Sri Aji Kresna Kepakisan, Penguasa Bali yang Dikendalikan oleh Majapahit
loading...
A
A
A
Semasa pemerintahan Sri Kresna Kepakisan di Samprangan, ternyata juga banyak diwarnai dengan pemberontakan-pemberontakan di desa-desa Bali Aga. Pemberontakan itu terjadi di Desa Batur, Cempaga, Songan, Kedisan, Abang, Pinggan, Munting, Manikliyu, Bonyoh, Katung, Taro, Bayan, Tista, Margatiga, Bwahan, Bulakan, Merita, Wasudawa, Bantas, Pedahan, Belong, Paselatan, Kadampal dan beberapa desa yang lain.
Sri Kresna Kepakisan, sempat putus asa dengan banyaknya pemberontakan yang terjadi. Bahkan, dia sempat mengirimkan utusan ke Majapahit, untuk melaporkan kondisinya yang kesulitan mengatasi situasi di Bali.
Untuk memecahkan persoalan pemberontakan tersebut, Gajah Mada memberikan nasehat kepada Sri Kresna Kepakisan, serta simbol-simbol kekuasaan dalam bentuk pakaian kebesaran, dan keris pusaka Ki Lobar.
Sebagai raja, Sri Kresna Kepakisan juga dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia. Dia menjadi pemegang otoritas politik dan kekuasaan tertinggi di kerajaan. Dalam menjalankan roda pemerintahan, dia dibantu sejumlah pejabat birokrasi.
Para putra dan kerabat dekat raja diberi kedudukan tinggi dalam jabatan birokrasi. Sebelum menjadi raja, para putra mahkota biasanya diberi kedudukan sebagai raja muda atau Yuwaraja.
Selain itu, raja dibantu oleh sebuah lembaga yang berfungsi sebagai dewan pertimbangan. Anggota dewan pertimbangan ini, merupakan sanak saudara raja. Kitab Negara Kertagama menyebut, dewan pertimbangan raja ini dengan nama Pahem Narendra.
Untuk menjalankan urusan keagamaan dan hukum agama, Sri Kresna Kepakisan dibantu oleh dua Dharma Dhyaksa. Yakni Dharma Dhyaksa ring Kasaiwan, yang mengurus agama Siwa, dan Dharma Dhyaksa ring Kasogatan yang mengurus agama Budha.
Pemerintahan Sri Kresna Kepakisan, juga dibantu oleh para Arya yang memimpin sejumlah wilayah di bawah kekuasaan Kerajaan Bali. Para Arya ini, tiba di tanah Bali, bersamaan dengan ekspedisi Majapahit, yang dipimpin Gajah Mada. Selain itu, ada juga Arya yang tiba di Bali, bersama Sri Kresna Kepakisan.
Para Arya itu, yakni Arya Kencengmengambil tempat di Tabanan; Arya Kanuruhanmengambil tempat di Tangkas; Kyai Anglurah Pinatih Mantradi Kertalangu; Arya Dalancang mengambil tempat di Kapal; Arya Belogmengambil tempat di Kaba Kaba; Arya Pangalasan; Arya Manguri; dan Arya Gajah Para dan adiknya Arya Getasmengambil tempat di Toya Anyar.
Sri Kresna Kepakisan, sempat putus asa dengan banyaknya pemberontakan yang terjadi. Bahkan, dia sempat mengirimkan utusan ke Majapahit, untuk melaporkan kondisinya yang kesulitan mengatasi situasi di Bali.
Untuk memecahkan persoalan pemberontakan tersebut, Gajah Mada memberikan nasehat kepada Sri Kresna Kepakisan, serta simbol-simbol kekuasaan dalam bentuk pakaian kebesaran, dan keris pusaka Ki Lobar.
Sebagai raja, Sri Kresna Kepakisan juga dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia. Dia menjadi pemegang otoritas politik dan kekuasaan tertinggi di kerajaan. Dalam menjalankan roda pemerintahan, dia dibantu sejumlah pejabat birokrasi.
Para putra dan kerabat dekat raja diberi kedudukan tinggi dalam jabatan birokrasi. Sebelum menjadi raja, para putra mahkota biasanya diberi kedudukan sebagai raja muda atau Yuwaraja.
Selain itu, raja dibantu oleh sebuah lembaga yang berfungsi sebagai dewan pertimbangan. Anggota dewan pertimbangan ini, merupakan sanak saudara raja. Kitab Negara Kertagama menyebut, dewan pertimbangan raja ini dengan nama Pahem Narendra.
Untuk menjalankan urusan keagamaan dan hukum agama, Sri Kresna Kepakisan dibantu oleh dua Dharma Dhyaksa. Yakni Dharma Dhyaksa ring Kasaiwan, yang mengurus agama Siwa, dan Dharma Dhyaksa ring Kasogatan yang mengurus agama Budha.
Pemerintahan Sri Kresna Kepakisan, juga dibantu oleh para Arya yang memimpin sejumlah wilayah di bawah kekuasaan Kerajaan Bali. Para Arya ini, tiba di tanah Bali, bersamaan dengan ekspedisi Majapahit, yang dipimpin Gajah Mada. Selain itu, ada juga Arya yang tiba di Bali, bersama Sri Kresna Kepakisan.
Para Arya itu, yakni Arya Kencengmengambil tempat di Tabanan; Arya Kanuruhanmengambil tempat di Tangkas; Kyai Anglurah Pinatih Mantradi Kertalangu; Arya Dalancang mengambil tempat di Kapal; Arya Belogmengambil tempat di Kaba Kaba; Arya Pangalasan; Arya Manguri; dan Arya Gajah Para dan adiknya Arya Getasmengambil tempat di Toya Anyar.