Gua Selarong, Markas Gaib Tempat Atur Strategi Pangeran Diponegoro Lawan Belanda
loading...
A
A
A
Diyakini masyarakat setempat bahwa pada kedua hari tersebut kadang juga tercium aroma seperti dupa dan kemenyan. Rupanya, kekuatan magis yang dimiliki gua ini turut berperan melindungi Pangeran Diponegoro dan pasukannya. Pangeran Diponegoro dan pasukannya sulit ditangkap, karena tidak terlihat pasukan Belanda.
Selama bermarkas dan menjadikan Gua Selarong tempat menyusun strategi melawan Belanda, laskar Pangeran Diponegoro telah diserang tiga kali oleh Belanda, yaitu pada tanggal 25 Juli, 3 Oktober, dan 4 Oktober 1825.
Menurut keyakinan warga sekitar, gua ini memiliki sebuah pintu gaib. Secara kasat mata, gua ini memang buntu, namun Diponegoro dan para pengikutnya bisa masuk menuju ke dalam perut bukit kapur dan bermarkas di dalamnya. Baca juga: Sejak Belia Diponegoro Sudah Muak dengan Tekanan Politik Belanda ke Keraton Jogjakarta
Itulah sebabnya pasukan Belanda sulit menangkap Pangeran Diponegoro dan pasukan setianya. Walaupun pasukan Belanda sudah sampai di kompleks tersebut, namun tidak dapat melihatnya. Pasukan kompeni hanya berputar-putar di lokasi dan hanya bisa melihat gunungan batu cadas yang tak berpenghuni.
Agar bisa menaklukkan pasukan Diponegoro, kompeni Belanda harus memutar otak. Setelah lima tahun perang berlangsung, Belanda kemudian melancarkan strategi licik. Pada 1830, Jendral De Kock mengajak Diponegoro berunding di Magelang.
Inilah cara kompeni untuk memancing pangeran keluar dari markas gaibnya. Saat berada di lokasi perundingan, Diponegoro akhirnya ditangkap dan dibuang ke Makassar, Sulawesi Selatan hingga akhir hayatnya pada tahun 1855.
Saat ini, Gua Selarong menjadi tempat wisata edukasi karena mengandung nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa.
Selama bermarkas dan menjadikan Gua Selarong tempat menyusun strategi melawan Belanda, laskar Pangeran Diponegoro telah diserang tiga kali oleh Belanda, yaitu pada tanggal 25 Juli, 3 Oktober, dan 4 Oktober 1825.
Menurut keyakinan warga sekitar, gua ini memiliki sebuah pintu gaib. Secara kasat mata, gua ini memang buntu, namun Diponegoro dan para pengikutnya bisa masuk menuju ke dalam perut bukit kapur dan bermarkas di dalamnya. Baca juga: Sejak Belia Diponegoro Sudah Muak dengan Tekanan Politik Belanda ke Keraton Jogjakarta
Itulah sebabnya pasukan Belanda sulit menangkap Pangeran Diponegoro dan pasukan setianya. Walaupun pasukan Belanda sudah sampai di kompleks tersebut, namun tidak dapat melihatnya. Pasukan kompeni hanya berputar-putar di lokasi dan hanya bisa melihat gunungan batu cadas yang tak berpenghuni.
Agar bisa menaklukkan pasukan Diponegoro, kompeni Belanda harus memutar otak. Setelah lima tahun perang berlangsung, Belanda kemudian melancarkan strategi licik. Pada 1830, Jendral De Kock mengajak Diponegoro berunding di Magelang.
Inilah cara kompeni untuk memancing pangeran keluar dari markas gaibnya. Saat berada di lokasi perundingan, Diponegoro akhirnya ditangkap dan dibuang ke Makassar, Sulawesi Selatan hingga akhir hayatnya pada tahun 1855.
Saat ini, Gua Selarong menjadi tempat wisata edukasi karena mengandung nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa.
(don)