Profil Geng Motor XTC: Sejarah, Perkembangan dan Transformasi
Selasa, 28 Mei 2024 - 16:44 WIB
Panglima Perang adalah individu yang dipilih melalui musyawarah internal dan bertugas menjadi garda terdepan jika terjadi bentrokan.
Rampasan Perang adalah tindakan yang bertujuan meningkatkan harga diri kelompok dengan cara merampas kendaraan rival, yang kemudian dibakar sebagai tanda unjuk kekuatan.
Menuju usia ke-40, XTC Indonesia resmi mengubah statusnya menjadi organisasi masyarakat (ormas) pada 7 Juni 2015 di Bandung.
Sebelumnya, pada 23 April 2013, XTC sudah bertransformasi menjadi organisasi kepemudaan (OKP). Namun, karena batasan usia dalam OKP, banyak anggota yang sudah berumur di atas 40 tahun. Oleh karena itu, perubahan menjadi ormas dianggap lebih sesuai dengan kondisi saat ini.
Ivan, salah satu pendiri XTC, menjelaskan bahwa perubahan ini dilakukan sebagai respons terhadap tuntutan zaman. Sejak berdiri pada 31 Desember 1982, XTC telah bertransformasi dari organisasi otomotif menjadi ormas. Anggotanya tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa negara lain seperti Jepang, Taiwan, Malaysia, Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat.
Untuk mengubah stigma negatif, XTC memperketat tata tertib keanggotaan dan menjalin komunikasi dengan berbagai instansi, seperti polisi, TNI, dan pemerintah.
Ivan menegaskan bahwa XTC siap membantu program pemerintah, TNI, dan Polri.
"Kami adalah organisasi nonpartisan, namun kami terbuka untuk bekerja sama dengan organisasi politik maupun nonpolitik demi tercapainya Indonesia yang tenteram, adil, makmur, dan sejahtera dengan moto Kekuatan dalam Persaudaraan," katanya.
Ivan juga mengakui bahwa masih ada beberapa individu yang berperilaku seperti anggota geng motor dan mengatasnamakan XTC. Namun, dia meyakinkan bahwa polisi sudah bisa membedakan antara XTC asli dan palsu.
Dengan berbagai upaya ini, XTC berkomitmen untuk terus bertransformasi dan berkontribusi positif bagi masyarakat, menjaga solidaritas antar anggota, serta mendukung program-program pembangunan nasional.
Rampasan Perang adalah tindakan yang bertujuan meningkatkan harga diri kelompok dengan cara merampas kendaraan rival, yang kemudian dibakar sebagai tanda unjuk kekuatan.
Menuju usia ke-40, XTC Indonesia resmi mengubah statusnya menjadi organisasi masyarakat (ormas) pada 7 Juni 2015 di Bandung.
Sebelumnya, pada 23 April 2013, XTC sudah bertransformasi menjadi organisasi kepemudaan (OKP). Namun, karena batasan usia dalam OKP, banyak anggota yang sudah berumur di atas 40 tahun. Oleh karena itu, perubahan menjadi ormas dianggap lebih sesuai dengan kondisi saat ini.
Ivan, salah satu pendiri XTC, menjelaskan bahwa perubahan ini dilakukan sebagai respons terhadap tuntutan zaman. Sejak berdiri pada 31 Desember 1982, XTC telah bertransformasi dari organisasi otomotif menjadi ormas. Anggotanya tersebar di seluruh Indonesia dan beberapa negara lain seperti Jepang, Taiwan, Malaysia, Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat.
Untuk mengubah stigma negatif, XTC memperketat tata tertib keanggotaan dan menjalin komunikasi dengan berbagai instansi, seperti polisi, TNI, dan pemerintah.
Ivan menegaskan bahwa XTC siap membantu program pemerintah, TNI, dan Polri.
"Kami adalah organisasi nonpartisan, namun kami terbuka untuk bekerja sama dengan organisasi politik maupun nonpolitik demi tercapainya Indonesia yang tenteram, adil, makmur, dan sejahtera dengan moto Kekuatan dalam Persaudaraan," katanya.
Ivan juga mengakui bahwa masih ada beberapa individu yang berperilaku seperti anggota geng motor dan mengatasnamakan XTC. Namun, dia meyakinkan bahwa polisi sudah bisa membedakan antara XTC asli dan palsu.
Dengan berbagai upaya ini, XTC berkomitmen untuk terus bertransformasi dan berkontribusi positif bagi masyarakat, menjaga solidaritas antar anggota, serta mendukung program-program pembangunan nasional.
tulis komentar anda