Gara-gara Pidato Peristiwa Surabaya 1945, Soekarno Nyaris Digantikan Tan Malaka

Minggu, 07 Agustus 2022 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Apa yang didesakkan Sukarni kepada Bung Karno, tidak terlepas dari peristiwa Testamen Politik Tan Malaka atau surat wasiat politik yang ditandatangani Soekarno-Hatta pada 1 Oktober 1945.



Peristiwa yang terjadi didahului peristiwa 25 Agustus 1945, yakni kehadiran Tan Malaka di rumah Ahmad Subardjo, Jakarta. Secara rahasia Tan Malaka kemudian bertemu Bung Karno di rumah dokter Soeharto atau Suharto, dokter pribadi Bung Karno.

Dalam artikel Sekitar Testamen untuk Tan Malaka, Sayuti Melik mengatakan, Bung Karno yang menginginkan pertemuan itu. Sayuti Melik yang di awal masa revolusi 1945 menjadi pembantu dekat Bung Karno juga mengatakan, dalam pertemuan itu muncul inisiatif Testamen Politik yang datangnya juga dari Bung Karno.

Tan Malaka merupakan tokoh pergerakan yang dikagumi. Termasuk Bung Karno juga takjub dengan pandangan-pandangan politik Tan Malaka. Pikiran Tan Malaka sangat mempengaruhi tokoh-tokoh pemuda di Jakarta, terutama Sukarni, Chairul Saleh, dan Adam Malik.

Pembicaraan dalam pertemuan antara Bung Karno dan Tan Malaka itu sampai pada kesimpulan, perlu dibuat surat yang menyatakan Tan Malaka sebagai pelanjut kepemimpinan perjuangan nasional.

Surat wasiat itu bertujuan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, ketika pemimpin nasional yang ada terbunuh atau dibunuh. Sebab saat itu santer beredar kabar, Belanda yang membonceng Sekutu akan menangkap Soekarno dan Mohammad Hatta.



"Roda revolusi yang sudah mulai berputar hendaknya tetap diputar. Perlu pimpinan berlanjut," tulis Deliar Noer dalam Mohammad Hatta Biografi Politik.

Pertemuan berikutnya dengan Tan Malaka melibatkan Bung Hatta. Bung Hatta lebih memperlihatkan sikap diam, sedangkan Bung Karno seperti kebiasaanya yang terbuka dan penuh antusias.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3765 seconds (0.1#10.140)