Bus Listrik di Belantara Kota, Jalan Panjang PLN Dorong Transisi Energi Nusantara

Kamis, 29 Desember 2022 - 18:20 WIB
loading...
Bus Listrik di Belantara Kota, Jalan Panjang PLN Dorong Transisi Energi Nusantara
Petugas saat mengecek proses charging bus listrik Bandung raya di Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung. Foto-foto/Arif Budianto
A A A
BANDUNG - Bus tiga perempat melaju tanpa suara. Menembus padatnya kendaraan di jalanan Kota Bandung, Rabu (21/12/2022). Tak ada bising suara mesin menderu musabab pedal gas diinjak dan direm. Pun, tak ada asap knalpot hitam pekat, seperti gumpalan awan hitam yang disemburkan ke udara.

Sedikit roda motor matik ini didekatkan. Penasaran, mencari tahu adakah lubang knalpot di sisi belakang. Tapi benar adanya, tak ada knalpot kasat mata. Jangankan hawa panas yang menyesakkan tenggorokan, asap hitam tebal pun tak jua muncul. Bus ini bersih dan senyap, bak heningnya malam.

“Pasti, ini bus listrik yang sebelumnya dipakai acara G20 di Bali,” pikirku.

Insting wartawan ku pun muncul, coba menyalip ke sisi kanan. Betul adanya. Bus berwarna merah dan motif gunungan putih masih bertuliskan 'G20 Indonesia 2022, Recover Together, Recover Stronger'.

“Andai saja semua angkutan umum di Bandung seperti ini. Tak bersuara, tak berasap, pasti kami para pemotor lebih nyaman. Tak ada hawa panas dan asap hitam pekat yang menyembur di bagian belakang bus yang terkadang membuat kami harus menahan nafas,” khayalku sembari berlalu.

Ya, bus dengan plat nopol D 7994 AT, adalah satu dari delapan bus listrik yang baru saja dioperasikan di Kota Bandung, bagian dari Bus Rapid Transit (BRT) Bandung raya. Bus listrik E-Inobus ini sebelumnya digunakan pemerintah Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada November 2022 lalu.

Tak hanya Bandung, 15 bus listrik lainnya dioperasikan di Kota Surabaya. E-Inobus berkapasitas 19 kursi dan lima berdiri. Para sopir menyebutnya, bus tiga perempat karena berdimensi panjang 8 meter, lebar 2,1 meter, dan tinggi 3,6 meter. Mereka pun menamainya, si gesit irit.

Di Kota Bandung, bus listrik ini adalah angkutan umum pertama tanpa bahan bakar (non-BBM). Pemprov Jabar menargetkan, dari kebutuhan 455 bus, separuhnya diharapkan menggunakan bus listrik. Hadirnya bus listrik ini membawa harapan baru bagi warga Bandung. Apa sebab, polusi udara di Bandung kian tinggi menimbulkan suhu terasa lebih panas.

“Bandung sekarang enggak sesejuk dulu, apalagi kalau siang, hawanya panas. Mungkin karena sudah banyak kendaraan, asap knalpot di mana-mana. Penduduk juga semakin padat,” kata warga Bandung Putri.

Ibu berusia 41 tahun ini salah satu yang paling bersyukur atas kehadiran bus listrik. Hari pertama mengaspal, Putri langsung memanfaatkannya. Hingga kini, dia memilih bus ini sebagai transportasi untuk berangkat dan pulang kerja.

Dia bercerita, bus listrik ini memiliki beberapa kelebihan dibanding bus berbahan bakar minyak. Bus terasa lebih senyap tak berisik, juga tidak mengeluarkan asap. Bus juga melaju lebih halus, cocok untuk kondisi jalanan macet.

Menurut dia, masalah utama Kota Bandung adalah kemacetan. Penyebabnya volume kendaraan yang terus bertambah, karena masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi. Banyak angkutan umum pun berhenti di bahu jalan. Macet terjadi di mana-mana.

