Sosok Ini yang Membujuk Pangeran Diponegoro Mau Bertemu Belanda

Sabtu, 12 November 2022 - 07:43 WIB
loading...
Sosok Ini yang Membujuk...
Pangeran Diponegoro menjadi buronan Belanda setelah di akhir 1829. Ia terpaksa memasuki hutan belantara bersama dua punakawan, Bantengwerang dan Roto. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
PANGERAN Diponegoro menjadi buronan Belanda setelah di akhir 1829. Ia terpaksa memasuki hutan belantara bersama dua punakawan atau pengiring Bantengwerang dan Roto.

Sosok Ini yang Membujuk Pangeran Diponegoro Mau Bertemu Belanda

Foto/Ist

Pahlawan Nasional ini lahir di Jogjakarta pada 11 November 1785 silam, atau 264 tahun yang lalu. Dia wafat pada 8 Januari 1855 setelah sebelumnya memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa pada 1825-1830 melawan penjajah Belanda.


Dalam perang terbesar saat penjajahan Belanda ini, sekitar 8.000 serdadu Belanda tewas, 7.000 pribumi tewas, dan 200.000 warga. Sedangkan kerugian mencapai 25 juta Gulden.

Pada akhir 1829, Pangeran Diponegoro didampingi dua punakawannya, Bantengwerang dan Roto memasuki hutan belantara di sebelah barat Bagelen.

Hujan panas, rasa sakit akibat serangan malaria dan luka di kakinya tak dia hiraukan. Tekadnya untuk terus melarikan diri dan tak menyerah kendati telah di ambang kekalahan jadi modalnya. Tetapi seorang jenderal Belanda Cleerens mencoba membujuknya untuk berdiskusi membuka pembicaraan dengan Belanda.

Tetapi berulang kali Cleerens mengirimkan surat ke Pangeran Diponegoro, dikutip dari buku "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855" tulisan Peter Carey, berulang kali pula sang pangeran menolak membaca surat dari Cleerens.


Pertahanan diri Pangeran Diponegoro akhirnya pupus setelah seorang kawan lamanya, yang juga penghulu pangeran, Kiai Pekih Ibrahim membujuknya.

Sang tokoh agama ini diutus untuk bertemu Cleerens dan mengundang Pangeran Diponegoro di Remokamal, hulu Kali Cingcingguling pada Selasa 16 Februari 1830.

Belanda telah menyiapkan penyambutan sang pangeran dengan meminta kain hitam yang cukup bagi sekitar 400 prajurit, uang tunai 200 gulden, satu payung emas kebesaran untuk menandai kepulangan status Pangeran Diponegoro sebagai Sultan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1479 seconds (0.1#10.140)