Kisah Cinta Jenderal TNI Bibit Waluyo, Terpesona Paras Cantik Gadis SMA
Selasa, 20 Agustus 2024 - 06:21 WIB
”Ketika bertemu langsung, semakin kuat rasanya. Saya melihat Sri semakin cantik, dan mungkin dia juga merasa saya cukup menarik. Dari situlah hubungan kami mulai berkembang,” tutur Bibit yang saat itu menjabat sebagai Komandan Peleton Tempur Kodam II Bukit Barisan.
Hubungan mereka tidak dimulai dengan ungkapan cinta yang langsung, melainkan mengalir secara alami. Kedekatan mereka semakin kuat tanpa harus diucapkan secara formal.
Selain wajah yang ayu, Bibit juga kagum pada sikap sederhana dan tidak manja dari Sri, meskipun ia anak tunggal. Kelebihan lainnya, Sri rajin memasak dan selalu mengirimkan makanan kepada Bibit, yang sangat menyukai hidangan sederhana seperti tempe dan tahu.
Masa pacaran mereka penuh dengan kesederhanaan. Bibit rajin apel setiap malam minggu tanpa mengajak teman-temannya dari Akmil, dengan alasan tidak ingin ada saingan.
Gaya pacaran mereka juga tidak berlebihan, lebih sering menghabiskan waktu di rumah, bercengkerama dengan keluarga, atau menikmati makanan sederhana seperti bakso dan ketupat tahu ketika memiliki uang lebih.
Namun, kebersamaan mereka harus diuji ketika Bibit lulus dari AKABRI Darat pada 1972 dan ditugaskan di Medan, Sumatera Utara. Hubungan jarak jauh (LDR) menjadi tantangan, namun mereka tetap berkomitmen dengan saling berkirim surat seminggu sekali.
“Kami menjaga komitmen. Di Medan, saya tidak pernah pacaran dengan orang lain. Kami hanya terhubung melalui surat,” kenang Bibit.
Hubungan mereka tidak dimulai dengan ungkapan cinta yang langsung, melainkan mengalir secara alami. Kedekatan mereka semakin kuat tanpa harus diucapkan secara formal.
Baca Juga
Selain wajah yang ayu, Bibit juga kagum pada sikap sederhana dan tidak manja dari Sri, meskipun ia anak tunggal. Kelebihan lainnya, Sri rajin memasak dan selalu mengirimkan makanan kepada Bibit, yang sangat menyukai hidangan sederhana seperti tempe dan tahu.
Masa pacaran mereka penuh dengan kesederhanaan. Bibit rajin apel setiap malam minggu tanpa mengajak teman-temannya dari Akmil, dengan alasan tidak ingin ada saingan.
Gaya pacaran mereka juga tidak berlebihan, lebih sering menghabiskan waktu di rumah, bercengkerama dengan keluarga, atau menikmati makanan sederhana seperti bakso dan ketupat tahu ketika memiliki uang lebih.
Namun, kebersamaan mereka harus diuji ketika Bibit lulus dari AKABRI Darat pada 1972 dan ditugaskan di Medan, Sumatera Utara. Hubungan jarak jauh (LDR) menjadi tantangan, namun mereka tetap berkomitmen dengan saling berkirim surat seminggu sekali.
“Kami menjaga komitmen. Di Medan, saya tidak pernah pacaran dengan orang lain. Kami hanya terhubung melalui surat,” kenang Bibit.
tulis komentar anda