“Coba kalau semua angkutan umum seperti bus listrik ini, transit 5 menit di terminal, terus jalan lagi. Kemacetan berkurang, polusi udara juga berkurang karena warga memilih naik angkutan umum,” ungkap dia.

Kendati Putri mempunyai kendaraan pribadi, dia memilih menggunakan angkutan umum terutama bus. Putri yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan (nakes) berharap, langkah kecil yang dilakukannya bisa mengurangi polusi udara. Pintanya, kelak Bandung bisa kembali sejuk seperti dahulu kala. Kota nyaman nan indah untuk merajut hidup bersama keluarga.

Mudah Dikemudikan
Hadirnya bus listrik Bandung pun membawa harapan baru bagi para sopir. Mereka yang mengoperasikan bus ini mengaku terbantu. Tak ada lagi handuk tebal melingkar di bahunya, yang biasa dipakai untuk menyeka keringat atau membersihkan muka dari terpaan butiran karbon hitam asap kendaraan.

Maki Purnama merasakan nyamannya mengemudikan bus tanpa asap ini. Setidaknya, berpuluh tahun mengemudi, membuatnya sempat khawatir akan kesehatan paru-parunya. Tapi kini, bus listrik yang dikemudikannya setidaknya sedikit mengurangi polusi udara di tengah padatnya kendaraan di Kota Bandung.

Saat bertugas, Maki mengenakan seragam lengkap, berikut topi berlambang Kementerian Perhubungan. Bersih dan rapi. Tak ada kesan sopir dekil dan kucel. Usianya yang masih muda pun membuatnya bangga menggeluti pekerjaan ini.

Hampir 10 tahun Maki menjadi sopir bus di Kota Bandung. Namun baru kali ini dia merasakan pekerjaanya lebih ringan. Mengoperasikannya pun mudah. Hanya butuh sentuhan tangan di balik kemudi. Tak ada gagang transmisi yang harus selalu diganti setiap waktu. Bus hanya perlu diinjak pedal gasnya untuk mengatur kecepatan atau pedal rem untuk memperlambatnya.

“Bus listrik ini kan matik (transmisi otomatis), enggak ada gagang transmisi untuk menambah atau mengurangi kecepatan. Cukup gas dan rem saja. Gampang dan lebih hemat tenaga,” jelas pria berusia 34 tahun ini.

Maki bercerita, bus ini memberi kenyamanan lebih bagi para penumpang, terutama saat akselerasi awal. Biasanya bus BBM akan melaju lebih kasar pada hentakan gigi 1. Berbeda dengan bus listrik, melaju lebih halus. Begitupun mesin, tak terdengar suara menderu.

“Suara mesin lebih halus. Manuver di kemacetan pun lebih mudah, karena ukurannya yang tiga perempat ini. Tapi yang paling penting, enggak mengeluarkan asap yang menambah polusi kota,” imbuh dia.

Bus Listrik di Belantara Kota, Jalan Panjang PLN Dorong Transisi Energi Nusantara


Hemat Energi
Wacana transisi kendaraan BBM ke mobil listrik sebenarnya sudah cukup lama digaungkan. Hadirnya bus listrik ini, membuktikan wacana tersebut bukan isapan jempol belaka. Bus tak lagi menggunakan bahan bakar minyak, tetapi memanfaatkan sumber energi listrik yang disuplai PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero.

Bus listrik ini nyatanya lebih efisien dari sisi biaya operasional dibanding BBM. Biaya pembelian listrik untuk charging jauh lebih hemat. Menurut Service Engineer Kendaraan Listrik PT Inka Area Bandung, Akbar Adriansyah, dari sisi konsumsi listrik, bus ini jauh lebih hemat dibandingkan kendaraan BBM.

Dia menyebut, kapasitas baterai bus listrik ini sebesar 138 Kwh. Daya tersebut bisa untuk menempuh jarak 160 kilometer (Km). Saat ini, harga daya listrik PLN adalah Rp2.600 per Kwh. Jika dikonversikan dalam bentuk rupiah, maka diperlukan biaya sekitar Rp350 ribu untuk satu kali pengisian baterai hingga 100 persen.

