Kisah Datu Sanggul, Ulama Kalsel Punya Karamah Salat Jumat di Masjidilharam

Kamis, 14 Maret 2024 - 09:24 WIB
Muhammad Arsyad ingin menemui sahabat sekaligus gurunya di Tatakan, tetapi sayang, setelah sampai di Tatakan, Datu Sanggul sudah berpulang ke Rahmatullah.

Sebelumnya pada waktu itu di Kerajaan Banjar diterapkan Syariat Agama Islam, sehingga diwajibkan bagi warga laki laki yang sudah aqil balik atau sudah dewasa pada hari Jumat untuk melaksanakan salat di masjid. Jika tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan didenda.

Karenakan setiap Jumat Abdussomad selalu salat di Masjidilharam maka setiap minggu dia harus membayar denda kepada kerajaan. Karena seringnya membayar denda hingga harta yang tertinggal cuma kuantan dan landai (alat untuk memasak nasi dan sayuran).

Akhirnya setelah didesak oleh istri beliau karena tidak ada lagi barang yang bisa dipakai untuk membayar denda, dia akhirnya berjanji untuk melaksanakan salat Jumat di Masjid kampungnya.

Salah satu karomah Abdussomad yang diberikan Allah SWT kepada dia, adalah di mana saat menceburkan diri ke air sungai untuk berwudhu namun badannya tidak basah kecuali yang wajib wudhu. Yang lainnya seperti baju, sarung dan sajadah tidak basah.

Sejak kejadian itu orang- orang tidak berani lagi macam-macam dengan Abdussomad dan denda tidak diberlakukan lagi terhadapnya.



Adapun penamaan Datu Sanggul salah satu riwayat menceritakan karena ketekunannya dalam mentaati perintah gurunya dalam khalwat khusus yang sama artinya dengan "menyanggul" atau menunggu (turunnya ) ilmu dari Allah SWT.

Ada juga yang mengatakan dia sering menyanggul (bahasa lokal) atau menghadang pasukan tentara Belanda di perbatasan Kampung Muning, sehingga tentara Belanda pun kocar-kacir dibuatnya.

Versi lainnya lagi menyebutkan, gelar Datu Sanggul itu diberikan karena kegemaran dia menyanggul (berburu) binatang rusa dengan menggunakan sumpit. Ada juga yang mengatakan rambutnya yang panjang dan selalu disanggul (digelung).

Datu Sanggul juga dikenal pula sebagai Datu Muning yang aktif berdakwah di daerah bagian selatan Banjarmasin (Rantau dan sekitarnya). Dia giat mengusahakan/memberi tiang-tiang kayu besi bagi orang-orang yang mendirikan masjid.

Sehingga pokok kayu ulin besar bekas tebangan Datu Sanggul di Kampung Pungguh (Kabupaten Barito Utara) dan pancangan tiang ulin di pedalaman Kampung Dayak Batung (Kabupaten Hulu Sungai Selatan).

Salah satu karya spektakulernya yang masih dikenang hingga kini adalah membuat tatalan atau tatakan kayu menjadi soko guru masjid Desa Tatakan, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Sunan Kalijaga ketika membuat soko guru dari tatalan kayu untuk Masjid Demak.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More