Kisah Heroik Halim Perdanakusuma, Pahlawan Penerbang Angkatan Udara dari Sampang Madura
Jum'at, 02 Agustus 2024 - 08:22 WIB
Sebagai Perwira Operasi Udara dan instruktur navigasi di sekolah penerbangan yang didirikan Agustinus Adisutjipto, Halim berperan penting dalam perkembangan awal AURI. Pada 29 Juli 1947, ia memimpin serangan udara balasan atas agresi militer Belanda.
Meski serangan udara yang dipimpin Halim berhasil, Belanda melakukan serangan balasan yang menewaskan tiga pelopor AURI, yaitu Adisutjipto, Abdulrahman Saleh, dan Adisoemarmo Wiryokusumo.
Setelah itu, Halim menggantikan Adisutjipto sebagai Wakil Kepala Staf AURI dan menikahi Koesdalina pada 24 Agustus 1947. Tugas berikutnya membawa Halim ke Sumatera untuk membangun kekuatan udara dan menjalin hubungan dengan luar negeri.
Bersama Opsir Udara II Iswahjudi, Halim berangkat ke Muangthai (Bangkok) untuk membeli senjata dan pesawat. Namun, dalam perjalanan kembali, pesawat mereka jatuh di Labuhan Bilik Besar, Perak, Malaysia, pada Desember 1947.
Halim Perdanakusuma meninggalkan seorang istri yang sedang mengandung empat bulan. Putranya, Ian Santoso Perdanakusuma, mengikuti jejak sang ayah menjadi penerbang TNI AU dan mencapai pangkat Marsdya TNI sebelum pensiun.
Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, nama Halim Perdanakusuma diabadikan menjadi nama Pangkalan Udara di Cililitan. Kisah hidupnya yang penuh dedikasi dan pengorbanan menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa Indonesia.
Meski serangan udara yang dipimpin Halim berhasil, Belanda melakukan serangan balasan yang menewaskan tiga pelopor AURI, yaitu Adisutjipto, Abdulrahman Saleh, dan Adisoemarmo Wiryokusumo.
Setelah itu, Halim menggantikan Adisutjipto sebagai Wakil Kepala Staf AURI dan menikahi Koesdalina pada 24 Agustus 1947. Tugas berikutnya membawa Halim ke Sumatera untuk membangun kekuatan udara dan menjalin hubungan dengan luar negeri.
Bersama Opsir Udara II Iswahjudi, Halim berangkat ke Muangthai (Bangkok) untuk membeli senjata dan pesawat. Namun, dalam perjalanan kembali, pesawat mereka jatuh di Labuhan Bilik Besar, Perak, Malaysia, pada Desember 1947.
Halim Perdanakusuma meninggalkan seorang istri yang sedang mengandung empat bulan. Putranya, Ian Santoso Perdanakusuma, mengikuti jejak sang ayah menjadi penerbang TNI AU dan mencapai pangkat Marsdya TNI sebelum pensiun.
Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, nama Halim Perdanakusuma diabadikan menjadi nama Pangkalan Udara di Cililitan. Kisah hidupnya yang penuh dedikasi dan pengorbanan menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa Indonesia.
(ams)
tulis komentar anda