"Kalau dihitung jarak trayek Leuwipanjang-Dago sejauh 21 kilometer PP, bus bisa dipakai lima enam kali perjalanan pulang pergi. Sangat hemat, bahkan bisa dibilang setengahnya dari biaya bus yang menggunakan BBM," jelas dia.

Hematnya biaya konsumsi listrik ini, kata dia, juga cocok untuk jalanan Kota Bandung yang terkadang macet. Pengelola, dalam hal ini DAMRI bisa menekan biaya operasional seminim mungkin. Tarif yang dibebankan ke masyarakat pun lebih murah. Saat ini, tarif satu kali perjalanan dari Terminal Leuwipanjang ke Dago Rp4.900 per penumpang.

Menurut Akbar, motor listrik dan air conditioner (AC) menjadi dua komponen yang paling banyak menyedot baterai. Namun dengan kemampuan baterai yang handal dan fast charging, pengemudi tidak perlu khawatir bus akan kehabisan daya di tengah perjalanan.

Apalagi, E-Inobus buatan dalam negeri ini dibekali baterai lithium iron phosphate. PT Inka juga memproduksi charger listrik dengan merek Setrum yang merupakan kepanjangan dari Sustainable Energy to Rejuvenate the Environment. Charger tersebut memiliki input voltage 380 Vac dengan daya output maksimum 120 kW atau 60 kW x 2.

"Saat ini kami di-support oleh dua SPKLU (stasiun pengisian kendaraan listrik umum) di pool dan Terminal Leuwipanjang. Ini cukup untuk mengisi daya ketika mobil berhenti. Suplai listrik dari PLN juga cukup handal, berapapun kebutuhannya, mereka penuhi," imbuh dia.

Perawatan bus listrik pun bisa dibilang ringan, terutama pada komponen accu (aki) dan motor listrik. Selama dua komponen ini normal, bus bisa beroperasi melayani penumpang. Bus listrik ini juga tak menggunakan oli mesin, yang juga menghemat biaya operasional.

Sesuai Kontur Perkotaan
Selain hemat dan bersih, bus listrik juga dinilai tepat digunakan di kondisi perkotaan dengan kontur Bandung yang datar dan macet. Bus ini pun bisa diandalkan untuk dioperasikan di Bandung raya, meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang.

Direktur Utama PT Inka Multi Solution Service (IMSS) Junaidi menjelaskan, bus ini sudah diuji coba di berbagai kondisi jalan seperti tanjakan, turunan, jalan raya, dan jalan tol. Hasilnya, bus memiliki performa memadai untuk menaklukkan berbagai kondisi jalan tersebut.

"Bus sudah kami uji coba di tanjakan, turunan, jalan raya, dan jalan tol dengan tenaga dan kecepatan yang disesuaikan. Ukuran panjang lebarnya juga sesuai dengan wilayah Bandung raya yang rata-rata jalannya sempit," ujar Junaidi pada peluncuran Angkutan Massal Bandung Raya Go Green di Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung, Sabtu (24/12/2022).

Sementara menurut Gubernur Provinsi Jawa Barat, Ridwan Kamil, transportasi massal bus listrik ini telah disesuaikan dengan kondisi dataran dan cekungan Bandung. Kondisi jalanan di Bandung raya memiliki perbedaan dengan kota besar lainnya.

"Bandung ini berbeda dengan Jakarta, Semarang atau Surabaya yang tanahnya datar dan jalannya lebar. Di cekungan Bandung ini, jalannya kecil-kecil, berkelok-kelok dan berbukit-bukit," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.

Menurut dia, cekungan Bandung meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang mesti memiliki angkutan umum yang terintegrasi. Hadirnya BRT diharapkan mengkoneksikan semua daerah tersebut. Saat ini, ada lima koridor yang telah dibuka dan akan terus ditambah.

Dia mengakui, Bandung raya bakal disergap kemacetan parah jika transportasi publik tak digalakkan sejak dini. Emil mendorong agar masyarakat bisa menggunakan transportasi publik seperti bus listrik.

