Kisah Heroik Halim Perdanakusuma, Pahlawan Penerbang Angkatan Udara dari Sampang Madura

Jum'at, 02 Agustus 2024 - 08:22 WIB
loading...
Kisah Heroik Halim Perdanakusuma,...
Halim Perdanakusuma salah satu pahlawan penerbang Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) kelahiran Sampang, Madura, Jawa Timur. Foto/TNI AU
A A A
HALIM Perdanakusuma nama yang tak asing di telinga bangsa Indonesia, terutama sebagai salah satu pahlawan penerbang Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) kelahiran Sampang, Madura, Jawa Timur.

Abdul Halim Perdanakusuma lahir 18 November 1922 dan sejak muda sudah menunjukkan bakat serta dedikasinya dalam dunia militer. Pada masa penjajahan, Abdul Halim mengikuti wajib militer masih bersekolah di Mosvia (Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren).

Setelah itu, Angkatan Laut Hindia Belanda mengirimnya untuk menempuh pendidikan opsir Torpedo di Surabaya. Saat Perang Dunia II, Abdul Halim bergabung dengan Royal Canadian Air Force dan Royal Air Force.



Dengan pangkat Wing Commander, ia bertugas di skadron tempur pesawat Lancaster dan Liberator, menunjukkan keberanian dan kemampuannya di medan pertempuran udara.

Setelah Jepang kalah dalam Perang Pasifik, sekutu mulai memasuki Indonesia. Pada 15 Oktober 1945, saat tentara Sekutu mendarat di Tanjung Priok, Jakarta, Halim Perdanakusuma, yang saat itu berpakaian Angkatan Udara Inggris, dicurigai sebagai tentara NICA.

Bahkan dipenjarakan di Kediri. Namun, berkat campur tangan Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin, ia akhirnya dibebaskan. Dengan situasi perang yang semakin memanas, kebutuhan akan kekuatan udara menjadi sangat penting.



R. Soerjadi Soerjadarma mendengar tentang pembebasan Halim Perdanakusuma dan segera mengajaknya bergabung dengan AURI. Halim menerima tawaran ini dan mulai mengabdi dengan pangkat Komodor Muda Udara.

Sebagai Perwira Operasi Udara dan instruktur navigasi di sekolah penerbangan yang didirikan Agustinus Adisutjipto, Halim berperan penting dalam perkembangan awal AURI. Pada 29 Juli 1947, ia memimpin serangan udara balasan atas agresi militer Belanda.

Meski serangan udara yang dipimpin Halim berhasil, Belanda melakukan serangan balasan yang menewaskan tiga pelopor AURI, yaitu Adisutjipto, Abdulrahman Saleh, dan Adisoemarmo Wiryokusumo.

Setelah itu, Halim menggantikan Adisutjipto sebagai Wakil Kepala Staf AURI dan menikahi Koesdalina pada 24 Agustus 1947. Tugas berikutnya membawa Halim ke Sumatera untuk membangun kekuatan udara dan menjalin hubungan dengan luar negeri.

Bersama Opsir Udara II Iswahjudi, Halim berangkat ke Muangthai (Bangkok) untuk membeli senjata dan pesawat. Namun, dalam perjalanan kembali, pesawat mereka jatuh di Labuhan Bilik Besar, Perak, Malaysia, pada Desember 1947.

Halim Perdanakusuma meninggalkan seorang istri yang sedang mengandung empat bulan. Putranya, Ian Santoso Perdanakusuma, mengikuti jejak sang ayah menjadi penerbang TNI AU dan mencapai pangkat Marsdya TNI sebelum pensiun.

Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, nama Halim Perdanakusuma diabadikan menjadi nama Pangkalan Udara di Cililitan. Kisah hidupnya yang penuh dedikasi dan pengorbanan menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa Indonesia.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1322 seconds (0.1#10.140)