2 Peracik Sabu Happy Water di Semarang Diupah Rp1 Juta Per Hari
Kamis, 04 April 2024 - 13:07 WIB
Brigjen Mukti juga menyebut KA ini juga yang mengurus kontrak rumah di TKP tersebut. Sabu yang diproduksi di sana rencananya akan dibawa ke sejumlah kota besar termasuk Bali. Alasan dijual ke kota besar tersebut karena banyak tempat hiburan malam.
Kepala Subdirektorat IV Dit Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Kombes Pol Gembong Yudha menambahkan pengiriman prekursor dan beberapa bahan pendukungnya itu terjadi sekira 7 sampai 8 kali.
“Invoicenya suplemen. Alamatnya (kirim) cuma Banyumanik Semarang,” tambahnya.
Pihaknya kemudian mendalami pengiriman itu, hingga didapati alamat tersebut di Semarang. Pengiriman beberapa kali itu, sebut Kombes Gembong Yudha, untuk menghindari kecurigaan petugas.
“Aktivitasnya malam hari, karena kalau siang hari di sini sepi,” sambungnya.
Pengurus RT di TKP, Bimo, menyebut rumah yang dikontrak itu milik seseorang bernama Wiranto namun sudah meninggal dunia. Kemudian diurus oleh adik almarhum bernama Gunardi.
“Sering ganti-ganti penghuni, jadi dikontrak habis nanti ada yang kontrak lagi beda orang. Kalau yang ini persisnya awal atau akhir Januari ya, cuma memang belum menyerahkan identitas ke RT,” kata Bimo.
Dia mengatakan tiap harinya di rumah tersebut relatif sepi aktivitas.
“Di komplek itu hanya ada 6 rumah. Di sana (TKP) relatif sepi, baru Minggu lalu banyak tamu, malam hari, pintunya terlihat dibuka,” tandasnya.
Kepala Subdirektorat IV Dit Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Kombes Pol Gembong Yudha menambahkan pengiriman prekursor dan beberapa bahan pendukungnya itu terjadi sekira 7 sampai 8 kali.
“Invoicenya suplemen. Alamatnya (kirim) cuma Banyumanik Semarang,” tambahnya.
Pihaknya kemudian mendalami pengiriman itu, hingga didapati alamat tersebut di Semarang. Pengiriman beberapa kali itu, sebut Kombes Gembong Yudha, untuk menghindari kecurigaan petugas.
“Aktivitasnya malam hari, karena kalau siang hari di sini sepi,” sambungnya.
Pengurus RT di TKP, Bimo, menyebut rumah yang dikontrak itu milik seseorang bernama Wiranto namun sudah meninggal dunia. Kemudian diurus oleh adik almarhum bernama Gunardi.
“Sering ganti-ganti penghuni, jadi dikontrak habis nanti ada yang kontrak lagi beda orang. Kalau yang ini persisnya awal atau akhir Januari ya, cuma memang belum menyerahkan identitas ke RT,” kata Bimo.
Dia mengatakan tiap harinya di rumah tersebut relatif sepi aktivitas.
“Di komplek itu hanya ada 6 rumah. Di sana (TKP) relatif sepi, baru Minggu lalu banyak tamu, malam hari, pintunya terlihat dibuka,” tandasnya.
(shf)
tulis komentar anda