Kisah Raden Saleh dan Masterpiece Lukisan Banjir Jawa yang Hilang Misterius
loading...
A
A
A
Di ruangan itu terlihat model-model, patung setengah badan, gambar-gambar tanpa bingkai yang belum rampung dan terhubung dengan keindahan perkakas seni lainnya.
Di antara benda-benda seni yang berserakan, Almeida melihat Watersnood op Midden Java dan lukisan berjudul Een gezigt op de Megamendong in de Preanger, tinggal menuju finishing. Kedua lukisan tersebut tinggal menanti sentuhan kecil, dan rampung.
Raden Saleh diketahui lebih banyak mendalami seni rupa di Eropa. Pada usia 18 tahun atau tahun 1829, Raden Saleh yang lahir di Semarang Mei 1811 sudah menginjakkan kaki di Antwerpen, Belanda.
Setahun berikutnya, ia belajar melukis kepada Cornelis Krusmen (1797-1857). Selama setahun Raden Saleh mempelajari tekhnik melukis potret. Tahun berikutnya, yakni 1832 hingga tahun 1833 ia belajar melukis pemandangan kepada Andreas Schelfhout (1787-1870).
Setelah mengikuti Pameran Seni Nasional di Amsterdam tahun 1834, pada tahun 1834-1839 Raden Saleh bekerja sebagai pelukis lepas di Den Haag. Kemudian selama 1839-1844, ia banyak melakukan kunjungan seni di Jerman. Selama 1845-1851 Raden Saleh banyak menghabiskan berkegiatan seni di Perancis, Inggris dan Jerman.
Usai merantau selama 22 tahun di Eropa, pada Maret 1852 Raden Saleh pulang ke tanah air, dan tiba di Batavia. Ia tinggal di Istana Buitenzorg (Bogor), dan lantas selama setahun melakukan perjalanan di Jawa Tengah untuk mendatangi sanak kerabatnya di Majalengka, Semarang dan Magelang.
Baca Juga
Pada tahun 1855 ia kembali ke Batavia, dan sepanjang 1858-1859 membangun rumahnya yang besar dan megah di Cikini, Batavia. Pada tahun 1862, Raden Saleh memamerkan lukisan Watersnood op Midden Java dan Een gezigt op de Megamendong in de Preanger, di rumahnya.
“Ia menggantungkannya di balairung resepsi rumahnya yang bergaya neogotik di Cikini dan membuka pintu gerbangnya untuk masyarakat umum,” tulis Werner Kraus dalam Raden Saleh Kehidupan dan Karyanya.