Mengenal Sekomandi, Tenun Khas Sulbar Berbahan Dasar Serat Alam
loading...
A
A
A
MAMUJU - Sejumlah daerah di Indonesia memiliki kain batik dan tenun khas masing-masing. Termasuk Provinsi Sulawesi Barat ( Sulbar ) yang memiliki tenun Sekomandi yang usianya disebut sudah lebih dari ratusan tahun.
Tak hanya itu saja, keunikan lain dari tenun Sekomandi Sulbar ini adalah bahan dasarnya yang menggunakan serat alam. Untuk menghasilkan kain tenun yang cantik, pewarna yang digunakan tidak mengandung bahan kimia, tapi dari pewarna alami seperti tumbuhan dan dedaunan, bahkan ada yang memakai lumpur sawah.
Dilansir dari jurnal yang diterbitkan Universitas Muhammadiyah, tenun Sekomandi dulunya digunakan sebagai alat tukar yang bernilai tinggi. Biasanya kain tenun Sekomandi ini ditukar dengan beberapa hewan peliharaan seperti kerbau atau babi.
Karena bahan dasarnya dari rempah-rempah, badan akan terasa perih jika menggunakan kain tenun Sekomandi. Jadi, kain tenun ini dulunya hanya digunakan untuk membuat dekorasi, seperti taplak meja, gorden, tas hingga selendang.
Meski demikian, perkembangan tenun khas Sulbar itu semakin pesat, sehingga sudah banyak diproduksi dalam bentu lain, seperti untuk baju, scarft, dan lain-lain.
Perhatian Pemerintah terhadap tenun Sekomandi pun cukup besar. terlihat dari hadirnya sebuah desa yang menjadi Sentra Tenun Sekomandi, yaitu di Desa Bambu, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju.
Desa itu merupakan salah satu pusat tenunan Sekomandi khas Mamuju. Bagi Wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat tersebut, dapat menempuh perjalanan sekitar 12 Km dari pusat Kota Mamuju, dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Tak hanya itu saja, keunikan lain dari tenun Sekomandi Sulbar ini adalah bahan dasarnya yang menggunakan serat alam. Untuk menghasilkan kain tenun yang cantik, pewarna yang digunakan tidak mengandung bahan kimia, tapi dari pewarna alami seperti tumbuhan dan dedaunan, bahkan ada yang memakai lumpur sawah.
Dilansir dari jurnal yang diterbitkan Universitas Muhammadiyah, tenun Sekomandi dulunya digunakan sebagai alat tukar yang bernilai tinggi. Biasanya kain tenun Sekomandi ini ditukar dengan beberapa hewan peliharaan seperti kerbau atau babi.
Karena bahan dasarnya dari rempah-rempah, badan akan terasa perih jika menggunakan kain tenun Sekomandi. Jadi, kain tenun ini dulunya hanya digunakan untuk membuat dekorasi, seperti taplak meja, gorden, tas hingga selendang.
Meski demikian, perkembangan tenun khas Sulbar itu semakin pesat, sehingga sudah banyak diproduksi dalam bentu lain, seperti untuk baju, scarft, dan lain-lain.
Perhatian Pemerintah terhadap tenun Sekomandi pun cukup besar. terlihat dari hadirnya sebuah desa yang menjadi Sentra Tenun Sekomandi, yaitu di Desa Bambu, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju.
Desa itu merupakan salah satu pusat tenunan Sekomandi khas Mamuju. Bagi Wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat tersebut, dapat menempuh perjalanan sekitar 12 Km dari pusat Kota Mamuju, dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
(agn)