Menurut dia, mayoritas penduduk di Bandung menggunakan transportasi pribadi. Data terbaru, penggunaan kendaraan pribadi mencapai sekitar 84 persen. "Kalau ini dibiarkan, dalam hitungan 20 sampai 30 tahun, ketika keluar rumah, semua kena macet," ungkap Emil.

Tak hanya itu, Bandung juga akan menghadapi tingginya polusi udara jika semua warganya menggunakan kendaraan pribadi. Saat ini, indeks polusi udara atau air quality index (AQI) di Kota Bandung pada angka sedang. Hadirnya bus listrik ini diharapkan bisa mengurangi polusi udara sebagaimana target net zero emission (NZE) 2060.

Bus Listrik di Belantara Kota, Jalan Panjang PLN Dorong Transisi Energi Nusantara


PLN Suplai Kebutuhan Energi

Hadirnya mobil listrik di Kota Bandung tak lepas dari peran PLN yang menyuplai energi listrik. Mereka hadir secara cepat melayani kebutuhan masyarakat melalui fasilitas SPKLU.

"PLN mendukung sepenuhnya pengoperasian delapan bus listrik di Bandung raya dengan menyediakan suplai listrik yang handal di SPKLU Terminal Leuwipanjang dan titik lainnya," jelas Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Jabar Dindin Mulyadin, Selasa (27/12/2022).

Ke depan, PLN juga siap memfasilitasi kebutuhan masyarakat dalam membangun stasiun pengisian baterai lainnya. Termasuk, apabila terdapat rute baru bus listrik, PLN akan hadir memberikan suplai listrik sesuai kebutuhan.

Sampai dengan Desember 2022, di kota Bandung tercatat telah tersedia 10 SPKLU. Sedangkan di Jawa Barat, lebih dari 109 SPKLU. Pada 2023, PLN UID Jabar akan menambah kembali jumlah lokasi SPKLU menjadi 208 titik.

Memenuhi kebutuhan stasiun charger bagi masyarakat, PLN memiliki kapasitas listrik yang mencukupi. Saat ini, PLN menyediakan listrik yang handal dengan dukungan 13 sub sistem kelistrikan yang siap memberikan pasokan listrik di Jawa Barat.

Dukung Ekosistem Mobil Listrik

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN mendukung terbentuknya ekosistem kendaraan listrik, sebagai langkah transisi energi Indonesia. Dukungan tersebut dibuktikan dengan gencarnya pembangunan SPKLU di seluruh kota besar di Indonesia.

Dalam mendukung perhelatan G20 di Bali, PLN telah membangun 70 SPKLU. Stasiun tersebut untuk mendukung operasional 636 unit mobil listrik dan 30 unit bus listrik yang digunakan oleh delegasi KTT G20. SPKLU tersebut juga dipakai untuk menunjang 290 unit motor listrik untuk keperluan pengamanan dan 300 unit mobil listrik untuk operasional selama kegiatan KTT G20.

70 unit SPKLU yang disediakan PLN, terdiri atas ultra fast charging dengan rincian 64 unit sudah terpasang, 4 unit cadangan, dan 2 unit mobile. Kemudian juga ada 200 unit home charging dan 21 unit SPKLU fast charging yang tersebar di seluruh Provinsi Bali.

"Pada event KTT G20 di Bali, PLN menyiapkannya dengan sangat matang dan mengerahkan seluruh daya upaya demi menyukseskan perhelatan bertaraf internasional tersebut," ucapnya.

General Manager PLN UID Jawa Barat, Susiana Mutia, memaparkan, di Jabar telah berdiri 109 SPKLU yang tersebar di kantor PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) dan Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3), rest area, Istana Bogor, Gedung Sate Bandung dan jalur lalu lintas di Ciamis.

"2023 kami akan menambah SPKLU menjadi 208 titik. PLN terus mendukung terbentuknya ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai di Jawa Barat. Dengan semakin mudahnya akses SPKLU, diharapkan penggunaan kendaraan listrik akan semakin meluas," ujar Susi.

