Takut dengan Corona, Keluarga di AS Ini 'Ngumpet' di Bunker
loading...
A
A
A
Michael mengungkapkan bahwa mereka berkemas dan pergi dalam waktu empat jam. "Kami sedang dalam perjalanan hanya beberapa jam sebelum perintah tetap di rumah dikeluarkan oleh (pemerintah) Indiana, jadi itu adalah waktu yang tepat," katanya.
"Kami di sini untuk bertahan, kami di sini sampai akhir dan apa pun yang terjadi, kami akan di dalamnya untuk jangka panjang. Kami memiliki makanan yang cukup untuk beberapa tahun," sambungnya.
Michael menjelaskan bahwa beberapa koleganya pada awalnya skeptis tentang rencana persiapannya.
"Lingkaran saya adalah banyak kelas dan lapisan masyarakat yang berbeda karena dalam bisnis saya bertemu banyak orang. Pada awalnya, ada yang seperti, 'Apa yang Anda lakukan? Membeli bunker?" tutur Michael yang harus merogoh kocek sebesar USD35 ribu atau sekitar Rp554 juta.
"Tapi itu pendapat saya tentang bagaimana saya ingin melakukan sesuatu, jalan yang saya rasa perlu saya ambil untuk keluarga saya," terangnya
“Tidak ada yang mengharapkan ini: lihat seberapa cepat hal ini telah menghapus seluruh kata. Untuk hal seperti inilah saya dan istri saya berencana memiliki tempat yang aman untuk dikunjungi. Sekarang orang lain berpikir, seandainya saya melakukan itu,” ujarnya.
Meski begitu, Michael menolak menyalahkan pemerintah AS atau Presiden Donald Trump karena tidak berbuat cukup. Baginya, mereka tidak dapat melihat bagaimana seorang pemimpin dapat bertanggung jawab atas setiap warga negara mereka.
“Pandangan politik kita adalah satu arah tetapi pemerintah adalah pemerintah. Saya pikir orang-orang telah mendapatkan keamanan palsu bahwa pemerintah akan menyelamatkan setiap orang tetapi itu tidak akan terjadi. Tidak ada pemerintah yang bisa melakukan itu. Kami mengalami Badai Katrina dimana FEMA masuk dan itu hanya menjadikannya berantakan," katanya.
"Orang tidak benar-benar melihat kenyataan sebagaimana mestinya, satu keluarga tidak signifikan bagi pemerintah mana pun di dunia," imbuhnya.
“Mereka bisa memberi tahu kami tentang hal ini dan menunjukkan kepada Anda cara untuk melakukan sesuatu tetapi pada kenyataannya, Anda sendirian. Ada rasa (keamanan) palsu, tidak hanya di negara ini tetapi di semua negara," tegasnya.
"Kami di sini untuk bertahan, kami di sini sampai akhir dan apa pun yang terjadi, kami akan di dalamnya untuk jangka panjang. Kami memiliki makanan yang cukup untuk beberapa tahun," sambungnya.
Michael menjelaskan bahwa beberapa koleganya pada awalnya skeptis tentang rencana persiapannya.
"Lingkaran saya adalah banyak kelas dan lapisan masyarakat yang berbeda karena dalam bisnis saya bertemu banyak orang. Pada awalnya, ada yang seperti, 'Apa yang Anda lakukan? Membeli bunker?" tutur Michael yang harus merogoh kocek sebesar USD35 ribu atau sekitar Rp554 juta.
"Tapi itu pendapat saya tentang bagaimana saya ingin melakukan sesuatu, jalan yang saya rasa perlu saya ambil untuk keluarga saya," terangnya
“Tidak ada yang mengharapkan ini: lihat seberapa cepat hal ini telah menghapus seluruh kata. Untuk hal seperti inilah saya dan istri saya berencana memiliki tempat yang aman untuk dikunjungi. Sekarang orang lain berpikir, seandainya saya melakukan itu,” ujarnya.
Meski begitu, Michael menolak menyalahkan pemerintah AS atau Presiden Donald Trump karena tidak berbuat cukup. Baginya, mereka tidak dapat melihat bagaimana seorang pemimpin dapat bertanggung jawab atas setiap warga negara mereka.
“Pandangan politik kita adalah satu arah tetapi pemerintah adalah pemerintah. Saya pikir orang-orang telah mendapatkan keamanan palsu bahwa pemerintah akan menyelamatkan setiap orang tetapi itu tidak akan terjadi. Tidak ada pemerintah yang bisa melakukan itu. Kami mengalami Badai Katrina dimana FEMA masuk dan itu hanya menjadikannya berantakan," katanya.
"Orang tidak benar-benar melihat kenyataan sebagaimana mestinya, satu keluarga tidak signifikan bagi pemerintah mana pun di dunia," imbuhnya.
“Mereka bisa memberi tahu kami tentang hal ini dan menunjukkan kepada Anda cara untuk melakukan sesuatu tetapi pada kenyataannya, Anda sendirian. Ada rasa (keamanan) palsu, tidak hanya di negara ini tetapi di semua negara," tegasnya.