Pandemi COVID-19, Ini New Corporate Culture Menurut FEB Unisma

Senin, 06 Juli 2020 - 10:54 WIB
loading...
Pandemi COVID-19, Ini New Corporate Culture Menurut FEB Unisma
FEB Unisma menggelar business talk dengan tema Corporate Culture & Human Resources Management Era Society 5.0. Foto/Dok. Humas FEB Unisma
A A A
MALANG - Pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia. Tak menyurutkan langkah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang (FEB Unisma) untuk memberikan wawasan, dan pengetahuan terkini kepada mahasiswa, dosen praktisi maupun masyarakat tentang Dampak krisis kesehatan terhadap Corporate Culture dan Human Resorces management.

(Baca juga: Silatnas IKA Unisma: Penguatan Entrepreneurship di Kampus Merdeka )

Tak tanggung-tanggung kali ini FEB Unisma menggelar Webinar Internasional yang bertajuk Business Talk: Corporate Culture and Human Resources Management Era Society 5.0. Acara ini menghadirkan narasumber guru besar Dean Faculty Entrepreneurship and Business Universiti Malaysia Kelantan, Malaysia, Roselina Binti Ahmad Saufi, dan Direktur Risk Compliance and Human Capital PT. Bank Mega Syariah Tbk, Marjana.

Dekan FEB Unisma, Nur Diana dalam paparannya menyatakan, bahwa Corporate Culture di tengah bias informasi akan selalu didasarkan pada data dan kepercayaan yang tinggi pada otoritas sains. (Baca juga: RS Simpang, Perjalanan Penuh Wabah dan Penampung Korban Perang )

"Perusahaan harus selalu siap untuk 'drawing' pada sumber data, yakni big data (wawasan mendalam tentang orang-orang), broad data (contextual and market trends). Hal ini menjamin bahwa semua sumber data terus diperbarui dan digunakan secara optimal," terangnya.

Namun di sisi lain, lanjut Diana, belum satu dekade berjalan dunia dan kehidupan di diskrupsi oleh digital, dan banyak perusahaan memperkirakan proses ini walau cepat tetap akan bertahap.

Diana juga mempertegas bahwa mayoritas perusahaan memprediksi model bisnis akan perlahan berubah sesuai proses digitalisasi, yang dimulai dari era Revolusi Industri 3.0 sampai memasuki era Revolusi Industri 4.0 yang kemudian Jepang, menawarkan era Society 5.0, kemudian masuk abad 21 adalah Era Big Data.

Tetapi implementasi di perusahaan belum sepenuhnya "Mapan" diterapkan, badai COVID-19 telah merevolusi semuanya karena banyak diterapkan berbagai kebijakan untuk penyelamatan. (Baca juga: Kapal Perang Koarmada II Lakukan Manuver di Perairan Laut Jawa )

"Banyak perusahaaan dipaksa untuk memasuki dan mengikuti abad virtual, ada yang sebagian mengikuti bahkan ada yang terpaksa mengikuti secara paripurna" jelasnya.

Marjana, Direktur Risk Compliace and Human Capital PT Bank Mega Syariah Tbk., menyampaikan, masuknya revolusi Industri 4,0 dan menghadapi VUCA, dimana dunia belum ada kemapanan dalam implementasi digitalisasi teknology serta upaya antisipasi perubahan old way yang terdisrupsi new way (cara baru), tiba-tiba muncul pandemi COVID-19 yang menimbulkan krisis kesehatan di hampir seluruh negara.

"Impact dari COVID-19 bagi Indonesia, adalah beberapa lembaga pemeringkat internasional mengatakan kondisi ekonomi belum akan membaik, bahkan kita akan ketemu dengan pertumbuhan negatif. Menteri Keuangan Srimulyani memprediksi tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 3,8 % . Sedangkan Bloomberg memprediksi minus 3,1 %, data Mandiri Sekuritas minus 3.4 persen, sedangkan Oxford Economy Minus 6,1 %. Satu-satunya yang memprediksi pertumbuhan positif hanya Moodys memprediksi pertumbuhan ekonomi 1.9 %," paparnya.

Marjana menjabarkan, beberapa perubahan perubahan yang dilakukan dalam menghadapi era normal baru di antaranya, Corporate Strategi Business Plan (penyesuaian strategi bisnis perusahaan), Penyesuaan Corporate culture, penyesuaian KPI,Online Pshicology Test, Phone Interview, Developing Online Learning and Training, Online Coaching dan Consultant dan Retainin (Pemetaan talent melalui asessmen secara virtual).
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2451 seconds (0.1#10.140)