Kisah Soekarno Murka ke Pemberontakan PKI Madiun, Ibaratkan Muso Seperti Bisul yang Harus Dibasmi
Jum'at, 22 September 2023 - 10:46 WIB
Soekarno juga murka kepada Amir Sjarifuddin. “Amir itu maunya apa? What will die Amir touch,” tanya Bung Karno, dan direspon Bung Hatta, “Sekarang soalnya adalah soal hidup atau mati. Er op or er onder”.
Pasca peristiwa pemberontakan Madiun 1948, pemerintahan Soekarno melalui tentara langsung melakukan bersih-bersih. Operasi pembersihan orang-orang PKI dan mereka yang terlibat, dipimpin langsung oleh Kolonel Gatot Subroto.
Yang pertama diumumkan TNI adalah berhasil menguasai Madiun. Keamanan di Madiun dan sekitarnya berhasil dikembalikan. Radio Republik Indonesia (RRI) yang sempat dikuasai PKI Muso, juga berhasil direbut kembali.
Gatot Subroto memerintahkan semua perwira, bintara dan prajurit untuk memburu terus mereka semua yang terlibat dalam pemberontakan PKI Madiun. Sasaran utamanya adalah wilayah Purwodadi, Pacitan, Ponorogo dan Madiun.
“Sementara itu diduga Muso melarikan diri ke Dungus, wilayah Tenggara Madiun dan Amir Sjarifuddin melarikan diri ke Pacitan”.
Muso nekat melawan saat pasukan TNI hendak meringkusnya. Sempat terjadi insiden baku tembak. Muso terkepung di sebuah kamar mandi, tempatnya bersembunyi, tapi tetap menolak menyerah.
Muso ditembak mati. Mayat Muso kemudian dibawa ke Ponorogo untuk dipertontonkan ke public, dan dibakar.
Sementara pelarian Amir Sjarifuddin yang mencoba meloloskan diri melalui rawa-rawa dan hutan-hutan berakhir di tangan pasukan Kemal Idris. Amir menyerah di Desa Kelambu Purwodadi dengan kondisi mengenaskan.
Tubuh bekas perdana menteri Indonesia itu kurus, kepayahan dengan jalan terpincang-pincang. Amir terkena disentri. Setelah dibawa ke Yogyakarta untuk dipertontonkan ke publik, Amir Sjarifuddin kemudian ditembak mati.
tulis komentar anda