Rusak Parah, 8 Titik Jalan Trans Merauke-Tanah Merah Sebabkan Kemacetan
loading...
A
A
A
MERAUKE - Terdapat pengalaman tersendiri ketika menyusuri jalan Trans Papua. Jalan baru yang membelah perut Provinsi Papua dan Papua Barat itu memang belum sempurna seluruhnya.
Saat menyusuri rute Merauke-Boven Digul sepanjang 494 kilometer, pengguna jalan akan disuguhi banyak pemandangan menawan. Terutama ketika melewati Taman Nasional Wasur. Jalannya sangat indah, di kiri kanannya banyak pohon bush sehingga membuat udaranya cukup segar.
Namun, setelah melewati Distrik Muting di Kilometer 1.878, terlihat jalan-jalan yang tidak layak. Padahal beberapa hari lalu Kepala Balai Merauke Sefnat Womsiwor baru saja memerintahkan untuk segera diperbaiki.
Dari pantauan, ada delapan titik yang rusak parah. Seperti di daerah Miri-Getentiri-Tanah Merah dan Mindiptana. Di titik-titik ini jalannya rusak parah. Mobil sudah melewati jalan. Tak jarang terjadi antrean puluhan kendaraan karena ada mobil yang terpuruk, bannya masuk tanah. Jika tak bisa lolos segera bisa jadi antrean puluhan mobil itu bisa menginap 2-3 hari.
Tokoh Adat di Distrik Arembet, Paskalis Aurop (85), kesal karena proyek jalan itu sudah berlangsung tahunan namun tetap saja tidak beres. Masih banyak titik yang rusak parah. Sementara kontraktor mengaku sudah menyelesaikan proyek tahun lalu.
"Saya atas nama kepala adat Arembet mendesak agar jalan-jalan ini segera diperbaiki. Sudah lama proyek pembangunan jalan di sini, tapi tetap saja banyak yang masih rusak. Saya minta agar jalan ini segera diperbaiki agar ekonomi Papua bagian Selatan jadi baik," kata Paskalis Aurop dalam sebuah pernyataan, Senin (13/7/2020).
Proyek jalan ini menelan biaya ratusan miliar rupiah. Hotmix yang digunakan terlalu tipis. Tebalnya hanya satu sentimeter. Sehingga aspal gampang terkelupas dihantam truk-truk bermuatan 7-9 ton. Banyak jalan yang rusak.
Selain itu, pemerintah daerah melalui Dinas Perhubungan sebaiknya menyediakan timbangan kendaraan untuk mengontrol Trans Merauke ke Tanah Merah. Jika tidak, pembangunan yang sudah menelan ratusan miliar itu akan sia-sia.
Saat menyusuri rute Merauke-Boven Digul sepanjang 494 kilometer, pengguna jalan akan disuguhi banyak pemandangan menawan. Terutama ketika melewati Taman Nasional Wasur. Jalannya sangat indah, di kiri kanannya banyak pohon bush sehingga membuat udaranya cukup segar.
Namun, setelah melewati Distrik Muting di Kilometer 1.878, terlihat jalan-jalan yang tidak layak. Padahal beberapa hari lalu Kepala Balai Merauke Sefnat Womsiwor baru saja memerintahkan untuk segera diperbaiki.
Dari pantauan, ada delapan titik yang rusak parah. Seperti di daerah Miri-Getentiri-Tanah Merah dan Mindiptana. Di titik-titik ini jalannya rusak parah. Mobil sudah melewati jalan. Tak jarang terjadi antrean puluhan kendaraan karena ada mobil yang terpuruk, bannya masuk tanah. Jika tak bisa lolos segera bisa jadi antrean puluhan mobil itu bisa menginap 2-3 hari.
Tokoh Adat di Distrik Arembet, Paskalis Aurop (85), kesal karena proyek jalan itu sudah berlangsung tahunan namun tetap saja tidak beres. Masih banyak titik yang rusak parah. Sementara kontraktor mengaku sudah menyelesaikan proyek tahun lalu.
"Saya atas nama kepala adat Arembet mendesak agar jalan-jalan ini segera diperbaiki. Sudah lama proyek pembangunan jalan di sini, tapi tetap saja banyak yang masih rusak. Saya minta agar jalan ini segera diperbaiki agar ekonomi Papua bagian Selatan jadi baik," kata Paskalis Aurop dalam sebuah pernyataan, Senin (13/7/2020).
Proyek jalan ini menelan biaya ratusan miliar rupiah. Hotmix yang digunakan terlalu tipis. Tebalnya hanya satu sentimeter. Sehingga aspal gampang terkelupas dihantam truk-truk bermuatan 7-9 ton. Banyak jalan yang rusak.
Selain itu, pemerintah daerah melalui Dinas Perhubungan sebaiknya menyediakan timbangan kendaraan untuk mengontrol Trans Merauke ke Tanah Merah. Jika tidak, pembangunan yang sudah menelan ratusan miliar itu akan sia-sia.
(nag)