Transisi Energi
Hadirnya angkutan umum berbasis kendaraan listrik adalah komitmen PLN mendukung penurunan emisi karbon di Indonesia. Di mana, Indonesia telah menetapkan net zero emission (NZE) pada 2060. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pengurangan emisi karbon hingga 27 persen hingga 2030.

Salah satu upaya PLN mendukung penurunan emisi karbon adalah dengan menggalakkan program electrifying lifestyle. Program ini mengajak masyarakat beralih ke peralatan berbasis listrik seperti kompor induksi hingga kendaraan listrik. Hal ini penting mengingat kendaraan merupakan salah satu kebutuhan utama bagi masyarakat.

"Beralihnya transportasi ke kendaraan listrik dapat mendukung terciptanya lingkungan yang lebih hijau," tambah Manager Komunikasi dan TJSL PLN UID Jabar Dindin Mulyadin.

Untuk mendukung perkembangan ekosistem kendaraan listrik, PLN terus membangun infrastruktur SPKLU. PLN juga akan menyediakan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU). Stasiun ini akan memudahkan pengguna kendaraan listrik seperti sepeda motor mendapatkan baterai secara cepat.

PLN juga memberikan kemudahan bagi konsumen yang menggunakan kendaraan listrik, antara lain melalui promo Super Everyday. Di mana konsumen yang melakukan pasang baru listrik dengan harga spesial untuk pemilik mobil listrik, diskon tarif listrik sebesar 30 persen pada pukul 22.00 hingga 05.00 pagi. Juga terdapat fitur pendukung ekosistem EV dengan teknologi Electric Vehicle Digital Services yang terintegrasi di aplikasi PLN Mobile.

Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyanti menambahkan, PLN mendukung penuh penggunaan kendaraan energi ramah lingkungan. Inisiatif ini merupakan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga keberlanjutan generasi yang akan datang.

"Bagaimana agar lingkungan kita tetap hijau? Salah satunya adalah melalui penggunaan kendaraan listrik. PLN akan terus mendorong kemajuan ekosistem kendaran listrik ini," katanya.

Reduksi Emisi Karbon
Tak hanya mendukung kendaraan listrik, PLN juga terus menggencarkan penggunaan energi ramah lingkungan pada sumber listriknya. Secara internal, PLN mendorong penggunaan energi ramah lingkungan dengan memanfaatkan pembangkit energi baru terbarukan (EBT).

Pada November 2022 lalu, PT PLN (Persero) mengumumkan telah mengurangi 32 juta metrik ton emisi karbon gas rumah kaca sepanjang 2022.

"Dengan bangga saya katakan, tahun ini kami sukses mereduksi 32 juta metric ton emisi C02, melampaui target NDC kita," jelas Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo dalam siaran persnya, pada agenda Decarbonizing Energy Sector for Net Zero Indonesia Pavillion di COP 27 di Mesir, Senin (7/11/2022).

PLN melakukan pendekatan holistik. Di antaranya menambah kapasitas pembangkit EBT, mengolah hasil gas buang menjadi energi listrik, menggunakan teknologi pembangkit batubara yang lebih efisien, dan menerapkan co-firing biomassa.

"Kami lakukan yang terbaik dan bergerak sejauh yang kami bisa. Tahun lalu, 13 gigawatt pembangkit batubara yang masih dalam perencanaan kami hapus sehingga menghindarkan Indonesia dari 1,8 miliar metric ton emisi CO2 selama 25 tahun ke depan," ungkapnya.

Darmawan memastikan akan menambahkan ruang yang lebih besar untuk pembangkit EBT, sebagai sumber listrik PLN. Saat ini PLN terus meningkatkan pemanfaatan pembangkit EBT berbasis tenaga surya, panas bumi, hidro, hingga ombak.

"Kami secara agresif meningkatkan pemanfaatan EBT. Sehingga setiap potensi EBT yang ada akan kami maksimalkan. Bersamaan dengan itu, kami perlu meningkatkan kapasitas teknologi guna mengakomodir fluktuasi supply-demand untuk sistem baru tersebut," tambahnya.

