Bus Listrik di Belantara Kota, Jalan Panjang PLN Dorong Transisi Energi Nusantara
loading...
A
A
A
“Suara mesin lebih halus. Manuver di kemacetan pun lebih mudah, karena ukurannya yang tiga perempat ini. Tapi yang paling penting, enggak mengeluarkan asap yang menambah polusi kota,” imbuh dia.
Hemat Energi
Wacana transisi kendaraan BBM ke mobil listrik sebenarnya sudah cukup lama digaungkan. Hadirnya bus listrik ini, membuktikan wacana tersebut bukan isapan jempol belaka. Bus tak lagi menggunakan bahan bakar minyak, tetapi memanfaatkan sumber energi listrik yang disuplai PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero.
Bus listrik ini nyatanya lebih efisien dari sisi biaya operasional dibanding BBM. Biaya pembelian listrik untuk charging jauh lebih hemat. Menurut Service Engineer Kendaraan Listrik PT Inka Area Bandung, Akbar Adriansyah, dari sisi konsumsi listrik, bus ini jauh lebih hemat dibandingkan kendaraan BBM.
Dia menyebut, kapasitas baterai bus listrik ini sebesar 138 Kwh. Daya tersebut bisa untuk menempuh jarak 160 kilometer (Km). Saat ini, harga daya listrik PLN adalah Rp2.600 per Kwh. Jika dikonversikan dalam bentuk rupiah, maka diperlukan biaya sekitar Rp350 ribu untuk satu kali pengisian baterai hingga 100 persen.
"Kalau dihitung jarak trayek Leuwipanjang-Dago sejauh 21 kilometer PP, bus bisa dipakai lima enam kali perjalanan pulang pergi. Sangat hemat, bahkan bisa dibilang setengahnya dari biaya bus yang menggunakan BBM," jelas dia.
Hematnya biaya konsumsi listrik ini, kata dia, juga cocok untuk jalanan Kota Bandung yang terkadang macet. Pengelola, dalam hal ini DAMRI bisa menekan biaya operasional seminim mungkin. Tarif yang dibebankan ke masyarakat pun lebih murah. Saat ini, tarif satu kali perjalanan dari Terminal Leuwipanjang ke Dago Rp4.900 per penumpang.
Menurut Akbar, motor listrik dan air conditioner (AC) menjadi dua komponen yang paling banyak menyedot baterai. Namun dengan kemampuan baterai yang handal dan fast charging, pengemudi tidak perlu khawatir bus akan kehabisan daya di tengah perjalanan.
Apalagi, E-Inobus buatan dalam negeri ini dibekali baterai lithium iron phosphate. PT Inka juga memproduksi charger listrik dengan merek Setrum yang merupakan kepanjangan dari Sustainable Energy to Rejuvenate the Environment. Charger tersebut memiliki input voltage 380 Vac dengan daya output maksimum 120 kW atau 60 kW x 2.
"Saat ini kami di-support oleh dua SPKLU (stasiun pengisian kendaraan listrik umum) di pool dan Terminal Leuwipanjang. Ini cukup untuk mengisi daya ketika mobil berhenti. Suplai listrik dari PLN juga cukup handal, berapapun kebutuhannya, mereka penuhi," imbuh dia.
Hemat Energi
Wacana transisi kendaraan BBM ke mobil listrik sebenarnya sudah cukup lama digaungkan. Hadirnya bus listrik ini, membuktikan wacana tersebut bukan isapan jempol belaka. Bus tak lagi menggunakan bahan bakar minyak, tetapi memanfaatkan sumber energi listrik yang disuplai PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero.
Bus listrik ini nyatanya lebih efisien dari sisi biaya operasional dibanding BBM. Biaya pembelian listrik untuk charging jauh lebih hemat. Menurut Service Engineer Kendaraan Listrik PT Inka Area Bandung, Akbar Adriansyah, dari sisi konsumsi listrik, bus ini jauh lebih hemat dibandingkan kendaraan BBM.
Dia menyebut, kapasitas baterai bus listrik ini sebesar 138 Kwh. Daya tersebut bisa untuk menempuh jarak 160 kilometer (Km). Saat ini, harga daya listrik PLN adalah Rp2.600 per Kwh. Jika dikonversikan dalam bentuk rupiah, maka diperlukan biaya sekitar Rp350 ribu untuk satu kali pengisian baterai hingga 100 persen.
"Kalau dihitung jarak trayek Leuwipanjang-Dago sejauh 21 kilometer PP, bus bisa dipakai lima enam kali perjalanan pulang pergi. Sangat hemat, bahkan bisa dibilang setengahnya dari biaya bus yang menggunakan BBM," jelas dia.
Hematnya biaya konsumsi listrik ini, kata dia, juga cocok untuk jalanan Kota Bandung yang terkadang macet. Pengelola, dalam hal ini DAMRI bisa menekan biaya operasional seminim mungkin. Tarif yang dibebankan ke masyarakat pun lebih murah. Saat ini, tarif satu kali perjalanan dari Terminal Leuwipanjang ke Dago Rp4.900 per penumpang.
Menurut Akbar, motor listrik dan air conditioner (AC) menjadi dua komponen yang paling banyak menyedot baterai. Namun dengan kemampuan baterai yang handal dan fast charging, pengemudi tidak perlu khawatir bus akan kehabisan daya di tengah perjalanan.
Apalagi, E-Inobus buatan dalam negeri ini dibekali baterai lithium iron phosphate. PT Inka juga memproduksi charger listrik dengan merek Setrum yang merupakan kepanjangan dari Sustainable Energy to Rejuvenate the Environment. Charger tersebut memiliki input voltage 380 Vac dengan daya output maksimum 120 kW atau 60 kW x 2.
"Saat ini kami di-support oleh dua SPKLU (stasiun pengisian kendaraan listrik umum) di pool dan Terminal Leuwipanjang. Ini cukup untuk mengisi daya ketika mobil berhenti. Suplai listrik dari PLN juga cukup handal, berapapun kebutuhannya, mereka penuhi," imbuh dia.