas, dan namanya teringat pula dalam sejarah asing .
Apalagi, karena terbukti bahwa Sriwijaya merupakan salah satu negeri besar di antara negeri-negeri di laut Selatan.Letak Kerajaan Sriwijaya sendiri ternyata disebut Moens, tidak sepenuhnya berada di Palembang atau Sumatera Selatan.
Pada mulanya pusat kerajaan itu terletak di pantai timur Malaya, kemudian berpindah ke Sumatra Tengah dekat Muara Takus. Sangat menarik perhatian, bagaimana Moens menggunakan berita- berita geografi untuk menegakkan teorinya.
Dari sejarah Sung, tercatat bahwa empat hari perjalanan dari Cho-p'o orang sampai di laut; jika berlayar ke arah barat laut sesudah lima belas hari, orang sampai di P'o-ni, dan lima belas hari lagi sampai di San-fo-ts'i.
Juga diberitakan bahwa San-fo-ts'i terletak di antara dan Cho-p'o. Berdasarkan berita geografi itu, Moens mengambil kesimpulan bahwa San-fo-ts'i terletak di Semenanjung Melayu.
Sementara, berita Arab yang berasal dari Abu Zaid juga menyimpulkan letak San-fo-tsi berada di pantai timur Semenanjung. Moens menyamakan San-fo-tsi dengan Kadaram, yang membuatnya terpaksa melokalisasi Kadaram di pantai timur semenanjung.
tulis komentar anda