Terdampak Pandemi, Karyawan Hotel Bintang Lima Jadi Tukang Cukur Keliling
loading...
A
A
A
SURABAYA - Nama Suyadi Kholik (49), mungkin sudah tidak asing bagi warganet. Belum lama ini sosok Suyadi banyak menghiasi laman media sosial maupun media online.
Aksinya yang unik di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya rupanya banyak menyita perhatian masyarakat.
Suyadi merupakan karyawan salah satu hotel bintang lima di Surabaya. Sejak wabah corona menjamah Surabaya, Suyadi terpaksa menerima keputusan pahit dari pengelola hotel untuk dirumahkan hingga waktu yang tidak pasti.
(Baca juga: Seniman Surabaya Arak Peti Mati ke DPRD dan Pemkot Surabaya )
Sebagi tulang punggung keluarga, bapak dua anak inipun harus tetap mendapatkan penghasilan. "Alhamdulillah saya bisa nyukur rambut," katanya. Tanpa berpikir panjang, Suyadipun memutuskan banting setir menjadi tukang cukur keliling.
Ia bercerita, menjadi tukang cukur keliling bukan sesuatu yang sulit. Kemampuan mencukur ternyata sudah sejak lama ia tekuni, bahkan sempat ikut kursus dan mendapatkan sertifikat. Namun saat ada PSSB, Suyadi sempat tidak bisa keliling lantaran banyak jalanan kampung di portal.
Masyarakat pun dihantui kekawatiran menggunakan jasa tukang cukur. "Waktu itu saya sempat berhenti keliling beberapa minggu," ujarnya.
(Baca juga: Pandemi COVID-19, Ini New Corporate Culture Menurut FEB Unisma )
Warga Kutisari Surabaya inipun tidak menyerah. Ia terus berpikir supaya tetap bisa berkeliling ditengah pembatasan. Bukan hanya keliling, tapi Suyadi ingin dirinya dan pelanggannya tetap aman dari penularan virus corona saat menggunakan jasanya. "Akhirnya saya memesan Hazmat ini ke teman saya, harganya waktu itu Rp200 ribu," ucapnya.
Berkeliling pakai alat pelindung diri (APD) rupanya cukup menyita perhatian. Apalagi Suyadi memasang dua tulisan besar "Potong Rambut 10 K" di depan dan belakang sepeda motornya. Wargapun menyebutnya sebagai potong rambut ala Corona.
Aksinya yang unik di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya rupanya banyak menyita perhatian masyarakat.
Suyadi merupakan karyawan salah satu hotel bintang lima di Surabaya. Sejak wabah corona menjamah Surabaya, Suyadi terpaksa menerima keputusan pahit dari pengelola hotel untuk dirumahkan hingga waktu yang tidak pasti.
(Baca juga: Seniman Surabaya Arak Peti Mati ke DPRD dan Pemkot Surabaya )
Sebagi tulang punggung keluarga, bapak dua anak inipun harus tetap mendapatkan penghasilan. "Alhamdulillah saya bisa nyukur rambut," katanya. Tanpa berpikir panjang, Suyadipun memutuskan banting setir menjadi tukang cukur keliling.
Ia bercerita, menjadi tukang cukur keliling bukan sesuatu yang sulit. Kemampuan mencukur ternyata sudah sejak lama ia tekuni, bahkan sempat ikut kursus dan mendapatkan sertifikat. Namun saat ada PSSB, Suyadi sempat tidak bisa keliling lantaran banyak jalanan kampung di portal.
Masyarakat pun dihantui kekawatiran menggunakan jasa tukang cukur. "Waktu itu saya sempat berhenti keliling beberapa minggu," ujarnya.
(Baca juga: Pandemi COVID-19, Ini New Corporate Culture Menurut FEB Unisma )
Warga Kutisari Surabaya inipun tidak menyerah. Ia terus berpikir supaya tetap bisa berkeliling ditengah pembatasan. Bukan hanya keliling, tapi Suyadi ingin dirinya dan pelanggannya tetap aman dari penularan virus corona saat menggunakan jasanya. "Akhirnya saya memesan Hazmat ini ke teman saya, harganya waktu itu Rp200 ribu," ucapnya.
Berkeliling pakai alat pelindung diri (APD) rupanya cukup menyita perhatian. Apalagi Suyadi memasang dua tulisan besar "Potong Rambut 10 K" di depan dan belakang sepeda motornya. Wargapun menyebutnya sebagai potong rambut ala Corona.