Musim Durian di Palabuhanratu Sukabumi, Tengkulak Raup Untung Besar
loading...
A
A
A
SUKABUMI - Sentra petani durian di Palabuhanratu, Sukabumi diserbu pedagang, wisatawan dan masyarakat lokal berburu durian lokal di Desa Sukamaju, Kecamatan Cikakak. Tengkulak di wilayah itu pun mamu meraup untung Rp75 juta dalam satu musim panen durian.
Salah satu tengkulak durian, Asep Arif Rahman mengatakan bahwa dalam satu musim panen, dia bisa menerima 10.000 buah jika duriannya bagus, namun jika kurang bagus hanya menerima 5.000 buah durian hasil akhir penyortiran.
"Saya hanya jualan di rumah karena para konsumen sudah banyak yang tahu dan pada datang ke rumah. Jenis durian lokal unggulan yang dipanen di wilayah Cikakak ini, ada jenis matahari, gandaria, mentega dan rata-rata durian lokal yang unggulan sudah punya nama masing-masing," ujar Asep kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (3/1/2022).
Lebih lanjut Asep mengatakan bahwa dia membeli durian tersebut langsung dari petani dengan harga Rp10 ribu per buah baik kecil maupun besar. Dengan sistem membeli per pohon, bukan hanya untung, resiko kerugian pun akan didapatkan jika mendapatkan durian yang tidak ada rasa (dalam bahasa lokal disebut tiis) ataupun busuk.
"Harga Rp10 ribu per buah belum termasuk ongkos angkut, jika sampai ke rumah saya itu sekitar Rp17 ribu. Saya menjual durian kepada konsumen baik pedagang ataupun pembeli biasa dengan harga per kilogram. Varian yang paling mahal itu jenis matahari dan gandaria dijual dengan harga Rp80 ribu per kilogram," ujarnya.
Asep mangaku, durian lokal yang dijualnya sudah dipasarkan di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi (Jabodetabek), Sukabumi, Cianjur, Bandung bahkan sampai ke Garut. Para pedagang eceran ada yang datang langsung ataupun yang sudah langganan meminta untuk dikirim ke kota masing-masing.
"Untuk omzet sendiri sekitar Rp75 juta per musim, saya untuk sehari-hari mengajar di sekolah, jadi ketika musim durian di bulan November hingga Februari saya menampung durian dari petani dan menjual kembali ke pedagang maupun wisatawan yang datang ke rumah," tukasnya.
Salah satu tengkulak durian, Asep Arif Rahman mengatakan bahwa dalam satu musim panen, dia bisa menerima 10.000 buah jika duriannya bagus, namun jika kurang bagus hanya menerima 5.000 buah durian hasil akhir penyortiran.
"Saya hanya jualan di rumah karena para konsumen sudah banyak yang tahu dan pada datang ke rumah. Jenis durian lokal unggulan yang dipanen di wilayah Cikakak ini, ada jenis matahari, gandaria, mentega dan rata-rata durian lokal yang unggulan sudah punya nama masing-masing," ujar Asep kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (3/1/2022).
Lebih lanjut Asep mengatakan bahwa dia membeli durian tersebut langsung dari petani dengan harga Rp10 ribu per buah baik kecil maupun besar. Dengan sistem membeli per pohon, bukan hanya untung, resiko kerugian pun akan didapatkan jika mendapatkan durian yang tidak ada rasa (dalam bahasa lokal disebut tiis) ataupun busuk.
"Harga Rp10 ribu per buah belum termasuk ongkos angkut, jika sampai ke rumah saya itu sekitar Rp17 ribu. Saya menjual durian kepada konsumen baik pedagang ataupun pembeli biasa dengan harga per kilogram. Varian yang paling mahal itu jenis matahari dan gandaria dijual dengan harga Rp80 ribu per kilogram," ujarnya.
Asep mangaku, durian lokal yang dijualnya sudah dipasarkan di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi (Jabodetabek), Sukabumi, Cianjur, Bandung bahkan sampai ke Garut. Para pedagang eceran ada yang datang langsung ataupun yang sudah langganan meminta untuk dikirim ke kota masing-masing.
"Untuk omzet sendiri sekitar Rp75 juta per musim, saya untuk sehari-hari mengajar di sekolah, jadi ketika musim durian di bulan November hingga Februari saya menampung durian dari petani dan menjual kembali ke pedagang maupun wisatawan yang datang ke rumah," tukasnya.
(nic)