Untuk mencapai target NZE di 2060, PLN melakukan pendekatan holistik melalui delapan inisiatif. Terdiri atas pensiun dini pembangkit fosil, pilot proyek co-firing hidrogen dan amonia, menambah pembangkit energi terbarukan (EBT), layanan energi hijau, co-firing biomassa, inisiasi carbon capture storage, peluncuran smart grid control system, dan membangun ekosistem kendaraan listrik.

Darmawan menegaskan, pemanasan global adalah tantangan bersama. Dibutuhkan strategi dan kolaborasi bersama dari seluruh dunia baik dari teknologi, inovasi, hingga investasi.

Energi Bersih Menuju NZE 2060
Sebagai perusahaan yang menyuplai listrik ke seluruh daerah di Indonesia, PLN menyatakan komitmennya memimpin transisi energi di Indonesia dengan menghadirkan peta jalan mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060. Di kancah global, peta jalan tersebut telah disampaikan pada KTT COP26 di Glasgow pada 2021 lalu.

Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN sudah menyiapkan peta jalan early retirement pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) untuk mencapai NZE pada tahun 2060. Tahapan mekanisme retirement PLTU batubara akan dilaksanakan secara bertahap hingga tahun 2056 dan PLN akan menggantinya dengan EBT.

Percepatan retirement PLTU sebesar 3,5 GW juga dilakukan sebelum 2040, untuk PLTU dengan teknologi subcritical. Namun, percepatan retirement tersebut dapat dilakukan ketika kapasitas EBT pengganti sudah beroperasi. Kemudian aspek just transition terpenuhi, tidak menyebabkan peningkatan beban keuangan yang memberatkan pemerintah, dan adanya bantuan pendanaan dari komunitas internasional.

PLN juga akan mengoperasikan PLTU dengan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) sebesar 19 GW. Inisiatif lainnya seperti biomass co firing di beberapa PLTU juga akan dilakukan untuk mencegah emisi di masa mendatang

"Kami juga tidak akan melakukan pembangunan PLTU, kecuali penyelesaian pembangunan yang saat ini sudah dalam tahap konstruksi," tegas Darmawan.

Walaupun, diakuinya, untuk menghentikan PLTU, PLN membutuhkan dana yang tidak sedikit. Namun pemerintah telah meluncurkan Energy Transition Mechanism (ETM) sebagai salah satu strategi pembiayaan untuk mempensiunkan PLTU ini.

Darmawan menjelaskan meski mempensiunkan PLTU dilakukan secara bertahap, namun PLN tidak tinggal diam dalam upaya mengurangi emisi di PLTU yang telah beroperasi. PLN berinovasi dengan melaksanakan program co-firing biomassa untuk PLTU.

Pelaksanaan program co-firing di PLTU milik PLN yang dimulai dari tahun 2020 telah berhasil dilakukan pada 32 lokasi PLTU. Melalui substitusi sebagian batubara dengan biomassa sehingga berdampak terhadap peningkatan bauran EBT dan penurunan emisi karbon.

“Ini adalah ekosistem energi berbasis kerakyatan karena pasokan biomassa akan dipenuhi dari kolaborasi seluruh elemen masyarakat,” ujarnya.

Tak hanya menekan emisi lewat pengurangan batubara di pembangkit, PLN juga melakukan program dedieselisasi 5.200 pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) eksisting di seluruh Indonesia. PLN menggantinya dengan pembangkit EBT yang berbasis pada potensi alam setempat.

“Ini adalah perubahan besar karena mengubah energi berbasis impor menjadi energi berbasis domestik yang lebih murah,” katanya.

Sebagai gantinya, PLN juga mengembangkan pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 20,9 GW pada 2030. "Kami menjadi garda depan dalam mendukung upaya pemerintah mengurangi emisi karbon dan transisi energi. Kami percaya upaya ini butuh kolaborasi dan kerja sama semua pihak. Kami, PLN membuka peluang kerja sama untuk bisa menyukseskan agenda ini," pungkas Darmawan.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2111 seconds (0.1#10.140)