Petualangan Ibnu Batutah, dari Makkah hingga ke Kerajaan Islam Samudera Pasai
loading...
A
A
A
Dia tiba di Alexandria, pada 15 April 1326 M dan mendapat bantuan dari Sultan Mesir untuk ke Tanah Suci Makkah.
Bantuan uang itu tidak disia-siakan. Dia lalu melanjutkan perjalanan dengan melewati Kairo dan Aidhab. Namun, karena banyaknya penyamun, dia kembali ke Kairo dan meneruskan perjalanan lewat Gaza, terus ke Yerusalem.
Dari Yerusalem, dia terus menuju ke Hammah, Aleppo, Damaskus, Syria dan Makkah. Saat berada di Makkah, Ibnu Batutah bertemu banyak jamaah haji dari berbagai negara. Dari sinilah, petualangan menjelajahi dunia dia lakukan.
Saat tiba di India, Ibnu Batutah disambut oleh Sultan Dehli, Muhammad bin Tuqluq dan diangkat sebagai hakim. Di India, Ibnu Batutah tinggal selama delapan tahun. Dia lalu diangkat menjadi Duta Besar untuk Kekaisaran Cina.
Dalam perjalanan ke Cina inilah, Ibnu Batutah melakukan perjalanan lautnya dan singgah di Kesultanan Samudera Pasai, Sumatera. Kedatangannya disambut Amit (Panglima) Daulasah, Kadi Syarif Amir Sayyir asy-Syrazi.
Tidak hanya itu, dia juga disambut oleh Tajuddin al-Asbahani dan sejumlah ahli fiqih atas perintah Sultan langsung.
Selama berada di Samudera Pasai, Ibnu Batutah membuat banyak catatan tentang kerajaan itu. Hingga kini, catatan itu masih digunakan sebagai rujukan dalam penulisan mengenai Kerajaan Islam Samudera Pasai.
Saat kunjungan Ibnu Batutah itu, Kerajaan Islam Samudera Pasai sedang dalam masa jayanya. Perdagangan sangat pesat. Bahkan menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dengan mata uang sendiri, berupa koin emas.
Bantuan uang itu tidak disia-siakan. Dia lalu melanjutkan perjalanan dengan melewati Kairo dan Aidhab. Namun, karena banyaknya penyamun, dia kembali ke Kairo dan meneruskan perjalanan lewat Gaza, terus ke Yerusalem.
Dari Yerusalem, dia terus menuju ke Hammah, Aleppo, Damaskus, Syria dan Makkah. Saat berada di Makkah, Ibnu Batutah bertemu banyak jamaah haji dari berbagai negara. Dari sinilah, petualangan menjelajahi dunia dia lakukan.
Saat tiba di India, Ibnu Batutah disambut oleh Sultan Dehli, Muhammad bin Tuqluq dan diangkat sebagai hakim. Di India, Ibnu Batutah tinggal selama delapan tahun. Dia lalu diangkat menjadi Duta Besar untuk Kekaisaran Cina.
Dalam perjalanan ke Cina inilah, Ibnu Batutah melakukan perjalanan lautnya dan singgah di Kesultanan Samudera Pasai, Sumatera. Kedatangannya disambut Amit (Panglima) Daulasah, Kadi Syarif Amir Sayyir asy-Syrazi.
Tidak hanya itu, dia juga disambut oleh Tajuddin al-Asbahani dan sejumlah ahli fiqih atas perintah Sultan langsung.
Selama berada di Samudera Pasai, Ibnu Batutah membuat banyak catatan tentang kerajaan itu. Hingga kini, catatan itu masih digunakan sebagai rujukan dalam penulisan mengenai Kerajaan Islam Samudera Pasai.
Saat kunjungan Ibnu Batutah itu, Kerajaan Islam Samudera Pasai sedang dalam masa jayanya. Perdagangan sangat pesat. Bahkan menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dengan mata uang sendiri, berupa koin emas.