Sejarah Masjid Agung Demak dan Misteri Pintu Petir yang Melegenda
Jum'at, 14 April 2023 - 05:42 WIB
Ki Ageng Selo bergumam demikian karena beberapa meter bagian sawah dari sawah yang kehujanan tersebut tidak ada mendung apalagi hujan, maka Ki Ageng Selo meneruskan pekerjaannya di sawah yang tidak kehujanan.
Namun kemudian setelah pindah ke sawah yang lain, ternyata mendung dan kilat pun juga berpindah dan menghujani sawah tempat Ki Ageng Selo tersebut bekerja. Seakan mendung, petir dan hujan mengikuti kemana Ki Ageng Selo bekerja. Dan kemudian terjadilah pertempuran antara Ki Ageng Selo dan petir yang terus mengancam dan seakan menyambar ke kepala Ki Ageng Selo.
Ki Ageng Selo pun melawan petir tersebut sambil tetap berdiri tegak di tengah sawah sambil mengacungkan dan menunjukkan tangannya ke arah bledeg atau petir yang mengamuk tersebut. Petir yang mangamuk itu pun kemudian menyambar Ki Ageng Selo dengan suara yang memekakkan telinga, Ki Ageng Selo seakan tersambar.
Ada beberapa murid Ki Ageng Selo yang menyaksikan kejadian tersebut dan menyangka bahwa Ki Ageng Selo tidak akan selamat atau hancur berkeping-keping karena sambaran petir tersebut. Namun mendadak mata murid tersebut terbelalak karena menyaksikan sesuatu yang sangat mengejutkan.
Tubuh Ki Ageng Selo sama sekali tidak terluka sedikitpun dan bahkan tampak Ki Ageng Selo mengikat sesuatu yang sangat besar dengan damen (gagang padi kering) yang diikatkan pada pohon Gandri.
Peristiwa yang luar biasa tersebut kemudian cepat tersiar dan pada akhirnya sampai juga kepada pihak Istana Demak. Akhirnya utusan dari Demak meminta tangkapan Ki Ageng Selo tersebut di bawa ke Demak. Kemudian bledeg tersebut dibawa ke Demak dan Ki Ageng Selo juga mempersilakan para prajurit tersebut.
Sesampainya di Demak, bledeg tersebut kemudian langsung dibawa ke Masjid Demak dan banyak masyarakat yang turut menyaksikan bledeg tersebut. Setelah beberapa waktu, kemudian diperintahkan juru lukis untuk menggambar bledeg tersebut. Namun ternyata, menggambar bledeg bukanlah pekerjaan yang semudah yang dibayangkan.
Konon kabarnya, bledeg yang dilukis tersebut selalu menampakkan bentuk yang berbeda-beda setiap waktu. Namun pada akhirnya sang pelukis mampu melukis bledeg tersebut dan masih diselesaikan pada bagian kepalanya saja.
Sayang setelah bagian kepala selesai, datang seorang perempuan tua yang membawa tempurung kelapa yang berisi air yang kemudian disiramkan ke arah bledeg tersebut. Kemudian meledaklah bledeg tersebut disiram perempuan tua tersebut, dan perempuan tersebut tiba-tiba berubah wujud menjadi seorang berjubah putih dan hilang begitu saja.
Namun kemudian setelah pindah ke sawah yang lain, ternyata mendung dan kilat pun juga berpindah dan menghujani sawah tempat Ki Ageng Selo tersebut bekerja. Seakan mendung, petir dan hujan mengikuti kemana Ki Ageng Selo bekerja. Dan kemudian terjadilah pertempuran antara Ki Ageng Selo dan petir yang terus mengancam dan seakan menyambar ke kepala Ki Ageng Selo.
Ki Ageng Selo pun melawan petir tersebut sambil tetap berdiri tegak di tengah sawah sambil mengacungkan dan menunjukkan tangannya ke arah bledeg atau petir yang mengamuk tersebut. Petir yang mangamuk itu pun kemudian menyambar Ki Ageng Selo dengan suara yang memekakkan telinga, Ki Ageng Selo seakan tersambar.
Baca Juga
Ada beberapa murid Ki Ageng Selo yang menyaksikan kejadian tersebut dan menyangka bahwa Ki Ageng Selo tidak akan selamat atau hancur berkeping-keping karena sambaran petir tersebut. Namun mendadak mata murid tersebut terbelalak karena menyaksikan sesuatu yang sangat mengejutkan.
Tubuh Ki Ageng Selo sama sekali tidak terluka sedikitpun dan bahkan tampak Ki Ageng Selo mengikat sesuatu yang sangat besar dengan damen (gagang padi kering) yang diikatkan pada pohon Gandri.
Peristiwa yang luar biasa tersebut kemudian cepat tersiar dan pada akhirnya sampai juga kepada pihak Istana Demak. Akhirnya utusan dari Demak meminta tangkapan Ki Ageng Selo tersebut di bawa ke Demak. Kemudian bledeg tersebut dibawa ke Demak dan Ki Ageng Selo juga mempersilakan para prajurit tersebut.
Sesampainya di Demak, bledeg tersebut kemudian langsung dibawa ke Masjid Demak dan banyak masyarakat yang turut menyaksikan bledeg tersebut. Setelah beberapa waktu, kemudian diperintahkan juru lukis untuk menggambar bledeg tersebut. Namun ternyata, menggambar bledeg bukanlah pekerjaan yang semudah yang dibayangkan.
Konon kabarnya, bledeg yang dilukis tersebut selalu menampakkan bentuk yang berbeda-beda setiap waktu. Namun pada akhirnya sang pelukis mampu melukis bledeg tersebut dan masih diselesaikan pada bagian kepalanya saja.
Sayang setelah bagian kepala selesai, datang seorang perempuan tua yang membawa tempurung kelapa yang berisi air yang kemudian disiramkan ke arah bledeg tersebut. Kemudian meledaklah bledeg tersebut disiram perempuan tua tersebut, dan perempuan tersebut tiba-tiba berubah wujud menjadi seorang berjubah putih dan hilang begitu saja.
tulis komentar anda