Nyai Ageng Pinatih, Syahbandar Perempuan Gresik yang Juga Ibu Angkat Sunan Giri

Jum'at, 27 Mei 2022 - 06:01 WIB
loading...
Nyai Ageng Pinatih,...
Tampak lokasi makam Nyai Ageng Pinatih yang disebut-sebut sebagai Syahbandar perempuan Gresik yang juga ibu angkat Sunan Giri. (Ist)
A A A
Nyai Ageng Pinatih adalah tokoh yang dipercaya masyarakat Gresik sebagai syahbandar perempuan Gresik yang menjabat pada 1458-1477.

Menurut cerita rakyat, Nyai Ageng Pinatih merupakan istri dari Patih Semboja, berasal dari Kerajaan Blambangan yang Hindu, yang diusir dari kerajaannya oleh Prabu Menak Sembuyu (Menak Jinggo) karena Patih Semboja mendukung ajaran Syekh Maulana Ishaq.

Karena itu, Patih Semboja menemui Raja Majapahit dan mengabdi sebagai pejabat tinggi di Kerajaan Majapahit. Raja Majapahit Brawijaya memberi Nyai Ageng Pinatih sebidang tanah di Gresik dan menetap di Gresik sejak 1412. Ia dipercaya berasal dari Champa dan tinggal di Gresik Wetan, sekitar 200 meter dari Desa Gapura.

Menurut buku Gresik Sejarah dan Harijadi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Gresik, Nyai Ageng Pinatih diberi hak oleh raja Majapahit untuk bermukim menjadi saudagar di Gresik. Nyai Ageng Pinatih dipercaya memiliki barang dagangan dan kapal dalam jumlah besar, serta usaha dan relasinya luas di Pulau Jawa.

Pelabuhan Gresik sudah ada sebelum berdirinya Giri Kedaton dan dengan cepat menjadi pelabuhan dagang besar pada dasawarsa kedua abad XIV. Hal tersebut dipercaya disebabkan oleh stabilitas pemerintahan Kerajaan Majapahit di bawah kekuasaan Maharaja Sri Rajasanegara atau Raja Hayam Wuruk.

Baca: Kisah Pembunuhan Raja Demak Sunan Prawoto Dipicu Dendam Kesumat Arya Penangsang.

Karena semakin banyaknya kapal singgah di pelabuhan, maka seorang syahbandar diperlukan untuk mengatur pelabuhan. Dalam pengangkatannya, seorang syahbandar harus menguasai berbagai bahasa, memahami ilmu perdagangan, dan memiliki relasi yang luas. Nyai Ageng Pinatih dianggap memenuhi syarat tersebut.

Pada 1458 M, ia diangkat menjadi syahbandar oleh Raja Majapahit Brawijaya V untuk menggantikan Ali Hutomo yang wafat pada 1449. Pusat Pelabuhan Gresik lalu berpindah dari Desa Bandaran ke Desa Kelingan (sekarang Kebungson atau Pakelingan).

Pada masa ia menjabat, pelabuhan Gresik mencapai kejayaannya. Ia dikisahkan membangun tempat pembuatan kapal dan peti kemasan yang disebut blandongan, menyediakan tempat perbaikan peti yang digunakan untuk menyimpan barang yang diangkut ke dalam kapal, serta menyediakan kuda sebagai alat transportasi untuk mengangkut barang dari pedalaman menuju pelabuhan atau sebaliknya.

Dalam cerita rakyat lain, Dinasti Ming dikisahkan mengangkat Nyai Ageng Pinatih sebagai syahbandar Gresik menggantikan Cheng Ho yang bertugas mengontrol keamanan wilayah Jawa dan Sumatra dari aksi perampokan kapal-kapal dagang yang melalui wilayah tersebut.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1876 seconds (0.1#10.140)